Kenyataan(7)

156K 6K 645
                                    

P a g i ini sangat kelabu, dingin dan sepi. Serta bulir-bulir air yang hinggap di dedaunan menambah kesan sejuk. Tadi malam hujan sangat deras, tetapi tidak ada suara guntur.

Sudah pukul enam lewat lima belas, waktunya aku untuk berangkat ke sekolah. Aku menuruni anak tangga satu demi satu, dan memakan roti yang sudah aku siapkan, tidak lupa membawa roti lebih banyak dan menaruhnya di kotak bekal.  Lalu segera aku memakai sepatu, dan siap untuk berangkat.

Tidak ada sosok Nathan di depan pagar, tidak ada pesan yang aku terima dari Nathan. Semuanya sudah berbeda, sudah tidak ada harapan lagi. Karena dia mencintai sahabatku sendiri. Tapi hubunganku dengan Nathan belum dikatakan putus, walaupun aku hanya sebagai pacar pura-puranya.

Aku ingin memperbaiki hubunganku dengannya menjadi sahabat saja, jadi aku bawakan dia bekal walaupun isinya hanya roti. Semoga dia suka.

Seperti biasa aku menunggu Bus datang, hanya sepuluh menit Bus pun datang. Aku segera menaikinya dan duduk di salah satu tempat yang disediakan. Bus nya tidak terlalu ramai, aku bersyukur akan hal itu. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja, aku sudah tiba di halte Bus sekolah. Aku berjalan kaki melewati jalanan beraspal yang masih lembab, wangi petrichor juga sangat menusuk indra penciumanku. Aku sangat suka, menambah kesan kesegaran dipagi hari.

Cukup jauh jalan dari halte menuju koridor sekolah, tapi tidak mengapa, karena ini sudah menjadi rutinitasku. Sesampainya aku di koridor, sudah banyak murid lain yang sampai dikelasnya. Melewati anak IPS dengan tatapan-tatapan sinis juga sebagai rutinitasku. Tapi aku hiraukan.

Dikelas aku tidak melihat Lulu, mungkin dia sedang ke kantin untuk sarapan. Karena tasnya sudah ada di samping bangku. Berarti tandanya dia sudah sampai lebih awal dariku. Sambil menunggu Lulu datang, aku mulai membuka ponsel, lalu membuka medsos sebagai teman disaat aku lagi bosan. Lima menit sebelum bel masuk kelas, Lulu sudah datang, aku perhatikan mimik wajahnya begitu lelah dan ada kekhawatiran disana. Ada apa?

"Lo abis kemana?" Tanyaku.

"Abis ke kantin, lo udah kerjain pr matematika?" Terlihat sangat jelas di wajah dan cara berbicaranya yang begitu lemas seperti belum makan.

"Udah kok. Lo kenapa? Sakit? Lemes gitu sih." Aku sudah terlalu penasaran.

"I'm fine. Tadi malam gue begadang aja ngerjain matematika," Ujarnya sambil menampakan seulas senyum yang sangat tipis.

"Ohh gitu, kirain ada apa."

Tanpa sepengetahuan Jessica, sebenernya Lulu memikirkan nasib percintaannya dengan Nathan, ia bimbang.

Pelajaran demi pelajaran berlangsung cukup tenang, dan tidak ada free class, semua guru matpel masuk sesuai jadwal. Padahal murid di kelas ipa-2 menginginkan free class walau ujung-ujungnya pasti dikasih tugas.

  Kriiiingggg...   kringggg..

Bel sudah berbunyi, Jessica langsung bergegas keluar kelas sambil membawakan bekal untuk Nathan. Tapi, Lulu lebih dulu keluar kelas dengan alasan dia kebelet pipis. Untung saja dia pergi ketoilet, kalau tidak pasti dia menanyakan untuk siapa bekal yang kubawa? Kalau sudah seperti itu, aku pasti mati kutu.

Menyusuri kelas demi kelas, untuk mencari sang pujaan hati yang sudah kandas akibat dia mencintai sahabatku. Miris sekali nasibku. Aku mencarinya di kantin, taman, halaman belakang sekolah, dikelasnya tidak ada. Kemana dia? Apa dia tidak masuk? Tapi itu mustahil mengingat dia anak baik-baik. Mungkin dia sakit. Tapi kemarin tidak ada tanda-tanda dia akan sakit, justru malah senang karena dia akan menembak Lulu. Huffttt, mengingat itu, tiba-tiba tubuhku lemas.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang