Bryan mengangguk, mencatat di buku kecilnya. "Siap. Gue bakal hubungi beberapa anggota lain juga yang ngak bisa dateng."
"sory kita bedua telat" ucap vano yang baru tiba Bersama zaken, mereka semua menatap zaken dan vano kemudian mengangguk
"zaken, lo sama gue urus desa Abdi Kita cek lokasi, bahan-bahan, dan jadwal kerja. Kita harus pastiin semua aman dan efisien." Angkasa menatap zaken sorot matanya serius tapi penuh tekad.
"ok" jawab singkat zaken
"dan lo Naufal sama vano lo bantu renovasi taman di dekat sekolah, lo bisa cek di sana butuh apa" ucap angkasa
Naufal menepuk meja ringan. "Tenang, bro. Semua bakal kelar tepat waktu."
"kalo ada Naufal semua dipastikan beres" ucap Naufal bangga
"halah omong kosong lo ngak inget bulan lalu malah bikin semua berantakan perkara lo yang di kejar anjing" ucap vano
"yah lo mah jangan di bahas lagi goblok" ucap Naufal tak teruma membuat semua isi markas tertawa
Saat mereka sibuk membahas logistik dan rencana, suasana markas mulai terasa lebih hidup. Beberapa anggota Drankas yang lain masuk satu per satu, menyapa, dan ikut membantu persiapan. Mereka membawa semangat dan energi positif, mengingatkan Angkasa bahwa kepemimpinan bukan hanya soal dirinya, tapi tentang seluruh tim.
Sementara itu, Angkasa tak bisa menahan pikirannya tentang Aluna. Ia tersenyum tipis, mengingat rooftop pagi tadi
Bryan menepuk bahunya. "Lo senyum sendiri Sa? Lagi mikirin Luna ya?"
Angkasa tersadar, hingga dia mendatarkan Kembali raut wajahnya, hal itu tak luput dari pandangan zaken, zaken sedikit menyunggingkan senyum sudah lama dia tak melihat angkasa tersenyum bahkan terakhir kali dia melihat angkasa tersenyum saat di ulang tahun bundanya itu.
Naufal tersenyum tipis. "Bagus, bos. Itu baru Angkasa yang kita kenal. Sekarang ayo kita mulai persiapan."
"tumben semangat lo" ucap vano mendapat jitakan dari naufal
Mereka menghabiskan beberapa jam berikutnya menyusun jadwal, mengecek peralatan, dan memastikan semua anggota Drankas siap. Semangat kerja sama mereka terasa kental, meski tetap ada rasa tegang dan waspada. Angkasa sadar, setiap keputusan yang diambil bukan hanya untuk kepentingan tim, tapi juga untuk membuktikan bahwa ia pantas mendapat kepercayaan, baik di markas maupun dalam hal pribadinya-dengan Aluna.
Hari mulai merayap masuk petang, Angkasa menatap ke luar jendela, menenangkan diri. Ia tahu tantangan besok tidak akan mudah, tapi ia siap. Rooftop pagi tadi, dan persiapan bakti sosial menjadi satu kesatuan pelajaran penting seperti tanggung jawab, kepercayaan, dan tekad. Dan di luar sana, dunia terus berputar, menunggu langkah-langkah mereka, serta cerita baru yang akan segera dimulai.
*****
Malam turun perlahan di kota. Lampu-lampu jalan menyala, menambah kesan temaram yang tenang tapi penuh rahasia. Markas Drankas mulai sepi, hanya tersisa beberapa orang yang masih beres-beres. Angkasa duduk sendirian di kursi panjang, menatap buku catatan di depannya.
Namun pikirannya sama sekali bukan pada jadwal bakti sosial. Wajah Aluna kembali hadir di benaknya. Tatapan gadis itu, kemudian saat di gerbang sekolah... semua membekas terlalu kuat. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir bayangan itu, tapi justru semakin sulit.
YOU ARE READING
I'M ALWAYS FOR YOU
Teen FictionMengandung kata-kata kasar dan adegan yang tidak boleh di tiru oleh anak-anak kecil ya, jadi kalo masih kecil di mohon jangan membaca Seorang remaja SMA yaitu ANGKASA DANUARTA ADITAMA sudah dikenal luas. Siapa yang tak mengenal putra tunggal keluarg...
Chapter 7
Start from the beginning
