4 : ALEXANDRIA

4.3K 275 37
                                    

Julian mendesah. Hari ini terasa tanpa akhir baginya. Dimulai dari ujung Citadel of Quitbay-benteng Quitbay-yang dibangun oleh sultan dinasti Mamluk saat berkuasa di mesir, lalu Kom El Shokafa Cata Comb, yaitu salah satu situs yang bersejarah di Mesir. Di dalamnya terdapat serangkaian peti atau kamar untuk menaruh mayat manusia atau pun hewan. Kemudian Montaza Palace yaitu tempat peristirahatan raja Farouq berada. Raja Farouq adalah keturunan terakhir dari dinasti Muhammad Ali yang menjadi penguasa Mesir sejak abad 19. Raja Farouq digulingkan lewat kudeta militer oleh Gamal Abdul Nasser yang kemudian menggantikannya. Sekaligus mengubah sistem kerajaan menjadi sistem Republik, sejak tahun 1953. Dari sini kita bisa melihat hamparan laut Mediterania yang memesona. Apalagi di sana terdapat jembatan peninggalan Raja Farouq, yang khusus dibangun sebagai tempat untuk menikmati kawasan indah itu, lengkap dengan taman dan gazebonya. Dan yang terakhir adalah Bibliotheca Alexandria.

Mrs. Jenkins sengaja memilih jalan yang memutar agak jauh dari bandar udara El Nouzha, karena ia berencana menjadikan perpustakaan yang terbesar dan termanshyur pada zamannya itu menjadi objek terakhir kunjungan mereka. Julian melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya itu. Sudah pukul 4 sore. Dan seharusnya perpustakaan besar tersebut sebentar lagi akan tutup melihat matahari nampak condong ke barat. Namun Mrs. Jenkins masih bersikeras melanjutkan perjalanan panjang mereka hingga saat ini trem yang membawa mereka semua berada tepat di perhentian terakhirnya Bibliotheca Alexandria. Trem itu berhenti 100 meter dari pintu masuk kawasan perpustakaan. Tidak butuh waktu lama hanya sekitar 5 menit berjalan kaki mereka semua akhirnya memasuki perpustakaan termegah, terbesar dengan ratusan ribu koleksi buku terlengkap di seluruh dunia.

Mendadak sebuh perasaan aneh menelusup di benak Julian. Diikuti dengan desiran diseluruh permukaan aliran darahnya. Ia merasa aneh. Tak biasanya seperti ini. Julian merasa seperti kembali pulang setelah sekian lama. Rasa ganjil yang ia rasakan semenjak menapakkan kaki di Alexandria semakin nyata sekarang ketika dirinya berdiri tepat di depan bangunan megah nan kokoh dengan arsitektur kelas dunia itu. Aneh. Itulah satu kata yang bercokol di dalam hati Julian sebelum melangkah kaki panjang nya memasuki perpustakaan itu. Ketika memasuki ruang perpustakaan Julian disambut dengan pilar-pilar besar yang tinggi dan menjulang ke atas menyangga atap perpustakaan yang dibuat miring untuk menambah kesan modern minimalis namun masih menyimpan sejarah khas mesir. Disamping itu tatanan buku-bukunya berkesan sangat rapi, rak-rak buku yang memiliki cahaya di setiap lorongnya, komputer-komputer, kaligrafi, museum lukisan, dan beberapa benda bersejarah terdapat di dalam Bibliotecha.

Julian sudah bisa menebak setiap orang yang datang ke perpustakaan ini akan sangat merasa nyaman dan tidak ingin cepat-cepat pulang. Tidak hanya itu, koleksi buku yang ada pada perpustakaan ini pun berbagai macam dan sangat lengkap. Julian bercak kagum melihat keindahan dan kemegahan perpustakaan terbesar di dunia itu. Tidak salah jika ikon kota Alexandria adalah Bibliotheca yang mereka miliki. Namun sangat disayangkan melihat Pharos-mercusuar kuno yang sempat menjadi keajaiban dunia kuno-kini hanya tinggal reruntuhan kecil akibat terjadi gempa dan tsunami hebat 1600 tahun yang lalu, "Melamun lagi eh?" Pemuda itu terkesiap kaget, mata nya nampak mengerjap-erjap cepat dengan pandangan linglung menatap Tommy Bagged yang berdiri disampingnya dengan cengiran khas bocah.

Julian sekali lagi menghela nafas nya berat laku berjalan memasuki ruang perpustakaan, "Entahlah, aku seolah tidak bisa mencegah pikiranku untuk berkelana ke alam lain. Ada sesuatu disini" Julian berkata lirih membuka percakapan,

"Apa maksudmu? Kau diganggu bloody Mary di Egypt? well, aku terkesan Leonidas" ejek Tommy yang disusul dengan tawa renyahnya. Hidung pemuda jadi-jadian itu kembang kempis ketika tertawa, Julian mendengus melihatnya dan berjalan semakin cepat ke arah kerumunan yang nampak menarik perhatiannya, "Hey tunggu!!" Dibelakang Tommy berlari mengikutinya dengan tergesa,

"Ada apa ini?" Tanya Julian begitu melihat Thomas Bagged sudah disampingnya namun masih sibuk mengatur nafasnya sendiri,

"Pameran ABPE kau tahu? Semacam Astral Body Projection Engineering . Mesin untuk membawa jiwa kita perg-" Belum sempat melanjutkan ucapannya, Julian sudah masuk menerobos kerumunan.

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang