part 16 - All The Fuckin' Truth.

1.9K 308 40
                                    

Gadis itu menghela nafas panjang, lalu mengangkat wajahnya sambil menatap lautan. Laut memang berwarna biru, walaupun sebenarnya air itu bening. Hanya saja karena ada efek dari pembiasan cahaya. Runa membenci warna biru laut karena itu adalah warna favorit mendiang ayahnya. Dia juga benci memandang langit, terkadang. Hampir semua hal yang tidak disukainya itu berhubungan dengan ayahnya.

"Aku lahir hari ini, delapan belas tahun yang lalu," dia membuka suara, sedangkan laki-laki di sebelahnya hanya diam, mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Ibuku, Cathrine Elisabeth Wells, meninggal saat melahirkan aku," suara Runa menjadi sangat kecil dan pelan, tetapi Harry masih sanggup mendengarnya. Mata Harry langsung membelalak, siapa yang tidak akan kaget?

"Tapi Ru-"
"Jangan dipotong dulu," ucap Runa tanpa menoleh ke arah Harry. Harry kembali bungkam, menunggu Runa untuk melanjutkan ceritanya. Ini akan menjadi semakin membingungkan. Runa sendiri masih tidak percaya akan hal ini. Tapi kenyataan tetaplah kenyataan.

"Ibuku melahirkan melalui proses persalinan normal, tapi aku tidak tahu penyakit apa yang membunuhnya. Yang jelas dia kekurangan darah, jadi dia menghembuskan nafas terakhir setelah aku berada lima belas menit di dunia ini," Runa menggigit bibir bawahnya, dan Harry mulai bergerak mendekat dan menyentuh punggung Runa, lalu menariknya ke belakang. Runa membiarkan Harry melakukan itu, dan dia pun bersandar di pundak Harry.

"Ibuku memiliki seorang saudari kembar identik, namanya Margareth Alicia Wells. Dialah yang berperan sebagai ibuku sekarang," jemari Harry yang tadinya bermain dengan rambut Runa pun berhenti bergerak. Ini sangat, sangat mengagetkan. Tapi Harry tetap diam.

"Aku bersikap seperti itu padanya karena dia bukan ibu kandungku. Dan, dia tidak menikah dengan ayahku, mereka hanya terikat sebuah perjanjian," Runa menghela nafas panjang, ketika mengingat 'perjanjian' itu.

"Perjanjian apa?"

Bagaikan lembaran buku, memori Runa kembali ke beberapa tahun lalu, tepatnya saat dia berumur tiga belas jalan empar belas tahun, saat dia tahu semuanya.

(Flashback On)

Aku berjalan sambil membawa gitarku dari dalam kamar. Hari ini aku sedang berada sendiri di rumah, dan aku berniat pergi ke ruang tengah untuk menonton film-film musikal. Saat sampai di ruang tengah, aku tidak menemukan remote tv, jadi aku langsung ingat bahwa Ayah menyembunyikan remote di ruangan kerjanya agar aku bisa fokus belajar. Tapi sekarang ini akhir minggu, jadi aku bisa mengambilnya.

Setelah menaruh gitarku di sofa ruang tengah, aku berjalan menuju ruang kerja Ayah yang letaknya tak begitu jauh dari ruang tengah. Ayah biasa menyimpan remote di laci meja kerjanya, atau di rak bukunya. Jadi aku mulai mencari di rak bukunya. Tapi ternyata remotenya tidak ada disitu. Aku langsung berbalik dan berjalan menuju meja kerja Ayah, berniat untuk membuka laci sebelah kanan atas. Tapi di laci itu ada map yang terjepit, jadi ketika aku membukanya, map itu sedikit 'terlempar' keluar. Beberapa lembar kertas pun jatuh, dan aku mengambil kertas-kertas itu. Ayah memang seorang koki, tapi dia juga gemar membaca. Dia bilang dia dulu ingin menjadi seorang pengacara, tapi karena kakek ingin dia menjadi koki, dia pun menjadi koki.

Aku mengernyitkan kening dengan heran melihat namaku terpampang di judul map itu dalam huruf kapital,
'RUNA ISABELLA BLACKBURN'
Karena penasaran, akupun membuka map itu. Kertas pertama bertuliskan 'Surat Perjanjian', dan ketika aku selesai membaca surat itu, aku segera membolak-balikkan lembar sebelumnya, memastikan isinya. Ini pasti palsu. Ini tidak nyata.

Tapi ada satu bukti yang membuatku yakin.

Tanda tangan Ayah yang tidak ada duanya, dan foto mayat serta kuburan Ibu.

Nobody Except You [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang