06. Hari Pertama "OPECAMI"

2.4K 228 50
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Notifikasi dari aplikasi chat berbunyi di ponsel milik [Name], sebuah nama bertuliskan 'Taufan' tertera di layar notifikasi.

[Name] menatap ponselnya datar, [Name] kini harus kembali menyesal karena menerima tawaran Taufan kemarin.

Sekarang hampir setiap jam, menit, dan detik Taufan selalu memberikan pesan singkat untuk [Name]. Pesannya itu hanya berisikan kegiatan Taufan dan apa yang sedang Taufan lakukan, dan [Name] hanya membalas pesannya dengan sekedarnya saja yang mana nampaknya justru membuat Taufan gregetan dengan [Name].

Omong-omong kenapa Taufan bisa mendapatkan nomer [Name]?

Hal itu terjadi karena kemarin saat Taufan mengantar [Name] ke pasar, Taufan meminta sebuah imbalan atas jasanya yang berupa pertukaran kontak antara Taufan dan [Name]. [Name] yang tidak bisa berkutik saat itu hanya bisa bersumpah serapah dalam hati dan berjanji pada diri sendiri untuk menghajar Taufan dengan pot bunga punya tetangganya karena berani-beraninya Taufan merencanakan rencana licik seperti itu.

Astaga, mengingat hal itu membuat [Name] semakin bertambah kesal saja terhadap Taufan.

"Maaf karena membuat Anda menunggu, Nona [Name]." Suara laki-laki yang sepertinya [Name] kenal terdengar di belakangnya. Dirinya menoleh ke belakang dan seketika terkejut dengan kehadiran seorang laki-laki muda yang tengah membungkuk di hadapannya.

"Abang Kasim?" [Name] menatap curiga terhadap laki-laki di hadapannya ini. [Name] tahu betul siapa dia, orang itu adalah tangan kanan ayahnya dan satu-satunya orang yang paling [Name] dan ayahnya percayai.

Dan hal yang membuat [Name] terkejut adalah, mengapa orang ini ada di Malaysia?!

Harusnya dia bersama ayahnya yang kini tengah berada di Indonesia mengurus beberapa pelabuhan di sana.

Pria di hadapan [Name] menghela nafas lelah. "Nona, sudah berapa kali saya katakan, saya Kaizo bukan Kasim." ucap pria berambut keunguan dengan manik bewarna merah yang menyebut dirinya Kaizo.

"Ah ya, ya, ya ... Apa yang kamu lakukan di sini? Atau... Lebih tepatnya apa yang kamu lakukan di ruang kepala sekolah Akademi Pulau Rintis?" Tanya [Name] sembari menatap tajam ke arah laki-laki di hadapannya ini. Harusnya saat ini [Name] bertemu dengan kepala sekolah Akademi Pulau Rintis untuk membahas mengenai kepindahannya kemari.

Abang Kasim ah ralat Kaizo hanya tersenyum penuh arti sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan nona muda di hadapannya ini.

"Ayah anda melengserkan kepala sekolah terdahulu dan menyuruh saya untuk menggantikannya dengan tujuan menjaga anda." Jawab Kaizo sembari tersenyum lelah. Ia dirinya itu lelah banget sama majikannya ini. Permintaannya kadang suka di luar nalar gitu. Beberapa bulan lalu Kaizo jadi pengacara untuk Arman karena Arman membuat beberapa kerusuhan di perusahaan orang, lalu sebulan yang lalu Kaizo berganti profesi sebagai mata-mata di perusahaan Amato bersaudara untuk memantau mereka.

Dan sekarang profesi Kaizo berganti lagi menjadi kepala sekolah di sebuah akademi. Kaizo capek tapi karena gajinya juga di luar nalar Kaizo pun berusaha untuk tetap tegar.

[Name] mengangguk paham, tidak buruk juga kalau Kaizo jadi kepala sekolah di sini. [Name] jadi bisa sedikit terbantu dan tidak perlu repot lagi jika nanti ia menginginkan sesuatu.

Kaizo yang melihat tanggapan [Name] hanya bisa menghela nafas kasar, Nona nya ini juga suka di luar nalar kaya bapaknya.

"Kalau begitu nona [Name], mari saya antar ke kelas anda." Ucap Kaizo sembari membukakan pintu ruang kepala sekolah dan mempersilahkan [Name] untuk berjalan terlebih dahulu.

Calon Menantu! Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora