Kenyataan(4)

157K 6.6K 301
                                    

P a g i hari yang teramat cerah. Pagi ini sudah terlihat sangat jelas pantulan sinar matahari yang hangat, mungkin sekitar jam sembilan nanti sudah pasti akan panas. 

Abang sudah pulang dari tiga hari yang lalu. Seperti biasa aku menaiki Bus kota. Bagaimana dengan Nathan? Jangan mengharapkan dia, karena nantinya akan sakit. Dia tidak menjemputku sejak empat hari yang lalu.

Entah karena apa, aku pun tidak mengerti. Kemarin Lulu ke rumahku untuk sekedar mengerjakan tugas biologi. Tidak ada yang merasa canggung.

Akhirnya aku sampai di depan pagar sekolah. Langsung saja aku berjalan masuk, lumayan jauh. Tapi tak mengapa. Disana seperti ada punggung Raihan, langsung saja aku menghampirinya.

"Hai!" Menepuk pundaknya.

"Eh, kaget gue. Kebiasaan lo bikin jantung gue mau copot." Gerutunya.

"Haha.... sorry, bareng yuk masuk nya?" Ajakku.

"Ayuk, deh. Sebentar gue taruh helm dulu," Ujarnya.

Selesai dengan urusan motor, aku dan Raihan jalan menelusuri koridor kelas demi kelas."Gimana udah ngomong sama Nathan?" To the point banget nih anak.

"Nanya itu mulu lo. Belum nih. Emang ada apaan si? Rahasia-rahasian banget sama gue,"

"Nanti lo tahu sendiri. Gue masuk dulu ya. Bye!"

Aku tidak sadar kalau ini sudah sampai kelasnya Raihan. Dari tadi apa aku bengong? Yasudahlah aku langsung saja ke kelas sebentar lagi bel masuk.

Sesampainya dikelas, aku tertegun dengan tatapan mata teman-teman yang menatapku dengan tatapan yang aku tidak mengerti. Hanya satu yang tidak menatapku. Lulu, Hanya dia. Ada apa sih?

"Ekhm!" sapaku mendekati Lulu.

"Eh, lo kenapa?"

"Ada apa?" Ujarku to the point.

"Ada apa-apanya?" Tanyanya balik.

"Mereka. Kok natap gue kayak gitu. Apa ada yang aneh?" Sambil meneliti tubuhku. Takutnya ada yang berbeda atau memalukan.

"Kan mereka punya mata, pasti liat lo lah."

"Kok lo nggak santai, sih? Lo marah sama gue?"

"Gak. PMS aja," Hanya itu alasannya. Tapi setauku Lulu kalau PMS tidak sejutek ini.

Tidak memperdulikan keadaan, langsung saja mengambil buku jam pelajaraan pertama. Semuanya terasa aneh. Dari mulai Nathan tidak berbicara denganku sampai ia tak menjemputku, lalu Raihan merasa kaget saat aku memanggilnya padahal aku tidak terlalu mengagetkannya.

Jam istirahat telah berbunyi. Tapi tidak ada pergerakan sedikitpun dari badan Lulu, tidak ada yang berbicara semenjak pelajaran dimulai. Bisu. Ya, seperti itu antara aku dan Lulu sekarang ini.

"Jajan, yuk," Ajakku

"Gak, males. Lo aja sana," Tidak kalah jutek.

"Mmm, oke." Tidak perlu waktu yang lama aku langsung bergegas ke kantin. Mengingat aku belum sarapan dari pagi, dan akan lebih parah jika aku tidak makan lagi.

Seperti rutinitas sehari-hari, kantin selalu ramai dengan murid yang kelaparan. Seperti pengantrian sembako. Tapi tidak untukku, aku hanya memesan roti yang tinggal ambil lalu bayar dan membeli air mineral yang siap ambil. Jadi tidak perlu mengantri. Entah mengapa moodku tidak baik mengingat mereka yang mendiamiku seperti ini.

Seusai membeli roti, aku bergegas ke kelas kembali. Lalu duduk di samping Lulu, kalian tahu apa yang ia lakukan? Dia sedang makan! Oke, dia makan. Tadi dia bilang dia malas. Apa kira-kira ada yang salah denganku?

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang