31. Lily, Beliung, UGD

993 123 69
                                    

[𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚞𝚔𝚊 𝚊𝚛𝚌 "𝚃𝚎𝚛𝚘𝚛 𝙺𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊 𝙰𝚖𝚊𝚝𝚘 𝙸𝙸"]

.
.
.
.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Sosok itu masih diam di tempatnya, tidak pergi ataupun mendekat ke arah Gentar.

Gentar juga sama, tidak kabur ataupun mendekat ke arah sosok berkepala babi itu.

Entah karena dirinya sudah merasakan takut di level yang berbeda atau karena dirinya tidak tahu harus berbuat apa, di antara keduanya Gentar tidak tahu dirinya berada di sisi yang mana.

Tiba-tiba saja Gentar teringat dengan kejadian teror beberapa waktu yang lalu, ketika dirinya bersama [Name].

Saat itu kejadiannya sama persis seperti sekarang, hanya saja bunga, pakaian, waktu, dan tempatnya saja yang berbeda.

Gentar mulai mengingat-ingat kejadian itu.

Pada saat itu, apa yang dirinya dan [Name] lakukan ya?.

Lebih tepatnya tindakan apa yang ia dan [Name] lakukan saat teror itu ada?.

Jika saja saat ini Gentar bersama [Name] sepertinya Gentar tidak perlu berfikir dan berdiam diri seperti orang bodoh tanpa melakukan apapun dengan sosok pembawa teror di hadapannya itu.

Gentar masih tidak bergeming sampai, sebuah tepukan di pundaknya mengagetkan dirinya.

"Nak? Kamu tidak papa?" Sebuah suara dari arah belakang membuat Gentar langsung menoleh. Di belakangnya ada seorang pria yang sudah berumur tengah menatapnya dengan khawatir.

Gentar menatap pria itu sejenak sebelum akhirnya telinganya menangkap Bisikan-bisikan dari para pejalan kaki yang melewatinya.

"Anak itu kenapa?"

"Dia tiba-tiba saja melamun, membuatku takut tadi."

"Apakah dia sedang ada masalah?"

Gentar tertunduk malu, astaga bagaimana bisa dirinya melamun seperti patung di pinggir jalan kota Pulau Rintis?.

Ini kalau Gentar perginya bareng Frostfire atau Supra pasti udah di omel-omelin karena bikin malu.

"Nak? Kamu kenapa diam lagi?" Suara pria tua itu lagi-lagi mengagetkan Gentar.

Gentar mengangkat kepalanya seraya tersenyum tipis kepada pria tersebut. "Ah maaf kek, saya akhir-akhir ini memang banyak pikiran tapi, saya baik-baik saja kok kek, maaf kalau saya sudah membuat kakek khawatir." Ucap Gentar dengan sopan sembari membungkuk sedikit tanda permintaan maafnya kepada pria tua di hadapannya.

Pria tua itu membalas senyuman Gentar lalu menepuk kembali pundak Gentar. "Sebaiknya kamu jangan suka melamun seperti itu, ada banyak orang yang suka mengincar orang-orang seperti kamu untuk target kejahatan. Pulang dan istirahat lah nak, hari sudah semakin larut. Saya pamit dulu ya, ingat jangan melamun lagi." Ucap pria tua itu sebelum akhirnya ia pergi menyebrangi jalanan yang masih ramai di lalui oleh beberapa mobil dan motor.

Gentar masih mempertahankan senyumnya. "Hati-hati kakek!" Teriak Gentar sembari melambai kecil. Si kakek yang sudah sampai di sisi jalan menoleh ke arah Gentar dan membalas lambaiannya sejenak sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang tengah menunggu bus malam.

Gentar menatap pria tua itu sejenak sebelum akhirnya ia berjongkok dan memungut totebag nya yang sempat jatuh tadi.

Manik Gentar menoleh ke tempat sosok berkepala babi itu berdiri tapi, sosok itu sudah tidak ada.

Calon Menantu! Where stories live. Discover now