Happy reading
Bantau vote kan vote gratis nih jangan lupa komen yang banyak dan follow ya
Kalo banyakan yang komen dan vote author bakal up setiap hari
.
.
.
.
Aluna duduk di boncengan Zaken, motor mereka melaju pelan menyusuri jalanan yang mulai ramai oleh kendaraan. Angin sore menerpa wajahnya, tapi hatinya masih berdebar kencang, antara lega dan sedikit gugup.
"Luna, hati-hati, ya," ucap Zaken sambil menatap ke depan, tangannya mantap di stang motor. "Jangan sampai lepas pegangan."
Aluna mengangguk, menekan erat tangannya di pinggang Zaken. "Iya... bang ken tenang aja."
Di sisi lain, pikirannya tak bisa lepas dari Angkasa. Rooftop pagi tadi, tatapan dan senyumnya... semuanya berputar di kepala.
"Abang... kenapa tadi di rooftop serius banget sama kak Angkasa?" tanya Aluna, mencoba memecah kesunyian di perjalanan.
Zaken menatapnya sekilas lewat kaca spion. "lo tau dari mana"
"aku liat dari kelas aku" ucap aluna sambil mengeratkan pegangannya pada jaket zaken tetapi zaken tak ingin menjawab hal itu membuat aluna sedikit kesal dan kepo, tapi aluna tak ingin memaksa zaken dan membuat sang kakak marah.
Mereka melewati beberapa persimpangan, lampu lalu lintas berubah dari hijau ke kuning, lalu merah. Jalanan sore itu ramai tapi Zaken tetap fokus menjaga Aluna. Sesekali ia menoleh untuk memastikan gadis kecil itu nyaman di boncengannya.
Beberapa menit kemudian Aluna dan Zaken memasuki komplek perumahan mereka. Rumahnya terlihat hangat, cahaya lampu mulai menyala di ruang tamu, Zaken memastikan Aluna turun dengan aman.
"Sampe rumah, lo masuk aja gue mau ke markas dulu izinin ke mama sama papa sekalian," ucap Zaken sambil tersenyum tipis.
Aluna menatap kakaknya, penuh rasa terima kasih. "Makasih, abang hati-hati jangan ngebut"
Zaken mengacak rambut sang adik gemas dia sangat-sanget menyayangi aluna seperti adik kandungnya sendiri, zaken memperhatikan aluna sampai masuk kedalam rumah setalah di pastikan sang adik masuk baru dia menancapkan gas menuju markas
****
Angkasa, Bryan, dan Naufal tiba di markas Drankas. Bangunan tua itu tampak biasa dari luar, tapi di dalam, ruangan utama dipenuhi poster kegiatan, papan strategi, dan beberapa meja yang dipenuhi alat tulis, snack, serta beberapa peralatan latihan fisik, kamar, dapur, juga juang tv yang lengkap dengan sofa dan PS game. Suasana markas terasa hangat.
"rooftop pagi tadi bener-bener bikin kepala gue panas." "Angkasa melepas helmnya dan menatap sekeliling.
Naufal tertawa ringan, meletakkan tasnya. "Santai aja,bos. Itu cuma rooftop drama. Yang penting sekarang lo masih waras dan siap buat bakti sosial bulan ini."
Bryan menepuk bahu Angkasa. "Iya, kita harus mulai bahas rencana kegiatan. Gue udah catat beberapa hal dari pertemuan terakhir."
Mereka duduk di meja utama, membuka catatan dan mulai membahas strategi pembagian tugas. Angkasa menatap serius, mencatat hal-hal penting ia sadar, kepemimpinannya di Drankas bukan hanya soal kekuatan atau reputasi, tapi juga soal tanggung jawab sosial.
"Pertama, kita bagi tim menjadi tiga kelompok," Angkasa mulai. "Satu kelompok ke desa Abdi, satu ke panti asuhan, dan satu lagi bantu renovasi taman di dekat sekolah. Bryan, lo koordinasi dengan kelompok panti asuhan."
YOU ARE READING
I'M ALWAYS FOR YOU
Teen FictionMengandung kata-kata kasar dan adegan yang tidak boleh di tiru oleh anak-anak kecil ya, jadi kalo masih kecil di mohon jangan membaca Seorang remaja SMA yaitu ANGKASA DANUARTA ADITAMA sudah dikenal luas. Siapa yang tak mengenal putra tunggal keluarg...
