Lightweight #14

3.5K 133 0
                                    

Kami sama sama terdiam ketika pandangan kami bertemu satu sama lain.
Tak lama, ku lihat dia melayangkan tangan kanannya tepat didepan wajahku.

Aku menyerit heran dan mentapnya dengan tatapan, "Apa yang sedang kau lakukan?"

Dia terkekeh sebentar sebelum menjawab,
"Mari kita lupakan pertemuan pertama kita yang buruk. Mari mengulang semuanya dari awal. Mau kah kau?" Tanya nya pelan, masih bertahan dengan satu tangannya yang ia condongkan kearahku.

Aku menatapnya sebentar, sedikit bingung sebelum akhirnya aku mengulurkan tanganku juga untuk menjabat tangannya.

"Phoebe." kataku memperkenalkan diriku sendiri dengan sudut bibir yang ku tarik.

"Marco Daxon, kesenanganku untuk bertemu denganmu." Katanya dengan....manis?

"Senang bertemu denganmu juga."

Dia masih mengenggam tanganku, dan entah mengapa aku tidak keberatan akan hal itu.

"Aku tahu kau memang punya cara sendiri untuk menjaga dirimu dari orang asing, tapi tolong jangan menutup dirimu dari orang orang disekitarmu. Entahlah, jika kau memang tidak mau membuka diri dengan orang lain, tapi setidaknya jangan menutup dirimu denganku." Katanya panjang lebar dengan tatapan yang lurus menuju mataku.
Aku melihat tatapannya tanpa ragu ketika ia mengucapkan kata katanya barusan.

Aku tertegun, tak tahu harus membalasnya. Aku terdiam cukup lama sampai akhirnya aku membuka mulutku yang terasa sangat kering.

"Baiklah, tolong bantu aku sebisamu." Hanya itu kata kata yang bisa ku keluarkan.

Dia menganggukkan kepalanya dengan keras seraya tersenyum lebar memperlihatkan rentetan gigi putih ratanya yang menawan. Tapi masih menggenggam tanganku dengan erat.
"Um..okay, karena sudah berkenalan. Bisa kah kau membiarkan telapak tanganku bernafas?" Kataku dengan ragu.

Dengan segera ia melapaskan tangannya dan bersiul pelan untuk tidak merasa 'malu', pikirku.

...........

Aku menghentikan langkahku ketika aku hendak menutup pintu kamarku, yang kebetulan Marco baru saja keluar dari kamar mandi yang tak jauh berada di dekat kamarku.

Aku menahan nafasku ketika melihat Marco hanya menggunakan handuk putih yang menggantung sempurna di lingkaran pinggangnya. Bisa ku lihat lekukan otot dada dan perutnya yang begitu keras basah karena jatuhan jatuhan bulir air dari rambutnya.

Dewi batinku melotot karena melihat pemandangan yang begitu panas namun juga menyejukkan diwaktu yang bersamaan.
Bukannya aku norak karena belum melihat pria pria berlanjang dada sebelumnya, aku hanya tidak menyangka bahwa Marco memiliki dada yang bidang dan tak kalah panas seperti dada dan perut actor Hollywood yang sering kulihat di film.

"Um.. jadi kau sudah siap untuk pergi ke kampus?" Katanya ragu.

Dengan segera aku menampar diriku sendiri untuk sadar,
"Huh?....--Ya. Sepertinya kau belum." Gumamku dengan suara yang sedikit ragu.

Dewi batinku memarahi diriku karena aku terlihat sangat bodoh saat ini.

"Kau bisa memakai kaus Jeff jika kau mau." Kataku lagi, kali ini dengan suara yakin.

Dia mengangukkan kepalanya dan dengan perlahan berjalan melewatiku yang masih mematung seperti orang tolol ketika ia hendak menuju ke kamar Jeff.

Aku bisa mencium bau harumnya sekilas ketika ia melewatiku. Ia memakai shampoo Jeff yang memang sengaja ku beli untuk Jeff.
Tapi yang bisa ku tebak, ia memakai sabun yang sama dengan apa yang ku pakai.

Lightweight [Completed]Kde žijí příběhy. Začni objevovat