36 : Mysterious Man

1.6K 90 6
                                    

"Syukurlah kau datang Herodotus, ayo cepat! kita tidak punya banyak waktu lagi" pria berambut pirang itu berseru pada Herodotus yang baru saja turun dari atas kudanya.

Herodotus mengangguk lalu mulai ikut mengikat tali yang melilit sebuah pot batu dihalaman rumah. Pria itu mengikatnya begitu kuat dengan simpul mati sehingga sulit untuk dilepaskan. Setelah selesai dengan pot batu tersebut, giliran ia mengambil dinamit yang diletakkan disebuah karung besar tersebut. Ia mengambil dinamit itu dan mulai berlari menuju rumah yang lain dengan bahan perekat berupa lumpur, atau tali kekang lainnya. Setelah itu Herodotus mulai memanjat ke rumah lainnya untuk menanamkan bom tersebut seperti yang dilakukannya tadi.

Tak banyak berbicara, ia sudah sampai di atap rumah lagi dan mulai merekatkan dinamit itu dengan lumpur. Herodotus menyambung penyulut dinamit tersebut dengan penyulut lain yang lebih panjang yang terhubung menjadi satu disebuah pusat yang dikendalikan oleh seseorang. Jika seluruh rumah sudah dipasangi dinamit yang sudah diatur maka dalam sekejap jka pemicu dinyalakan seluruh isi kota akan hancur dan Heliopolis jatuh ditangan Roma. Sesuai rencana Octavianus.

Heodotus turun kembali dari atap rumah dan mengambil dinamit untuk dipasang lagi dirumah yang lain. Ini adalah waktu yang tepat karena seluruh penduduk Heliopolis sedang melakukan pemujaan di kuil, dan kondisi kota kosong tertinggalkan. Tidak ada yang menjaga kota sehingga Romanians dengan mudah menyusup ke dalamnya. Saat ini kurang puluhan rumah lagi yang belum dipasangi oleh bom dan pemujaan akan berakhir tengah hari nanti. Jadi mau tak mau Herodotus memacu kecepatannya lainnya dan bergerak lebih cepat. Pria itu melompati atap rumah satu dengan atap rumah lainnya dengan lincah guna memasangi dinamit disetiap bagiannya. Gerakan Herodotus begitu lihai ketika melompati rumah rumah itu dan professional ketika menyembunyikan dinamitnya sehingga tak memakan waktu lama semua rumah di Heliopolis sudah dipasang Dinamit sehingga siap untuk diledakkan.

Lycant sudah menunggu Herodotus dibawah rumah yang dipasang dinamit terakhir. Setelah selesai menyambung penyulut dinamit tersebut Herodotus mengulurnya kebawah sembari ia melompat turun dari atas rumah. Setelah sampai dibawah ia mengikat sulut tersebut bersamaan dengan sulut pusat yang dipegang oleh Lycant. Lycant menyeringai puas saat sukut tersebut sudah siap dengan sempurna, "Sekali tekan maka boom. Heliopolis akan musnah dalam hitungan detik" ujarnya renyah,

Herodotus juga tersenyum. Jenis senyum licik khas yang bermain di matanya "Mari kita lihat apa yang dihadiahi dewa kebanggaan mereka ketika mereka pulang" imbuh Herodotus,

dari radius 300 meter, Herodotus bisa melihat arak arakan penduduk Helipolis dibalik cakrawala tersebut. Ia menyeringai kemudian naik keatas kudanya, lalu memacu kudanya menauh dari kota bersama Lycant yang mengikutinya dibelakang. Mereka meninggalkan kota tersebut, tidak benar-benar meninggalkan hanya menjauh sejauh jauhnya namun masih mengawasi keadaan. Setelah dirasa sudah cukup jauh, mereka berdua bersembunyi di sebuah batu besar dan mulai mengawasi. Penduduk kota sudah mulai mencapai jarak lebih dekat ke kota, beberapa puluh meter lagi. Lycant menyiapkan penyulut tersebut ditangannya, memposisikan dengan benar sedangkan Herodotus tengah mengawasi mereka dengan sebuah alat cikal bakal teropong ditangannya, yaitu sebuah pipa panjang dengan kedua ujung diberi kaca yang berbeda.

Tinggal 10 meter lagi jarak mereka, Heodotus mengepalkan tangannya kebawah mengisyaratkan Lycant untuk menyalakan penyulut nya. Dengan sekali tekan beberapa detik kemudian bunyi ledakan luar biasa terdengar dari kejauhan. Asap hitam dan tebal membumbung keudara bak jamur besar menyelimuti seluruh kota yang kini sudah luluh lantah tak bergerak. Getaran dari bumi yang diledakkan itu pun merambat hingga mencapai tempat mereka berdua. Herodotus menyeringai bangga hasil yang dilakukannya begitupun Lycant. Pria itu tertawa renyah menyaksikan kehancuran puluhan jiwa tak berdosa dihadapannya,

"Selanjutnya adalah raja sombong tak layak hidup itu" kata Lycant tiba tiba memotong tawaannya ia menyeringai menatap Herodotus, "Bagaimana kabarnya?"

PHARAOH [Book One] ✓Where stories live. Discover now