25 : Happy

1.3K 114 4
                                    

Permisi numpang lewatt~
FYI : kalian jangan terlalu membenci Mese ya. Gadis itu memang pengkhianat tapi tidak seburuk yang lainnya :v

Julian meletakkan Mese perlahan di atas kasur dengan lembut seolah takut untuk menyakiti gadis itu barang sedikitpun. Mese pun sepertinya tidak keberatan dengan tingkah Julian. Gadis itu masih memeluk leher Julian erat seolah meminta perlindungan. Julian membiarkan Mese memeluknya beberapa detik dalam keheningan yang ganjil. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu. Mese adalah gadis yang kuat dulu, sekadar memeluk Julian bukanlah kebiasaannya kecuali ia merindukan ayahnya. Tapi kali ini gadis itu seolah sangat ketakutan dengan apa yang baru saja terjadi. Sebenarnya apa yang dilakukan Lysias hingga membuat gadis tangguh seperti Mese menjadi kucing kecil?

Julian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Terasa mengganjal tapi ia tidak tahu apa itu. Terus memikirkan spekulasi spekulasi lainnya membuat Julian semakin penasaran setengah mati. Pemuda itu menyerah, akhirnya ia membiarkan beberapa pertanyaan tidak terjawab di benaknya. Biarlah ia yang menanyakan ppda Mese. Ia tidak mau membuat spekulasi yang salah. Julian melepas pelukan Mese dan berjongkok dihadapan gadis itu. Ia tersenyum memandangi Mese yang beruraian air mata. Matanya terlihat sembab dan hidungnya memerah. Rambut nya sedikit acak acak an namun Mese tetap terlihat luar biasa cantik seperti biasanya. Mese adalah gadisnya, "Sebenarnya apa yang terjadi Mese? Kau bisa menceritakannya padaku"

Mese kembali terisak, bulir bulir air mata berjatuhan di kedua pipi mulusnya. Julian tidak tega melihatnya, ia memeluk Mese lagi untuk memberikan ketenangan pada gadis itu. Mese menggeleng pelan dalam pelukannya. Julian tidak tahu apa maksud gadis itu, tapi ia diam tidak menanyakannya, "Ssstt.... tak apa jika kau tidak bisa bicara sekarang. Aku mengerti"

Julian sengaja membiarkan keheningan merasuk sebelum melanjutkan perkataannya, "Apakah aku boleh menemui Oraklhas dan tamu tamu ku sebentar untuk mengatamn pada mereka bahwa aku harus melewatkan pesta?"

Mese melepas pelukan Julian lalu menyeka air mata dengan punggung tangannya, "Pergi lah..." desah Mese dengan suara serak,

Julian mengangguk, "Aku akan kembali lagi Mese. Jangan takut, apa kau mau ikut denganku saja?"

Mese menggeleng, "Tidak yang Mulia aku akan menunggu disini"

Julian tersenyum kemudian melepas tubihnya dari gadis itu, "Kau gadis kuat. Jangan menangis. Aku akan segera kembali"

Mese mengangguk, kemudian tanpa basa basi Julian mengecup kening Mese lembut membuat gadis itu diam tak bergeming. Julian, menciumnya. Memberi kekuatan untuknya yang telah berkhianat. Bagaimana kau setega itu Mese. Julian bahkan tersenyum sangat tulus untuknya. Jenis senyum yang akan diberikan kepada siapapun yang menjadi temannya. Julian? apakah dia sekarang teman Mese. Apakah sekarang Mese memiliki Julian. Apakah itu boleh dilakukan seorang pengkhianat seperti dirinya. Mese menggeleng kuat-kuat. Poor Mese! Jangan termakan rayuan Julian.

Dia memang pria ulung yang memiliki banyak kamuflase. Dia hanya berpura pura Mese. Hanya untuk niatnya memiliki keturunan. Dia hanya memanfaatkanmu Mese. Memanfaatkan kelengahan dirimu dan setelah ia bisa melakukan nya dengan mu maka ia akan mencampakkanmu Mese.

Mese tersenyum getir mendengar spekulasi dirinya sendiri terhadap apa yang Julian lakukan. Dasar dia memang berotak udang tak bisa membedakan mana tipuan dan mana tulus.

"Mese...?!" Panggilan Julian menyadarkan Mese dari lamunannya, gadis itu menatap Julian sebentar melihat apakah semua yang dikatakan Julian hanyalah tipu daya belaka. Tapi sial, ia tidak menemukan apapun. Iris mata Julian yang senada dengan lelehan sirup mapple memancarkan ketulusan yang sesungguhnya. Mese menggeleng pelan mencoba untuk tidak peduli,

PHARAOH [Book One] ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora