34. Girls Day!

873 114 104
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Ini [Name] tidak sedang bermimpi bukan?.

Seorang Ise Bromo, gadis yang tidak pernah tersenyum kepadanya dan selalu mengabaikannya, tiba-tiba datang dan memeluknya erat sambil berkata rindu padanya.

Apa dunia sebentar lagi mau runtuh?.

[Name] melirik Ise yang masih setia memeluknya. "Ise? Kenapa kamu ada di sini?" tanya [Name].

Ise mendongakkan kepalanya, manik birunya menatap lembut ke arah [Name]. "Aku tadi ingin menjengukmu [Name] tapi, kata penjaga resepsionis kamu akan segera keluar hari ini. Aku sempat panik karena takut datang terlambat. Tapi untungnya kamu belum pulang, syukurlah." tutur Ise. Suara yang biasanya terdengar datar dan dingin jika berbicara dengan [Name], kini mendadak berubah menjadi lembut bak malaikat.

[Name] jadi makin di buat bingung dengan perangai Ise yang mendadak berubah ini. Apa anak ini habis jatuh dari tangga lalu lupa kepribadian?.

"Terima kasih sudah mau menjenguku Ise tapi, bisakah kamu lepas pelukanmu ini?" pinta [Name]. Jujur dirinya sedikit tidak nyaman di peluk oleh Ise.

Ise segera melepas pelukannya. "Maaf, aku buat kamu engga nyaman ya?"

"Iya," jawab [Name] dengan spontan.

Ise mengedipkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya ia terkekeh pelan ketika mendengar jawaban dari [Name]. "[Name] rupanya masih tetap sama ya." ucap Ise. "Ah ini, bunga matahari untuk kamu. Masih fresh, soalnya aku petik dari kebun orang, entah punya siapa." Tangan Ise mengeluarkan buket bunga matahari yang ia bawa tadi dan langsung memberikannya kepada [Name].

[Name] menerima bunga matahari itu dengan ragu. "Terimakasih." ucap [Name].

"Sam—"

"—[Name] sudah mau pulang? Baru saja aku ingin jenguk." Suara seseorang terdengar dari arah pintu masuk rumah sakit.

[Name] dan Ise menoleh ke sumber suara, di Hadapan mereka kini berdiri Layla yang membawa buket bunga matahari serta satu paperbag berukuran sedang di tangan kanannya.

[Name] sedikit terkejut dengan kehadiran Layla. Dari apa yang di infokan oleh Kaizo, Layla seharusnya berada di tempat rehabilitasi untuk menstabilkan kondisi mentalnya.

"Layla? Kenapa kamu di sini? Bukankah seharusnya kamu masih harus di rawat di sana?" tanya [Name]

Layla berjalan mendekat ke arah [Name] lalu, dengan 'sengaja' dirinya mendorong Ise hingga gadis bermanik biru itu menjauh [Name].

"Aku tengah menjalani pengobatan berjalan [Name], aku baru pulang dari sana," kata Layla. "Lalu karena aku hari ini senggang, aku berniat menjengukmu. Tapi sepertinya kamu sudah mau pulang."

"Iya ini hari terakhirku di rumah sakit. Omong-omong, kamu sudah merasa lebih baik?" tanya [Name].

Layla mengangguk kecil. "Rasanya jauh lebih baik dari kemarin, aku senang dengan kondisiku sekarang. Ini semua berkat kamu [Name], kamu benar-benar dewi penyelamatku." ucap Layla sambil tersenyum tulus pada [Name].

[Name] sedikit terganggu dengan kata kata 'dewi penyelamat' yang di lontarkan Layla tadi. Kalau di bilang penyelamat sebenarnya [Name] itu bukan penyelamat. Dia menghancurkan keluarga Duch untuk membalaskan dendam adik sepupunya dan dua saudara laki-lakinya. Dan untuk kasus Layla [Name] membebaskannya karena Layla memiliki mata yang unik, bukan karena dia merasa kasihan.

"Baguslah kalau kamu merasa lebih baik. Tetap terus rutin berobat, Layla. Kalau kamu rutin dan konsisten, maka penyakit itu akan sembuh di kemudian hari nanti," ucap [Name].

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang