24. The Memory That Back

125 17 0
                                    

— Well you only need the light when it's burning low

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— Well you only need the light when it's burning low.
Only miss the sun when it starts to snow.

★★★

Azka tidak memahami kemana arah pembicaraan yang adiknya maksud, mengenai anak itu yang tidak ingin tinggal disini lagi. Yang dia tau hanya kala Ezra menyetujui pelaksanaan operasi pada otaknya, tidak ada lagi masalah berarti baginya. Meskipun dia juga mengetahui bahwa adiknya itu tidak akan pernah mengatakan omong kosong, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir.

Apapun itu, Azka memilih akan menerima keputusan Ezra nantinya. Bahkan meskipun itu berlawanan telak dengan ego dan keinginannya. Kali ini, dirinya tidak mau menyakiti adiknya lagi, baik secara fisik maupun batin. Sudah terlalu dalam luka yang dia berikan pada Ezra, sudah terlalu banyak kata yang disuarakan anak itu untuk kemudian dia anggap sebagai bualan semata.

Nyatanya Azka mengetahui bahwa sudah terlalu terlambat untuk dirinya memperbaiki semua kekacauan ini. Sudah terlalu jauh waktu berlalu tanpa sempat dia manfaatkan dengan bijak.

Azka sadar mengenai hal itu, tapi dia juga tau bahwa memperbaiki semuanya bukan suatu hal yang mustahil. Dia hanya perlu memulai, agar dirinya tak perlu menyesali apapun. Karena sungguh, dia tidak akan pernah siap kehilangan siapapun lagi.

Meski kini, rasanya, semesta kembali menentang.

Biaya operasi adiknya, benar-benar diluar kapasitas Azka. Dia hanya mahasiswa biasa yang mengandalkan uang kiriman orang tuanya. Semua tabungan, simpanan, dan sisa uangnya tak mampu menutupi keseluruhan biaya operasi yang akan dilaksanakan Ezra dalam waktu dekat ini. Azka benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

Baginya, selama ini keselamatan adiknya akan selalu menjadi prioritasnya, tapi saat dirinya tak mampu lagi menanganinya, harus kemana lagi dirinya meminta?

Papanya yang tak pernah sedikit pun peduli pada kedua anaknya, jelas tidak bisa menjadi pilihannya. Pria tua egois dan tidak bertanggung jawab itu tidak akan bisa diharapkan. Mamanya juga sama saja. Mereka berdua sudah terlampau asing untuk dirinya gapai saat ini.

Azka merasa putus asa. Meski apapun yang dia lakukan nanti, itu akan terlampau sia-sia.

Tapi Azka juga tidak bisa membiarkan Ezra berlama-lama bertahan dengan rasa sakit itu. Azka mau adiknya kembali padanya dalam kondisi baik-baik saja. Setiap melihatnya kesakitan, rasanya dia ikut merasakan hal yang sama.

Sejak dulu, melihat adiknya hancur adalah kelemahan terbesarnya. Sejak dulu jatuhnya Ezra adalah jatuhnya juga.

"Azka."

Semua lamunan itu sirna kala suara berat itu mengusik pendengarannya, menghantarkan sadar yang sempat dia lupakan selama beberapa menit terakhir. Pemuda 20 tahun itu mengalihkan pandangnya, menatap sesosok pria paruh baya dengan manik sekelam langit malam yang entah kenapa mengingatkannya kepada seseorang.

Eclipse Of The Moon [ON-GOING]Where stories live. Discover now