Kenyataan(6)

150K 6K 148
                                    

Raihan POV

H a r i ini, ada tanding futsal lawan sekolah Garuda. Alhasil, gue dibuat sibuk karena disini gue yang jadi kaptennya. Jadi tidak sempat bertemu dengan Jessica dan Lulu.

Sebentar lagi murid Siskal akan istirahat pertama, yang otomatis pertandingan futsal akan segera dimulai.

Kringgg kring...

Bel sekolah sudah berbunyi. Wasit pun sedang siap-siap untuk kelapangan. Gue pun sama dengannya, lagi pemanas dan melihat sekitar, siapa tahu Jessica sama Lulu nonton tanding futsal. Tapi nyatanya nihil, sampai futsal sudah dimulai mereka tak kunjung datang.

***

Hari ini entah mengapa jadi hari yang membosankan. Aku begitu lemas, dan pikiranku entah mengarah kemana. Untungnya sebentar lagi bel istirahat berbunyi. Langsung saja aku membereskan beberapa buku yang berceceran di meja, lalu memasukannya ke ransel.

Kringggg kring...

Yeah, bel akhirnya berbunyi. Tapi ada yang mengganjal aku untuk bangkit. Ponselku bergetar, ini menandakan ada pesan yang masuk.

Nathan: Temuin gue di atas atap sekolah ya, lewat samping kantin belok kiri. Gue tunggu ya jes. GPL.

Nathan mengirim pesan, pasti ada yang mau diomongin. Langsung saja aku segera lari ke tempat yang ditujunya, di atap sekolah yang jarang murid Siskal ketahui, termasuk aku. Saat aku melihat ke arah lapangan futsal, aku menangkap sosok Raihan disana. Apa dia sedang bertanding? Aku akan segera ke lapangan nanti setelah urusanku dengan Nathan selesai.

Melewati kantin adalah hal yang paling malas, penuh dan sesak itu adalah point utama. Bilang permisi sudah beberapa kali masih saja telinganya pada budeg, akhirnya aku senggol saja dan langsung mengambil ancang-ancang untuk segera kabur.

"Ehh sialan!! Kalo jalan tuh liat-liat depan dong!!"

Ahh, sabodo amat. Dari tadi juga sudah aku bilang permisi. Terlalu capek aku berlari, akhirnya sampai juga, maksudku sampai di bawah tangga. Dan aku harus menaiki tangga itu, huuuhh, apa tidak ada tempat lain untuk bertemu? Ini sih namanya olahraga jam 10 pagi! Bikin gerah.

Berusah untuk tetap sabar, akhirnya aku melangkahkan kaki satu demi satu tangga yang jumlahnya lumayan banyak. Tangga ini tidak ada pengaman untuk berpegangan di sebelah kiri nya, maka dari itu aku menaikinya mepet ke sebalah kanan yang langsung dihadang oleh tembok.

Perlu kalian ketahui ini adalah jam istirahat yang sangat aku idam-idamkan untuk membeli makan dan menonton pertandingan futsal, sekarang aku malah menyia-nyiakan itu demi Nathan. Setelah ini dia harus berterimakasih kepadaku karena aku telah mengorbankan jam istirahat.

Sampai di atas sungguh mengagumkan, tak pernah terbayangkan betapa indahnya pemandangan dari atas atap sekolah ini. Langit berwarna biru muda serta gumpalan-gumpalan awan yang ikut menemani, burung-burung yang hilir mudik berterbangan sangat terlihat jelas dan indah, serta alunan angin yang menyergap tubuhku seakan membuat aku seperti tersihir dan lupa akan tujuan untuk kesini.

"Sini woy! Kenapa lo diem aja di depan pintu?" Suara Nathan mengintrupsikanku untuk kembali kedalam dunia nyata. Terkadang aku berpikir mengapa selalu dia yang membawaku ke tempat yang sangat indah. Belum pernah aku seperti ini. Saat aku mendekati Nathan dia mempersilahkanku untuk duduk disampingnya.

"Ada apa kamu manggil aku?" Sungguh entah mengapa cara bicaraku terhadap Nathan tidak pernah bisa diubah, aku ingin cara bicaraku memanggilnya dengan sebutan gue-lo. Tapi tidak bisa.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now