Sudut Pandang Halilintar

1.6K 184 27
                                    

𝙎𝙥𝙚𝙘𝙞𝙖𝙡 𝘾𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 : 𝙎𝙪𝙙𝙪𝙩 𝙋𝙖𝙣𝙙𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙖𝙡𝙞𝙡𝙞𝙣𝙩𝙖𝙧.

"Dunia itu indah namun, bisa sangat mengerikan jika kamu melihatnya dari sudut pandang tuan muda Halilintar."

Halilintar Point Of View.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Bertahan hidup itu mengerikan.

Berusaha menjaga leher kita agar tidak terputus.

Menjaga detak jantung agar terus berdetak.

Menjaga paru-paru agar terus bernafas.

Semua itu membuatku muak.

Lagi dan lagi, aku kembali memuntahkan sesuatu.

Detak jantungku tidak beraturan dan paru-paruku terasa sesak.

Aku menatap wajahku pada pantulan cermin di kamar mandi.

Sungguh menyedihkan.

Aku menghirup aroma nafas yang keluar lewat mulutku, samar-samar tercium aroma seperti bawang putih.

Dugaanku benar rupanya, ini racun Arsenik.

pantas aroma dan rasanya tidak terdeteksi sama sekali.

"Apakah begini cara orang-orang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada ku?" Ucap ku sambil tersenyum pahit menatap pada sosok menyedihkan yang berada di dalam pantulan cermin wastafel.

Aku membuka kran dan menyiram wajahku dengan air bersih.

Air yang dingin itu kembali membawa kesadaranku yang hampir menghilang.

Aku terdiam sejenak, bertahan hidup seperti ini membuatku gila rasanya.

Suara pintu terbuka terdengar di telingaku, terlihat Taufan mendekat ke arahku.

"Baik-baik saja? Gempa sedang pergi mengambil air kelapa hijau." Ucapnya sembari sedikit menepuk pundak ku.

Manik biru miliknya menatap dalam ke arah manik ruby milikku. "Apa lihat-lihat?." Ucapku sedikit kasar padanya.

Entah lah sejak awal aku mengalami hal seperti ini, membuatku merasa awas kepada semua orang.

Taufan hanya tersenyum simpul. "Galaknya kucing oren ini." Ledeknya padaku.

Bocah sialan nomer satu ini memang menguji kesabaran banget ya. "Hentikan itu Taufan, dimana Tarung?" Tanyaku padanya sembari melangkah keluar dari kamar mandi.

"Orang itu langsung pergi ke dapur, mencari pelayan yang memberikanmu teh tadi." Jawab Taufan yang kini dirinya berjalan mengikutiku.

"Rupanya orang itu cekatan juga ya, bagus lah jika akhirnya ayah memberikan orang kompeten untuk masalah ini." Ucapku sembari berjalan mendekat ke arah Solar yang tengah memeriksa cangkir teh milikku tadi.

"Menemukan sesuatu?" Tanyaku pada si bungsu dari keluarga kami.

Solar menoleh ke arahku. "Ini racun Arsenik, racun ini berasal dari kerak bumi. Arsenik adalah Arsenik buatan atau di sebut juga arsenik anorganik, yang umumnya di gunakan untuk keperluan pertambangan. Termasuk tambang batu bara dan peleburan tembaga. Senyawa ini juga banyak digunakan dalam beberapa sektor industri, seperti pengolahan kaca, tekstil, cat, pengawet kayu, hingga amunisi. Dalam sektor industri pertanian, senyawa ini digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pupuk dan pestisida." Jelas Solar panjang lebar.

Aku mengangguk mengerti. "Apakah dosisnya besar?" Tanyaku padanya.

Solar menatap sendu ke arah cangkir bekas teh tadi. "Iya, dosis seperti ini bisa membunuh orang dewasa dalam hitungan jam saja." Jawab Solar.

Calon Menantu! Where stories live. Discover now