Lightweight #9

3.7K 137 0
                                    

Ketika aku berjalan menyusuri koridor, tak lama aku melihat Piper sedang berjalan kearahku diarah yang berlawanan.

"Hei," sapanya seperti lega ketika ia menemukanku.
"Ayo pergi." ajakku langsung.

"Pipe, tolong antar aku ke Stella's Restaurant." pintaku setelah beberapa menit mendaratkan bokongku di kursi penumpang mobil miliknya.

Dia menyerit heran sebelum menanyaiku. "Kau akan bekerja? Bukannya kita sudah sepakat bersama Jeff kalau hari ini kau masih akan beristirahat kerja?" Tanyanya panjang lebar.

"Tolong saja, aku bosan kalau hanya berdiam diri dirumah.please." Renggekku.

Ia berdiam diri sebentar sebelum menganggukan kepalanya tanda setuju.

Kami mengalami keheningan yang cukup panjang sebelum akhirnya Piper menanyakan beberapa pertanyaannya.

"Aku tadi melihatmu. Duduk dikoridor. Bersama Marco. Apakah aku tidak salah lihat?" Katanya dengan hati hati

Aku menjawabnya dengan anggukan kecil.

"Oh benarkah?! Apa tepatnya yang kalian bicarakan?!" Tanya nya tidak percaya. Dan.. antusias?

"Pada intinya, dia sedang mendekatiku." Balasku cuek sambil menatap lurus kedepan.

Dia menoleh kearahku sekilas dengan mata yang sedikit membesar.

Ah, reaksinya sangat berlebihan. Pikirku.

"Sudah kubilang bukan, kalau Marco adalah pria breng...."

"Ya, aku tahu," kataku dengan cepat memotong ucapannya.
"Dia bilang padaku tadi, bahwa dia mendekatiku bukan untuk hal seperti itu." lanjutku lagi.

"Lalu kau percaya?" Tanya nya cepat.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku, tanda bahwa aku juga tidak mengetahui jawabannya.

"Bajingan itu mau apalagi kalau tidak ingin menidurimu?" Gumamnya lebih kepada dirinya sendiri.

Dan kulihat Dewi batinku menganggukkan kepalanya seraya ikut serta dalam menemukan jawaban yang dicari oleh Piper.

"Apakah kau yakin kalau Marco tidak pernah memiliki kekasih sebelumnya?" Pertanyaan itu keluar begitu saja tanpa perintah. Mengapa kau bertanya seperti itu Phoebe?! Dewi batinku menggeleng.

Dia ikut menggelengkan kepalanya juga sebelum menjawab.
"Bahkan, batu batu krikil dijalanan pun tahu jawabannya Pheebs. Dia tidak pernah mau terjebak dalam hubungan sepasang kekasih." Desisnya.

...............

Aku lebih memilih untuk merasakan lelah diseluruh badanku ketimbang merasa pening dikepalaku karena memikirkan pertanyaan pertanyaan yang kubuat sendiri setelah kata kata Marco yang masuk secara paksa dan langsung menyeruak diseluruh dinding kepalaku.

Hanya tinggal beberapa jam lagi restaurant ini akan tutup. Pengunjung di jam sekarang juga sudah mulai sepi. Saking sepinya, meja yang terisi oleh pelanggan masih bisa dihitung oleh jari.

Ketika secara mengejutkan aku masuk kerja hari ini, beberapa pelayan dan koki menanyakan keadaanku yang sebenarnya. Dan mereka terlihat lega ketika aku mengatakan bahwa aku baik baik saja secara langsung kepada mereka.

Ternyata masih ada yang peduli denganku. Memikirkan bahwa mereka peduli denganku membuat hatiku merasa cukup hangat.
Tapi dengan buru buru Dewi batinku menampar untuk mengingatkanku.
Jangan merasa senang dulu, mungkin saja mereka hanya sekedar basa basi belaka?

"Phoebe, sejak dari hari kau tidak masuk kerja. Ada seorang pria yang terus datang dan duduk di meja yang disana. Dia terus menerus menanyai mu juga." Kata Jose sembari menunjukkan meja nomor 24 dengan kepalanya ketika aku melamun dimeja kasir.

Lightweight [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن