13. The Sun That Lost Its Light

175 16 0
                                    

★★★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

Pemandangan langka terjadi sore ini, empat insan yang sudah lama tak bersua itu kembali bersama. Kini, Kafka, Gatra, Arya dan Deva sedang berjalan beriringan melangkahi lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang rawat Ezra.

Setelah tadi berhasil mengajak Kafka, Deva memang langsung berinisiatif untuk mengajak dua temannya yang lain untuk ikut datang menjenguk sahabat mereka. Lelaki itu melakukannya agar Ezra bisa melihat mereka semua bersamaan, tidak terpisah seperti biasanya.

Saat sampai di depan ruang rawat Ezra, Azka berada disana, duduk di kursi tunggu seraya fokus memainkan ponselnya. Sepersekian detik setelah menyadari kehadiran keempat sahabat adiknya, kedua manik mata cokelat itu menoleh ke arah mereka. "Jenguk Ezra?" pertanyaan itu mengalir datar dari bibir pucat lelaki itu.

"Iya, Bang." Deva yang menjawab pertanyaan itu kala ketiga temannya memilih diam.

Azka mengangguk sekilas sebelum akhirnya kembali buka suara. "Sebelum itu, gue mau bicara sama kalian." suara pria itu terdengar tercekat, Azka berusaha keras untuk menjaga intonasi suaranya tetap stabil.

Gatra memandang Azka dengan jengah karena pria itu memperlambat pertemuannya dengan sahabatnya. Padahal perasaannya sekarang sedang buruk, dia butuh Ezra untuk menjadi pelampiasan dari segala emosinya. Sedangkan Kafka memilih tidak bersikap seenaknya seperti biasanya, pria itu hanya memandang Azka penuh tanya. Reaksi paling normal diberikan oleh Deva dan Arya yang memberi anggukan kecil sebagai jawaban atas perkataan Kakak dari sahabatnya itu.

Azka beranjak dari kursinya, setelah menghembuskan satu napas panjang, sepenggal aksara lirih mulai keluar dari bibirnya. "Adik gue ... pernah punya utang sama kalian? Dalam bentuk apapun, baik materi atau perbuatan," ada sesak yang menyelimuti hatinya saat ini. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan harus dia hadapi, kini terjadi juga, dan Azka tak bisa melarikan diri dari hal itu.

Bersiap. Bersiap atas segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sudah cukup satu kali Azka menyesali perbuatannya, dia tidak mau lagi menyesal atas nama adiknya.

Seketika raut wajah empat insan itu memucat setelah mendengar perkataan Azka. "Ezra ... kenapa?" Arya menatap pemuda di depannya dengan ketakutan yang luar biasa. Kemampuan bernapasnya menipis ketika pemikirannya sudah melenceng ke berbagai hal buruk. Lelaki itu terlampau takut untuk kehilangan teman baiknya.

Deva dan Kafka masih perlu waktu untuk mencerna kalimat itu, sedangkan Gatra tidak bereaksi apa-apa. Pria itu memilih untuk langsung mendatangi ruang rawat Ezra. Gatra memang selalu bersikap rasional dengan tidak menyimpulkan apa-apa sebelum melihatnya sendiri. Lagipula, Azka sendiri belum memberi penjelasan.

Senyuman kaku terpatri di bibir Azka. "Ezra ada, dia masih tidur. Gue cuman bersiap untuk kemungkinan terburuk. Jadi, tolong bilang ke gue kalau ada yang perlu adik gue tebus."

Eclipse Of The Moon [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang