Part 53: The End of the Hunt

Start from the beginning
                                        

Kedua manik cokelat Alexandra membulat. “But there's no way Louis would just agree to that.”

Arletta hanya mengedikkan bahunya acuh. “He agreed, didn’t he?” balas Arletta acuh.

“Apa kamu melakukannya ini karena permintaan ibunya Michele waktu itu atau karena Michele?” tebak Alexandra.

Dia menggeleng pelan. “I did it for myself.”

“Malam nanti aku akan membawa Richard dan Grace di hadapan seluruh anggota keluarga Charlos untuk menyelesaikan semuanya. After that, I’ll focus on preparing for Oxford University." Ia menghela nafas sejenak.

"Our mission is over, Al. It’s time to live as we should. I just want some peace before I move to England," sambung Arletta dengan kekehan pelan.

"What about our plan to sabotage Mahardika’s gubernatorial election?" tanya Alexandra.

“Aku rasa dia bahkan tidak akan bisa mencalonkan diri sebagai gubernur.” Senyum miring Arletta, lagi-lagi membuat Alexandra takut karena dia tahu seberapa gila rencana Arletta ketika menginginkan sesuatu.

ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆۫ ꣑ৎ⋆  ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ

Di tengah ruangan, sebuah meja makan panjang dari kayu mahoni dengan ukiran halus membentang dengan dua belas kursi berlapis kain beludru berwarna krem. Meja itu ditutupi taplak linen putih bersih, dihiasi rangkaian bunga mawar putih dan lilin tinggi dalam tempat perak yang tersusun artistik di tengah.

Piring porselen mewah dengan detail emas, sendok-garpu perak yang mengilap, dan gelas kristal untuk anggur dan air mineral tersusun sempurna di setiap tempat duduk. Di sekitar meja, para pelayan berseragam hitam dan putih berdiri sigap, masing-masing dengan postur sempurna.

Suara dentingan halus sendok dan garpu yang beradu dengan piring porselen yang terdengar, menggema lembut di ruang makan. Di ujung meja, seorang gadis bersurai kelam dalam balutan Prada Wool Mini-Dress berwarna abu-abu dengan potongan yang sempurna mengikuti lekuk tubuhnya tampak mengamati orang-orang di sekitarnya.

Ia bersandar ringan pada kursinya yang dilapisi beludru krem, mengangkat bordeaux glass yang berisi anggur merah dengan gerakan halus, jemarinya yang ramping menggenggam stem dari bordeaux glass. Cairan ruby di dalamnya berkilauan di bawah pantulan cahaya lilin. Ia memutar gelas perlahan, membiarkan aroma anggur yang kompleks memenuhi indra penciumannya.

Sudut bibir sebelah kirinya terangkat kecil, ia mendekatkan gelas ke bibirnya, mengambil satu tegukan kecil. Rasa anggur itu langsung menyentuh langit-langit mulutnya, ada sentuhan buah ceri hitam yang matang, diikuti oleh semburat plum dan blackberry, dan di akhir ada jejak lembut kayu ek yang memberi kedalaman rasa, berpadu dengan sentuhan vanilla dan rempah-rempah yang samar.

Melihat semua orang telah menyelesaikan makan malam mereka, Arletta bangkit dari duduknya. "May I have your attention for a moment? There is someone who wishes to meet with us and explain something to everyone here," kata Arletta yang membuat semua perhatian saat ini tertuju padanya.

Suasana di ruang makan mendadak berubah ketika pintu ganda di ujung ruangan terbuka lebar. Semua kepala menoleh ke arah suara pintu yang terbuka dengan tiba-tiba, dan keheningan segera menyelimuti ruangan. Dua sosok muncul, Richard dan Grace, berjalan dengan langkah terpaksa, sedikit terseret oleh dua bodyguard bertubuh besar yang menggenggam lengan mereka dengan tegas.

Tatapan para anggota keluarga Charlos, yang duduk di sekitar meja makan, berubah drastis. Kini wajah-wajah mereka memancarkan keterkejutan, beberapa menatap Richard dan Grace dengan alis terangkat tinggi. Ruangan itu terasa seperti membeku sejenak, hanya diiringi oleh suara langkah bodyguard yang bergema di lantai marmer dan napas berat dari Richard dan Grace.

“Who are they, Arletta?" tanya Albern bingung.

Arletta beralih menatap Audrey dengan senyum kecil yang terlihat mengejek. "I think Aunty Audrey knows them, doesn't you?"

Audrey menggeleng tegas. "I don't know who they are."

Kekehan ringan Arletta terlihat sinis di mata Grace. Gadis itu memutar tubuhnya menghadap Grace dan Richard yang menatapnya tajam. "So, would you like to introduce yourselves, or should I do it for you?" tawarnya santai.

Salah seorang bodyguard memberikan sebuah map pada Arletta. Kedua alisnya terangkat dengan bibir meluruh saat membaca singkat isi dari map tersebut. Kemudian, ia membagikan beberapa lembar kertas yang sudah di staples pada anggota keluarganya agar mereka bisa membacanya sendiri.

Semua bukti di balik pembunuhan Nelie ada di sana. Mulai dari siapa pelakunya, bagaimana caranya, dan fakta yang paling mengejutkan adalah Audrey mengetahuinya lebih dulu dan dia memilih untuk menutupinya.

“Audrey Isabrielle Charlos!” teriak Albern menggema di seluruh ruangan.

Audrey tampak bersimpuh di hadapan Albern. “Kak, aku benar-benar terpaksa melakukan itu. Mereka mengancamku,” kata Audrey dengan wajah memelas.

Sementara itu, Arletta mengalihkan pandangannya pada sosok lelaki di hadapannya yang tengah menatapnya datar. “Bagaimana menurutmu, Nando?”

“Jadi, sebenarnya siapa yang pembawa sial di keluarga kita? Siapa yang menghadirkan pembunuh di keluarga kita?” kata Arletta dengan senyum miring di akhir kalimatnya.

Arletta melangkah menghampiri Grace, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Arletta memberi isyarat singkat dengan gerakan tangan yang nyaris tak terlihat pada bodyguard yang memegangi lengan Grace. Lalu mereka mendorong Grace dengan paksa hingga lututnya menyentuh lantai.

Dengan gerakan perlahan, ia sedikit membungkukkan tubuhnya. Ia menyentuh dagu Grace dengan kasar dan mengangkat wajah gadis itu hingga mata mereka bertemu. "Make the most of tonight. Isn’t this exactly what you wanted? To be in the presence of the whole Charlos family? They’ll teach you what justice really looks like here."

Dia kembali menegakkan tubuhnya, menatap Grace dengan tatapan merendahkan. "Let me remind you again. What I did to you yesterday was the gentlest thing compared to what they’re about to do to you. So, be prepared. Brace yourself for what’s next,” imbuh Arletta.

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

˚ 𓇼

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Last but Not Least Where stories live. Discover now