12. Take Him Home

169 12 0
                                    

★★★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

"Kafka."

Kafka memutar netra gelapnya malas saat mendengar namanya dipanggil untuk kesekian kalinya hari ini. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Deva, karena sejak pagi tadi, temannya yang satu itu sudah mengganggunya berkali-kali hanya untuk mengajaknya bicara.

Sebenarnya jika memungkinkan, Kafka ingin menghindarinya lagi, tapi rasanya kini dia mulai merasa sungkan. Akhir-akhir ini dirinya memang selalu menghindari teman-temannya.

Deva menghela napas lega saat pemuda itu menghentikan langkahnya. Karena biasanya, untuk menoleh saja Kafka seperti tak berminat.

"Luang nggak, Kaf? Basecamp yuk."

Kafka menatap Deva yang mendekatinya dengan raut datar. Wajah dinginnya tak terlihat tertarik ketika mendengar tawaran lelaki yang kini berada hadapannya. "Gue mau balik."

Deva beralih menatapnya ragu. "Yakin balik?" tanyanya sangsi.

Deva pada dasarnya tau bahwa selama ini, tepatnya setiap hari kamis, Kafka selalu mendatangi Ezra dan menetap disana dalam waktu yang cukup lama. Lelaki itu betah berlama-lama berdiam diri di ruangan yang sama dengan sahabatnya.

Nyatanya, meski pertemanan mereka terdiri atas lima insan, Kafka tidak benar-benar beranggapan begitu. Dia bukan manusia sosial yang bisa bersama mereka secara terus-menerus jika tanpa alasan. Alasan itu tak jauh-jauh dari sahabatnya, tanpa ada Ezra di sisinya, Kafka merasa seperti tidak memiliki teman.

Sejauh itu hidupnya tanpa bocah itu.

"Ka, nanti kita jenguk Eza bareng." Deva menatapnya penuh harap. Lelaki itu merasa sejak Ezra mengalami kecelakaan, hubungan pertemanan mereka semua mulai merenggang. Deva hanya terlalu takut semuanya akan benar-benar hancur jika dibiarkan.

Kafka tidak tau harus menjawab apa. Dia juga tidak pernah ingin hidup seperti ini—-bergantung hanya pada Ezra, Kafka juga mau bisa membuka diri pada teman-temannya sendiri.

Tapi tanpa kehadiran Ezra, semua mulai terasa berat baginya. "Gue bisa sendiri."

"Ka, lo nggak bisa terus-menerus sendiri. Ini bukan tentang lo nggak boleh larut dengan dunia lo sendiri, ini tentang gimana kita bisa jadi bagian dari dunia lo itu."

"..."

"Eza selalu nitipin lo ke gue, selalu bilang Va, tolong Kafka diliatin, ya. Dia nggak terlalu suka keramaian, jadi kalau dia mulai nggak nyaman, pulang aja. Selalu Ka, selalu. Ezra nggak akan seneng kalau sahabat baiknya sendirian lagi. Ezra ... mau lo bahagia juga."

Ketika mendengar sepenggal aksara itu, ada sesak yang memporak-porandakan hatinya. Rasanya sakit karena kini dia semakin merindukan sosok itu.

Kafka hanya bisa terdiam dengan raut wajah yang tak terbaca. Dalam hatinya, dia nyatanya tau Ezra memang manusia paling baik dalam hidupnya. Bocah urakan yang tak tau caranya berterima kasih dengan benar itu memang seseorang yang paling memahami dirinya. Memahami setiap ketakutannya, setiap hal yang tak dirinya suka, memahami bentuk perhatian yang bisa dia terima.

Dulu, Kafka mana pernah dipedulikan sedalam ini, dia sudah terbiasa diabaikan dan dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya sendiri. Jadi ketika Ezra memasuki dunia kelamnya, Kafka seakan merasakan apa yang namanya hidup lagi. Merasakan apa yang disebut dengan bahagia dan kehadirannya kembali dilihat sebagai manusia yang memiliki alasan atas setiap sikapnya.

Ezra tidak pernah bertanya apa yang terjadi dengan dirinya, tidak pernah ingin tau cerita di balik luka-lukanya. Bocah menyebalkan itu hanya akan mengobati lukanya dan bertanya;

"Apa yang bisa gue bantu, Ka?"

Kini, Kafka mati-matian merindukan suara itu. Merindukan tatapan khawatir Ezra yang dibalut candaan recehnya itu, yang bertujuan agar dirinya tak terlalu merasa terpojokkan.

"Ka ... "

Kafka menghela napasnya kasar. Perasaannya semakin tak karuan sekarang, rasanya dia ingin melihat wajah Ezra saat ini juga. "Ayo."

Deva menatap sosok dihadapannya penuh tanya. "Apa?" setiap kata yang terucap dari bibir lelaki dingin itu seringkali tak dapat dirinya cerna dengan baik.

"Ayo ajak Ezra pulang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eclipse Of The Moon [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang