12 | Reuni Agung (2)

19.7K 2.3K 330
                                    

Sampai sejauh ini saya masih ingin menyampaikan kepada para pembaca, bahwa penulis disini sangat membutuhkan kalian untuk berdiskusi secara aktif (kayak di kelas diskusi aja
-__-).

Jadi jangan ragu kalau misal ada cacat (pasti ada) di tulisan saya langsung dicomment saja.
Dan akan sangat menyenangkan bila melihat kalian menampilkan antusiasme kalian, bahkan hanya dengan komentar singkat semacam 'lanjuuttt', begitu. ^^a. Hehehe, maafkan kalo penulis sedikit ngelunjak dan nggak tahu diri, ya.

Okelah, here we go!

========================================================================

Jalan Briseis nampak berbeda dari biasanya. Bendera umbul-umbul berwarna merah-putih-emas, lampion terbang, serta lampu LED berwarna-warni bertebaran di sepanjang jalan, sejauh mata memandang.

Setelah Arvin dan Rei melipat hoverbike-dan menyimpannya di tempat penitipan, mereka segera berlarian ke tenda-tenda yang sudah berjajar memenuhi area lapangan di sekitar Colosseum.

Semua orang akan setuju untuk menilai bahwa bangunan putih-berbentuk lingkaran jika dilihat dari atas, dan berongga-rongga bila dilihat dari samping-di depan mata mereka kini sangatlah agung dan menawan. Colosseuem II yang merupakan peninggalan budaya Gladiator itu, telah mengalami banyak proses pemugaran tanpa meninggalkan bentuk autentiknya.

Rei nampak sumringah menemukan anak-anak yang lain juga ikut datang. Belva, Carrie, dan beberapa anak di kelasnya yang belum begitu Rei hafal namanya. Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Galant disana. Mungkin keramaian akan membuat kepalanya pusing.

Atau jangan-jangan dia memang sengaja menghindari Rei atau Arvin, karena takut mereka akan kembali berusaha merebut buku hijau-sama seperti kejadian di kelas waktu itu. Anak yang setiap hari duduk di sebelah bangkunya itu benar-benar banyak menyimpan keanehan. Bahkan Rei tidak menyangka dia berhasil mengambil buku terlarang itu. Dan hei, bagaimana dia bisa melewati administrator? Apakah dia semacam klepto profesional begitu, sehingga bisa menyamarkan peminjaman buku itu?

Sementara di tempat yang tak jauh situ, Arvin telah menemukan kedai pusat makanan jalanan-street food-sebagai tujuan utamanya. Ia kini sibuk mengecap sosis bakar, dan makanan lain yang secara bersamaan masuk ke dalam mulutnya yang mendadak seukuran pinggan-piring makan.

Bahkan butuh waktu beberapa detik, sampai ia menyadari kalau di sampingnya ada badut bermulut tebal dan bermata lebar sedang tersenyum padanya. Jantung Arvin langsung mencelos. Baginya keramahan itu terlihat sangat menakutkan. Lipstick supermerah di mulut badut itu nampak seperti bekas darah bagi Arvin. Apakah dia baru saja memakan manusia? Arvin segera berjengit dan lari terbirit-birit saat badut itu mendekatkan badannya yang besar itu ke arah Arvin, hendak memeluknya.

Arvin kini telah berhasil bersembunyi di balik semak-semak yang cukup tinggi, sambil terus memamah sosisnya.

Tiba-tiba ia dikagetkan dengan seseorang yang telah berada disana lebih dulu. Kini wajahnya menghadap Arvin -walau ia tak bisa memastikan apakah wajah di balik topeng itu benar-benar menatapnya.

Namun sedetik kemudian orang bertopeng polos itu segera lari terbirit-birit menjauhi Arvin. Eh? Kalau Arvin takut badut, mungkin orang itu takut dengan orang ganteng -pikir Arvin praktis. Dari informasi yang terekam di otaknya, orang bertopeng itu memakai kostum sedikit ketat, berwarna putih bergari-garis hitam dan memiliki sayap di bagian bawah lengannya. Mungkin saja dia adalah anggota parade yang bersembunyi karena merasa gugup dan perlu menyendiri.

Segera setelah suara terompet dari dalam Colosseum menarik perhatiannya, Arvin bergabung dengan Rei dan kawan-kawannya yang tengah berjalan berbondong-bondong menuju Colosseum. Acara pembukaan akan segera dimulai rupanya.

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Where stories live. Discover now