part 20 - Goodbye.

1.8K 302 53
                                    

Cahaya lampu masih menerangi kamar itu, walaupun waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Tubuh seorang gadis dengan rambut brunette terbaring di sofa, dan terdengar pula dengkuran halus. Di tempat tidur yang ada di kamar itu, seorang pria masih terbangun dengan wajah yang tidak tampak kecapaian. Dia tersenyum lebar sambil sibuk menulis sesuatu dengan pena di atas kertas. Sesekali dia melirik ke arah gadis itu, dan tertawa kecil.

Bunyi mesin-mesin yang ada di kamar itu mengisi kekosongan malam, membuat bunyi-bunyi lain terasa sangat samar. Pria tadi, Harry, merobek selembar kertas dari bukunya, lalu melipatnya. Diselipkannya kertas itu ke dalam buku, lalu dengan perlahan buku itu ditaruhnya di bawah bantal. Harry lalu mengembalikan posisi sandaran tempat tidurnya ke posisi berbaring, lalu menutup mata.

"Selamat malam Runa, mimpi indah. Aku mencintaimu," Harry berbisik walaupun dia tahu Runa sudah tidur dan tidak akan mendengarnya, tapi dia tersenyum. Tak lama kemudian, Harry juga ikut terlelap bersama Runa, dan dengkuran halus juga terdengar.

~

Friday, 8 August 2015.
23.35

Anne Styles tidak bisa habis pikir, bagaimana putranya bisa bertemu dengan Runa dan bahkan menjadi kekasihnya. Anne tidak keberatan, tapi fakta di balik itulah yang membuatnya keberatan.

Anne tahu siapa Runa. Siapa orang tuanya. Seperti apa masa lalunya.

Anne ingin memutuskan hubungan keduanya karena latar belakang Runa?

Tidak.

Ada sebuah alasan kenapa mereka berdua tidak bisa berpacaran.

Harry dan Runa masih memiliki hubungan darah.


"Anne?" suara Robin terdengar memanggil istrinya, dan Anne menoleh.
"Kau belum tidur?" Robin, yang baru saja menyelesaikan beberapa proposalnya di ruangannya terkejut melihat Anne yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Belum. Aku memikirkan beberapa hal," Anne menopangkan dagunya di tangan, dan Robin berjalan ke arahnya.
"Harry sudah tahu, kan?" Robin bertanya dengan nada memastikan. Anne mengangguk.
"Kalau kau masih merasa bersalah karena baru memberitahunya sekarang, itu bukan salahmu," Robin mengelus pundak istrinya, dan Anne menghela nafas panjang.
"Bukan soal itu. Runa." Anne menggeleng-gelengkan kepalanya, dan Robin menghela nafas. Dia mengerti maksud Anne.
"Kalau kau merasa buruk, tidur saja dulu, istirahat, jangan memaksa dirimu sendiri," Robin meremas pundak istrinya, dan Anne mengangguk lemah.
"Apakah tidak apa kita biarkan Runa tidur disana?" Anne berdiri dengan pelan.
"Tentu saja tidak apa-apa. Selama ini kau sudah menginap disana, dan Harry saja tidak keberatan. Kita akan kembali besok dan Harry tidak akan kenapa-napa. Aku jamin itu," Robin memeluk istrinya dari samping, dan Anne menghela nafas panjang, lagi.

Keduanya lalu menaiki tangga menuju lantai dua, lalu masuk ke kamar mereka. Anne langsung berbaring di tempat tidur, diikuti oleh Robin yang telah berganti pakaian. Tapi Anne tidak langsung tidur. Pikirannya masih terbebani oleh banyak hal. Dia tidak bisa menyingkirkannya begitu saja dari pikirannya.

Sudah sekitar lima belas menit sejak mereka berbaring, dan Anne tidak bisa tidur. Dia tidak tega untuk membangunkan Robin karena pria itu benar-benar kecapaian. Perusahaan mereka benar-benar sibuk akhir-akhir ini, dan ada kabar bahwa mereka akan bangkrut. Makanya Robin selalu sibuk.

Tiba-tiba saja, bunyi dering ponsel mengangetkan Anne, dan tangannya meraih ponsel yang diletakannya di nakas di samping tempat tidur. Dengan alis berkernyit, dia menatap layar ponselnya, sambil menyesuaikan matanya dengan cahaya ponsel karena lampu kamar sudah dimatikan.

Runa yang menelfon.

"Halo Runa? Ada apa sayang?" Anne bertanya dengan nada khawatir. Pasti tentang Harry. Pasti.
"Mom, aku-, itu, Harry," suara sesenggukan Runa terdengar dari seberang, dan Anne langsung terduduk kaget.
"Tunggu, aku dan Robin akan segera kesana," Anne langsung mematikan sambungan telefon, dan mengguncang bahu Robin dengan panik.

"Rob! Cepat bangun! Sesuatu terjadi pada Harry!"

~

Friday, 8 August 2015.
23.55

Derap langkah kaki yang terburu-buru terdengar menggema di lorong, untungnya lorong itu sepi karena sekarang sudah tengah malam. Di ujung lorong, ada seorang gadis yang duduk di bangku panjang sambil menatap pintu di depannya dengan tatapan kosong.

"Runa!" Gadis itu menoleh, dan jelas sekali dia habis menangis. Matanya sembab, pipinya tampak berkilat-kilat ditimpa cahaya lampu.
"Mana Harry?" Anne mencengkram dua bahu Runa, dia benar-benar khawatir. Dengan kaku Runa menunjuk ke arah pintu di depannya, dan Anne berjalan ke arah pintu itu. Di pintu ada jendela berbentuk bundar, dan Anne mengintip ke dalam. Tapi dia tidak bisa melihat apa-apa, hanya tirai putih saja, yang menutupi pemandangan di balik tirai itu. Ada beberapa suster yang bergerak keluar-masuk tirai itu.
Dengan lemas, Anne ikut duduk di samping Runa, dan memeluk gadis itu dari samping.
"Tenang saja," Anne berusaha menenangkan Runa,tapi gagal. Suaranya sendiri bergetar, dan pertahanannya runtuh. Air mata pun mulai berjatuhan di pipinya. Robin dan Gemma yang baru saja sampai di sana, langsung ikut memeluk satu sama lain, menenangkan diri masing-masing, dan mencoba meneguhkan perasaan satu sama lain.
Robin lalu duduk di samping Gemma, dan Gemma duduk di samping Runa dengan Anne di sebelahnya. Runa menutup matanya sendiri, dan menyandarkan kepalanya di pundak Gemma. Anne memeluknya dari samping sambil meremas bahunya, tapi itu tidak membuat Runa tenang. Pikirannya bercampur aduk.

Waktu terus berlalu, dan mereka semua menyimpan harapan dalam hati masing-masing, meski kecil. Rasanya baru beberapa jam lalu mereka bercanda ria dengan Harry, dan sekarang dia sedang berada dalam kondisi kritis.

Tiba-tiba saja pintu di hadapan mereka terbuka, dan keluarlah dr. John. Runa langsung berdiri, menatap dr. John dengan tatapan penuh harap.
"Aku benar-benar tidak ingin mengatakan ini," dr. John mengawali ucapannya, "Tapi Harry tidak selamat,"


DEG.


Seolah-olah telah ditembak dengan peluru, Runa langsung jatuh ke lantai. Dia tidak mengucapkan apa-apa. Gemma yang berdiri di belakangnya menutup mulut dengan tangan, dan air mata mulai jatuh. Anne berteriak histeris, dan Rob segera bergerak mendekat dan memeluknya. Air mata Rob juga jatuh, tapi dia tidak berkata apa-apa.

"TIDAK! DIA TIDAK MUNGKIN MATI!" Gemma berteriak sambil memukul-mukul tangannya ke arah dr. John, dan dengan tenang dr. John menangkap tangan Gemma dan menenangkannya.

Runa merasa seolah-olah semuanya lenyap begitu saja. Dia tidak mendengar isakan Gemma, atau teriakan histeris Anne. Semua indranya mendadak tidak berfungsi. Yang terakhir Runa tahu adalah dia mendengar suara Harry, sebelum semuanya berubah menjadi hitam.

"Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu"


Nobody Except You [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang