Louis Frankie Smith, anak tunggal dari pengusaha properti berdarah Amerika-Indonesia, jatuh cinta pada Arletta Maysha Charlos, seorang gadis beriris pekat. Meski hubungan mereka sudah terjalin selama tiga bulan, Arletta belum juga mencintai Louis-ba...
"Richard ada di Emerald Cove, penginapannya lumayan jauh sih dari sini. Hampir satu jam perjalanan," ucap Alexandra yang baru saja datang.
Arletta menghentikan kegiatannya, dia menoleh ke arah pintu di mana Alexandra berdiri. "Shall we go now?" tawar Arletta mematikan laptopnya.
"Grace is on her way here; mungkin dua puluh menit lagi pesawatnya akan landing," ungkap Alexandra.
"Then let's go there now, dan kirim orang untuk mencegah Grace menemui Richard before we do," titah Arletta.
"Alright." Alexandra mengangguk singkat. "Should we take a driver, or will we drive ourselves?" sambung Alexandra sebelum Arletta melenggang pergi.
"You'll drive us."
Roda dari Mercedes-Benz S-Class berwarna hitam itu mulai meninggalkan pekarangan villa megah milik keluarga Alexandra. Di awal perjalanan, jalanan beraspal mulus dengan pemandangan pantai sesekali muncul di sebelah kiri mereka, menawarkan kilauan laut biru di bawah sinar matahari.
Mereka melaju dengan kecepatan cukup tinggi, melewati beberapa resor tepi pantai dan deretan pohon kelapa yang melambai di tepi jalan. Di balik kursi pengemudi, seorang gadis berambut ombre berwarna red wine itu mulai mengurangi kecepatan mobilnya saat jalanan mulai padat dipenuhi beberapa kendaraan baik dari warga lokal maupun turis yang sedang melancong.
Di kursi penumpang, Arletta tampak duduk dengan tenang sembari sibuk bergulat dengan iPad Pro 13 berwarna space black di pangkuannya. "Kemungkinan mereka akan tinggal di Indonesia karena Richard baru saja kehilangan pekerjaannya di Amerika. Grace ternyata berada di Jakarta kemarin untuk menemui Aunty Audrey," beber Arletta dengan pandangan yang tidak sedikit pun teralihkan dari iPad di genggamannya.
"But Aunty Audrey wouldn't allow them to stay here for long, karena itu bisa mengancam dirinya," imbuhnya.
Alexandra mengangguk singkat. "Do you think Aunty Audrey knows about this case?"
"At first, no. But apparently, she's known everything for the past three months. Richard mengancam Aunty Audrey dan memintanya untuk melindungi dirinya," balas Arletta.
"Shouldn't Aunty Audrey be on our side? Dia sudah mengetahui fakta siapa yang membunuh ibunya, mengapa dia justru bekerja sama dengan pembunuh ibunya sendiri?" heran Alexandra.
"Tidak semua manusia berhati nurani, Al," kekeh Arletta gamblang.
"Nyatanya, ketika seseorang menginginkan sebuah jabatan atau harta dia bisa melakukan apa pun-even if it means getting rid of their own family," imbuh Arletta.
Alexandra mengangguk singkat. Nyatanya harta dan tahta bisa membutakan hati nurani seseorang. Iris pekat milik Arletta menajam melihat postur tubuh dari seseorang yang ia kenali. Meski wajahnya tidak dapat ia lihat jelas, tapi dia yakin siapa gadis itu.
"Wait wait, hentikan mobilnya. Pinggirkan dulu," pinta Arletta membuat Alexandra bingung.
"What's up? Emerald Cove masih dua kilo meter lagi, We're almost there─"
"Please, just pull over, Al. I'm begging you" sela Arletta membuat Alexandra akhirnya menurut.
Setelah Alexandra memarkirkan mobilnya di tepi jalan, Arletta bergegas keluar dan berlari menghampiri seseorang yang ia kenali tadi. Alexandra yang penasaran pun ikut turun dari mobilnya, kedua alisnya bertaut melihat Arletta yang lari-larian di tepi jalan raya entah mengejar siapa.
"Michele! Michele! Please stop, ini aku Arletta!" pekik memanggil gadis yang ia yakini itu adalah Michele.
"I beg you, don't run. Michele!"
Saat Michele berada lima meter darinya, Arletta langsung mengambil langkah yang lebar sehingga dia dapat memegang lengan Michele dan menghentikan gadis itu yang terus berlari menghindarinya.
"Please, I'm begging you, don't run away again. Aku sudah mencarimu ke mana-mana; jangan pergi lagi. I can't stand the thought of losing you again, I'm begging you," pinta Arletta dengan nafas yang tersengal.
Dia mencengkeram kedua bahu Michele dengan sedikit membungkukkan badan mengatur nafasnya. Empat bulan lebih ia tidak pernah bertemu dengan sahabatnya itu, penampilan Michele saat ini membuat hati Arletta terasa terluka. Dia jauh dari kata baik─bahkan lebih buruk dari terakhir kali dia menjemput gadis itu dari club malam.
"What happened? Why did you leave me? Did I do something wrong? If I did, I'm so sorry. Please don't leave me again." Suara Arletta terdengar bergetar, matanya mulai berkaca-kaca melihat gadis yang selama berbulan-bulan ini ia cari ke sana kemari tapi tak kunjung menemukannya.
"Michele ...." Masih tidak ada jawaban, gadis itu masih diam menatap Arletta dengan tatapan yang Arletta sendiri tidak bisa menjelaskannya. Tatapannya terlihat dingin, tidak ada lagi binar yang biasa membuatnya hatinya menghangat.
"What occurred that made you leave?" lirih Arletta membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.