part 21 - Goodbye, Harry.

2K 310 27
                                    

Langit di pagi itu mendung, seolah-olah ikut berduka cita. Perlahan-lahan, tetesan air hujan mulai jatuh membasahi bumi, tetapi hujan itu tidak jatuh dengan deras, hanya gerimis. Udara menjadi dingin.

Suasana di dalam gereja itu tenang, walaupun suara isakan terdengar dari berbagai penjuru. Seorang perwakilan keluarga Styles, maju menuju mimbar dan mengetuk mic.
"Aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata, jadi aku akan langsung menceritakan beberapa hal saja," orang itu, Paman Sam, saudara Robin, tersenyum masam. Mereka baru saja selesai mengikuti misa, dan sekarang adalah saat dimana keluarga almarhum akan menceritakan riwayat hidup almarhum.

"Sejak Harry lahir, aku tahu dia akan menjadi anak yang sempurna. Maksudku, dia terlalu baik. Aku yakin kita semua punya pengalaman tersendiri dengannya," Paman Sam mengusap setetes air mata yang jatuh di pipinya, lalu kembali melanjutkan. "Aku ingat saat dia membantuku di pertanianku dulu. Anak yang ceria, ramah, dan penuh semangat,"

"Saat Edward meninggal, maaf harus mengatakan ini, dia bilang 'walaupun Ed sudah mati, aku tahu dia masih ada disini'" Paman Sam meletakkan tangannya di depan dada."Dan aku akan mengatakan yang sama tentangmu Harry. Walaupun kau sudah tidak ada, kau akan selalu ada di hati kami semua," beberapa anggota keluarga yang lain kembali menitikkan air mata, tidak terkecuali seorang gadis dengan rambut brunette yang memandang Paman Sam dengan tatapan kosong.

"Aku menyesal tidak sempat menjengukmu saat kau berada di rumah sakit, Harry. Aku sungguh menyesal. Tapi sekarang aku tahu kau sudah berada di tempat yang lebih baik, walaupun itu artinya kami tidak akan pernah melihatmu lagi sampai saat kami tiba," Paman Sam memandang langit-langit gereja, dimana lukisan malaikat tergambar disana. Paman Sam tersenyum.

"Aku tahu kau akan bilang padaku,'Paman Sam tidak boleh melihat ke belakang. Tak ada yang bisa kita ubah lagi soal masa lalu'" Paman Sam kembali memandang hadirin yang duduk di bangku-bangku yang ada di depannya. "Makanya aku tidak akan mengungkit soal hari-hari terakhirmu lagi. Aku tahu kau tidak akan suka itu," Paman Sam tertawa, menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. "Kita, sebagai keluarga, bisa membantu Harry. Sebagai penghormatan terakhir, marilah kita bersama-sama mengantarnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir,"

Setelah pidato kecil Paman Sam, semua orang yang hadir disitu berdiri dari tempat duduk, dan beberapa pria dewasa maju ke depan altar, membungkuk, lalu mengangkat peti Harry.
Diantara kerumunan orang-orang berpakaian hitam yang mulai berjalan keluar gereja, seorang gadis dengan rambut brunette sudah tidak sanggup menahan isakan yang ditahannya dari tadi. Dia membiarkan suara isakannya menggema, diantara isakan dan derap langkah kaki orang-orang yang lain.
Zayn hanya bisa memeluk pundak Runa dan sesekali meremasnya, memberinya peneguhan. Zayn memang beragama Islam, tetapi dia memilih untuk menemani Runa. Pria itu benar-benar kaget ketika mendengar berita ini, dan ketika melihat Runa pulang dengan mata bengkak. Dia benar-benar tidak menyangka Harry pergi secepat itu. Kadang, kematian datang seperti petir di siang bolong. Tidak diduga sama sekali.

Letak pemakaman Harry tak jauh dari letak gereja itu. Gereja itu jugalah yang dipakai saat mendoakan Edward dulu. Berhubung jasad Edward tidak ditemukan, maka di halaman belakang kediaman keluarga Styles, dibuat sebuah taman kecil untuk mengenang pria itu. Di ujung taman itu ada sebuah batu nisan dengan nama Edward diatasnya.

Mereka semua memasuki pemakaman itu, dan berjalan menuju tempat yang sudah disediakan. Mereka semua mengelilingi liang lahat itu, dengan orang tua dan kakak Harry di barisan depan. Robin dan Anne saling memeluk pundak satu sama lain, sementara Gemma memeluk pundak ibunya. Awalnya Gemma bilang pada Runa agar gadis itu datang bersamanya, tapi Runa menolak. Dia tidak sanggup melihat detik-detik terakhir peti itu diturunkan ke dalam liang.

Runa berdiri tepat di belakang Gemma bersama Zayn di sampingnya. Peti mulai diturunkan ke dalam lubang, dan setelah itu tanah mulai dimasukkan ke dalam lubang. Suara tangisan pecah di sekitar makam itu, dan hujan turun dengan deras. Walaupun hujan sudah mengguyur dengan deras, semua orang tidak berpindah tempat. Ada beberapa orang yang mulai memakai payung, tapi ada juga yang tidak. Mereka mulai memanjatkan doa, dan beberapa anggota keluarga yang lain mulai menabur bunga. Runa tidak sanggup melihat itu. Dia langsung memeluk Zayn dengan erat. Zayn balas memeluknya, dan mengusap-usap punggung Runa.

Setelah doa terakhir dipanjatkan, kerumunan orang itu mulai bubar. Tapi Robin, Anne, Gemma, Runa dan Zayn masih ada disitu. Mereka benar-benar sudah basah kuyup sekarang, kelimanya tidak menggunakan payung. Anne berbalik, mendapati Runa yang ada dalam pelukan Zayn. Anne mengernyitkan kening. Walaupun dia masih berduka, tapi dia jelas-jelas tidak mengenal Zayn. Zayn yang menyadari hal itu melepaskan pelukannya dari Runa dan tersenyum kecil.
"Aku Zayn Malik, kakak tirinya," Anne mengangguk mengerti. Dia lalu maju dan memeluk Runa erat, dan tangis keduanya pecah disitu. Gemma ikut bergabung.

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu. Jangan menangis lagi. Aku pergi dengan damai, kok.

Runa mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba saat mendengar suara itu, dan menoleh ke kiri dan ke kanan. Anne dan Gemma lalu melepaskan pelukan mereka, tapi sepertinya tidak menyadari Runa yang sepertinya sedang mencari sesuatu. Runa yakin dia mendengar suara itu, suara Harry.

Tapi tetap saja, dia tidak menemukan apa-apa.

"Ayo pulang," Zayn menarik pundak Runa ke dalam pelukannya, dan Runa menurut. Walaupun sebenarnya dia ingin tinggal, tapi sekarang hujan dan Harry tidak akan suka kalau dia jatuh sakit.
Keduanya berjalan beriringan dengan Robin, Anne dan Gemma, lalu berpisah di pintu pemakaman, dimana Robin dan keluarganya sudah ditunggui oleh Paman Sam di dalam sebuah mobil.
"Runa, aku akan membawakan sebuah paket ke rumahmu sebentar. Dari Harry," Gemma menepuk pundak Runa, dan gadis itu mengangkat wajahnya. Penampilan Runa benar-benar kacau. Mata merah yang bengkak, bibir pucat. Ditambah lagi dengan keadaannya yang basah kuyup.
"Dari Harry?" Runa bertanya, tapi suaranya tidak terdengar seperti suaranya sendiri. "Ya. Sampai jumpa," Gemma masuk ke mobil, dan Runa dan Zayn juga berjalan menuju mobil Zayn yang diparkir tidak begitu jauh dari situ.

Terima kasih untuk semuanya, Ru. Jangan menangis lagi ya. Aku cinta padamu.

Lagi, Runa menoleh ketika mendengar suara itu. Tapi dia tidak menemukan sosok orang yang begitu dirindukannya itu. Hanya suaranya saja. Runa menutup mata. Air matanya sudah bercampur dengan air hujan sekarang, jadi tak apa. Runa memegang dadanya sendiri, lalu berbisik dalam hati.

Bodoh. Aku mencintaimu juga, sangat.


Nobody Except You [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang