Lightweight #25

2.5K 100 0
                                    

Aku membungkukkan badanku sedikit untuk melihat Marco yang sedari tadi tidak banyak pergerakan.

"Kau tidak mau bermalam disini?" Tawarku serius.

"Tidak. Aku merindukan ranjangku." Sergahnya tanpa menoleh ke arahku.

Aku membulatkan mulutku membentuk huruf 'o' dengan sempurna.

"Selamat malam Marco. Berhati-hati lah dijalan." Kataku sebisa mungkin untuk menarik perhatiannya.

Tapi entah mengapa ia sama sekali tidak ada keinginan untuk menatapku. Ia hanya menganggukan kepalanya, menengok sekilas untuk mematiskan bahwa kaca jendela mobilnya sudah tertutup rapat, dan begitu saja melajukan mobilnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Aku menyerit bingung dengan sikapnya yang sekarang berubah 180 derajat! Mulai dari penerbangan kami kembali ke kota ini, ia sama sekali tidak berusaha untuk mengajakku bicara. Apa yang sebenarnya terjadi?
Mungkin dia sedang kelelahan? Tebak Dewi batinku.

Aku membuka pintu kamarku sesegera mungkin karena tubuhku sudah cukup remuk untuk hari ini.
Aku mengirimi message kepada Marco sebelum aku jatuh tertidur.

"Apakah kau sudah sampai?"

Aku hampir tertidur ketika sedang menunggu balasan dari Marco. Aku menatap langit langit kamarku hanya untuk menguatkan mataku supaya tidak terpejam.

Ini sudah lebih dari berpuluh puluh menit, dan ia masih belum membalasnya. Padahal biasanya, aku tidak harus menunggu selama ini untuk mendapatkan balasan darinya.
Tidak kuasa untuk menahan kantukku lagi, aku pun tertidur dengan pulas.

.........

Aku terbangun di pagi hari ini dengan perasaan yang begitu gusar. Dengan segera aku mengecheck hp ku kalau kalau Marco membalas message ku tadi malam.
Dan nihil. Tidak ada pesan atau panggilan apapun tertera di layar hp ku. Aku mendengus kecewa. Kemana perginya Marco?

Sudah beberapa bulan terakhir ini aku memang tidak lagi memimpikkan mimpi mimpi gelapku yang biasanya. Mulai dari malam pertama aku tidur berdampingan dengan Marco, mimpi itu tidak pernah lagi datang untuk mengacaukan hariku.
Walaupun terasa aneh untuk mengakuinya, tapi aku yakin sekali bahwa Marco adalah penangkal dari semua mimpi buruk ku.
Sudah kubilang kan kalau aku selalu merasa aman dan nyaman jika Marco berada disekitarku. Dia benar benar seperti perisai.

Deg.

Hatiku tersengat ketika membayangkan kalau dirinya adalah sebuah perisai. Kata kata Jorgan yang kemarin pun mengelebati pikiranku yang gusar pagi ini.

Kau menyebutnya sebagai perisaimu?!! Kau mulai ketergantungan dengannya? Dan apakah kau menaruh perasaan lebih dari seorang teman sekarang?! Dewi batinku melipatkan kedua tangannya dibawah dada sembari mengintrogasiku.

Tidak.tidak.tidak.

Aku menggerakkan jari jari ku untuk memanggil contact Marco.
Menunggu dengan sabar untuk Marco mengangkatnya.

Aku menghela nafasku kasar ketika Marco tidak juga menjawab panggilanku yang sudah lebih dari 5 kali!!!
Ku coba sekali lagi dan ternyata ia sudah mematikan ponselnya sekarang.
Apa apaan?! Geramku.

...........

Aku melangkahkan kaki ku dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Marco benar benar mengacaukan hariku! Menyebalkan.

Aku berjalan sembari menggerutu dalam hati dan tersentak ketika mobil yang tidak asing bagiku menepi dan membuka kaca jendelanya.

"Hei! Ayo masuk." Ajaknya yang tanpa ragu untuk aku terima.

Lightweight [Completed]Where stories live. Discover now