Lightweight #6

4.2K 176 3
                                    

Aku tersentak ketika seseorang mengguncang tubuh ku dengan keras.
"Phoebe? Kau tak apa?" Kata suara itu panik.
Penglihatanku buyar karena segumpal air mata yang memenuhi kelopak mataku.
Ku kerjapkan mataku berkali kali untuk memfokuskannya.

Ku lihat sepasang bola mata hijau terang sedang menatapku dengan panik. Astaga. Aku lupa kalau Piper ada disini.

"Aku tidak apa apa." kataku cepat dengan suara yang serak dan menjijikan sembari mengusap wajahku dengan kasar.
"Kau berteriak, memanggil 'Mom dan Dad' berkali kali, lalu kau mulai menangis sampai sesenggukkan. Kau yakin tak apa?" Katanya lagi untuk meyakinkanku.

"Tidak usah diperdulikan. Aku tidak apa apa." aku langsung beranjak sebelum Piper menanyaiku hal hal yang lebih jauh.
Dia masih jongkok hampir tidak bergeming didekat sofa.

"Sungguh, aku tidak apa apa Pipe. Kau sudah merasa lebih baik?" Lanjutku karena situasi ini membuatku canggung.

"Baiklah. Ya, terimakasih sudah memperbolehkanku tidur dikamar mu." katanya yang sekarang bangkit dan menghampiri ku.

"Aku tidak memperbolehkanmu pada awalnya. Kau lah yang memperbolehkan dirimu sendiri." sindirku sambil melangkah menuju kotak obat untuk mengambil beberapa pil penghilang rasa sakit kepala. Lalu ku sodorkan pil itu kepada Piper.
"Minum ini, aku tahu pasti kepalamu sedang berperang saat ini."

Dengan ragu ia mengambil pil yang ku sodorkan. "Terimakasih" katanya dengan senyum simpul.

Setelah beberapa saat Piper menengguk habis pilnya, pintu apartemen terbuka begitu saja memperlihatkan Jeff yang kaget melihat kearahku dan Piper.

Ada beberapa jeda ketika kami semua terdiam. Hingga akhirnya Piper dengan sengaja menginjak kaki telanjangku. Aku menjerit pelan, lalu menyadarkan diriku sendiri.
"Oh hei Jeff, baru pulang?" Kataku.
"Ya, setelah makan malam, aku kembali lagi ke kantor. Pekerjaanku sedang menumpuk sekarang." jelasnya.

Aku membulatkan mulutku dan menganggukkan kepala ku tanda mengerti.
Tak lama, Piper menyenggol perutku dengan sikutnya.
"Dan Jeff, kenalkan. Dia Piper Hart, tetangga kita. Kamarnya berada di 1 lantai diatas kita." kataku akhirnya mengerti apa maksud Piper.

"Hei. Senang akhirnya Phoebe membawa teman kesini." sapa Jeff sumringah sembari menjabat tangan Piper.

Bisa ku lihat Piper menyembulkan warna merah dipipinya. Apa apaan?

"Aku juga teman satu kampusnya Phoebe." tambah Piper.

"Oh benarkah? Senang bertemu denganmu Piper. Aku Jeffery Falls." Kata Jeff dengan sangat ramah.

Piper hanya menganggukkan kepalanya malu malu.

Setelah perkenalan dramatis ini, akhirnya Jeff izin untuk pergi ke kamarnya. Aku bisa melihat raut wajahnya yang tampak sekali sedang kelelahan. Jadi aku mengusulkan untuk membuatkannya sarapan pagi ini.

..........

"Kau tidak pernah menceritakan kalau kau punya kakak laki laki." tanya Piper terus menerus, ia sangat menggangguku.

"Enyahlah. Aku tidak mau Jeff mati kelaparan hanya gara gara kau tidak mau minggir dari meja kompor." Kataku sambil mendorong pelan tubuh mungilnya.

"Kau harus menjawabku dulu Phoebe!" Renggeknya rewel. "Kau mempunyai kakak laki laki tampan, dan kau tidak menceritakan kepadaku? Teman macam apa kau?!" lanjut rengekkannya.

Aku memutar kedua bola mataku jengah. "Pertama, mengapa pula aku harus repot repot menceritakan tentang Jeff atau kehidupanku kepadamu? Kedua, aku bukan teman mu. Ketiga, jika kau tidak mau menghentikan ocehanmu itu, aku akan menyumpalmu dengan spatula." kataku geram sambil menggoyangkan spatula kearah wajahnya.

Lightweight [Completed]Where stories live. Discover now