part 9 - He's gone.

2.3K 347 8
                                    

Please press the vote button, my readers :)
Btw makasih utk 300 menjelang 400 readsnya!
Kalo kalian ga mau vote, aku ga bisa apa² lagi..
aku mah gitu orangnya :'(
__________________

Sejak kejadian kemarin, Runa dan Harry tidak saling kontak. Bahkan berkirim pesan sekalipun tidak.
Runa memang ingin mengirimkan pesan singkat pada Harry, tapi dia merasa gengsi. Lagipula kemarin Harry sudah bilang dia tidak marah, jadi Runa tidak perlu repot-repot. Karena memang tujuan awalnya adalah untuk meminta maaf. Tapi walaupun begitu, ada bagian kecil dalam diri Runa yang merindukan lelaki itu. Harry seolah-olah sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya tanpa dia sadari.

"Kenapa ini begitu rumit sih?" Runa mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kesal, lalu berbaring di atas rerumputan. Ia lalu mencoba menghadang silaunya sinar matahari siang menjelang sore dengan telapak tangan kanannya, dan menatap langit biru cerah kota New York. Dengan tangan kirinya Runa merogoh saku celana pendeknya, lalu membuka iMessage-nya. Nama Harry ada disitu, tapi itu hanya SMS dari beberapa hari lalu.

Runa mengetikkan sesuatu disitu, ditambah dengan beberapa emotikon, tapi kemudian dihapus lagi. Begitu terus, berulang-ulang.

"Uuggh!!" Dengan kesal Runa kembali memasukkan ponselnya ke saku, lalu bangkit dari posisi berbaringnya. Dia sekarang berada di taman yang tak jauh dari rumahnya. Dia sudah berada di sini untuk, mungkin satu jam ? Entahlah, Runa lebih nyaman menyendiri daripada harus di rumah dan bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Runa menekuk lalu memeluk kedua lututnya yang rapat dengan dada, lalu membiarkan dagunya bertemu dengan lututnya.

"Lho, Runa?" sebuah suara yang agak serak mengagetkan Runa, dan spontan dia berbalik.

"Louis!" Senyum Runa merekah, lalu dia langsung bangkit dan memberikan pelukan singkat pada pria itu. Louis yang mengenakan sweater abu-abu dan celana training hanya bisa tertawa melihat Runa.

"Kau ini kenapa ? Tumben sekali datang kesini," Louis membuka percakapan ketika Runa sudah melepas pelukannya.
"Sedang malas di rumah," bohongnya, "Kau sendiri?"
"Menemani adikku." Louis tersenyum penuh makna, lalu berbalik, Runa ikut melihat ke arah pandang Louis, dan mendapati seorang anak kecil berlari-lari ke arah mereka, diikuti oleh anak yang lain. Kembaran ? Mungkin.
"Aku tak pernah tahu kau punya adik," Runa mengernyitkan kening, dan Louis tertawa. Memang selama ini tak pernah ada yang tahu, karena Louis begitu tertutup tentang keluarganya karena masalah yang dialaminya. Tapi sejak masalahnya tuntas, dia tidak akan segan untuk menceritakannya pada orang lain.

"Daisy, Phoebe, ini teman kakak, namanya Runa. Kalian harus memanggilnya kak Runa atau tante Runa juga boleh ya," Louis mengenalkan adik-adiknya yang memang kembar pada Runa, dan Runa yang memang sifat alaminya suka pada anak kecil, tersenyum lalu berjongkok agar tingginya sama dengan Daisy dan Phoebe yang sepertinya baru berusia 5 atau 6 tahun itu. Mereka bukan kembar identik.

"Hello, Daisy, Phoebe, kalian bisa memanggilku sesuka kalian," Runa tersenyum lembut, lalu mencubit pipi kedua gadis itu dengan gemas. Louis yang melihat momen itu hanya bisa tersenyum, walaupun dalam hati dia cukup terkejut bahwa Runa ternyata memiliki sisi keibuan.

"Kalau aku memanggil kakak dengan nama kakak Runa boleh?" salah satu dari antara mereka, yang Runa duga sebagai Daisy, bertanya.
"Tentu saja, sweetheart," Runa menggunakan kata sweetheart karena dia tidak ingin salah memanggil nama kedua gadis itu. Misalnya dia bilang Daisy, ternyata Phoebe.
"Kak, berarti kak Runa sama seperti kak Niall dan kak Lime? Teman kakak ?" anak yang posisinya paling dekat dengan Louis, yang Runa duga sebagai Phoebe, bertanya pada Louis sambil menarik-narik celana trainingnya. Runa yang menyadari apa yang dikatakan Phoebe pun tertawa kecil, dan Louis menaruh telunjuknya di depan bibir, menyuruh Runa untuk tetap tidak memberitahukan kenyataannya.

Nobody Except You [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang