Chapter 54

18.4K 1.3K 701
                                    

Hai semuanya, selamat hari weekend

Semoga hari kalian selalu bahagia

Kalian Team baca siang atau malam?

Bentar-bentar, bacanya harus pelan-pelan biar nyampe ke perasaan ceilahhhh

Kali ini, harus banyak ya vote+komennya wajibun hhihoo

Target 2k Vote + 3k Komen

Kalau bisa komennya di setiap paragraf ya hihihi, Bisa yuk, komennya tembus 3k

Kalau bisa komennya di setiap paragraf ya hihihi, Bisa yuk, komennya tembus 3k

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Setelah menikah, saya adalah rumah kamu, tempat pulang kamu, tempat berkeluh kesah kamu, termasuk tempat berbagi suka duka kamu. Tidak ada alasan untuk kamu menyembunyikan kesedihan di depan saya. Begitu pun sebaliknya."

~Muhammad Zafran Athaillah Al-kafy~

Dua minggu setelah kejadian di pesantren Al-Fawaz, Zalfa berubah menjadi pendiam. Bahkan ia tidak berani menceritakan hal itu kepada Amma Maryam apalagi Fathan. Tetapi, seminggu yang lalu Kyai Hasan lah yang bercerita tentang hal itu pada Amma Maryam.

Setelah tahu, Amma Maryam sangat marah tapi ia tidak bisa memarahi langsung. Apalagi ustadzah Sofi adalah Kyai dari pesantren tempat Zafran dulu. Tapi yang paling utama, Amma Maryam takut identitas Zalfa terbongkar.

Hari ini, Zafran mencoba untuk menghibur Zalfa dengan mengajaknya ke pesantren Al-Kafy tepatnya pesantren kakeknya. Namun Zafran menangkap ekpresi Zalfa yang terlihat murung, ia tersenyum dan di balas. Tapi, senyuman istrinya itu seperti terpaksa.

"Kamu gak mau ketemu kakek mas?" Tanya Zafran yang langsung duduk di samping Zalfa.

"Bu-kan itu maksudnya mas, ta-"

"Tapi kamu takut kejadian itu terulang? Hmm?" Potong Zafran yang langsung di angguki Zalfa.

Zafran merain tangan Zalfa, di simpannya tangan itu tepat di paha kanannya. "In syaa allah, kejadian itu tidak akan pernah terulang. Percaya sama mas," Zalfa menatap Zafran, ia mencari keraguan di sorot mata Zafran. Namun hasilnya nihil, yang Zalfa dapatkan hanya ketulusan yang berada dalam mata hazel milik Zafran.

Beberapa detik kemudian, tatapan Zafran beralih ke arah perut Zalfa yang rata. Zafran memegang perut Zalfa dan mengusapnya dengan lembut.

"Semoga kamu segera hadir ya sayang,"

"Anak shaleh atau shalehah ayah harus tumbuh dengan baik," Sambung Zafran seraya tersenyum manis.

"Mas," Cicit Zalfa, ia marasakan jantungnya berdegup kencang ketika Zafran menyebut anak shaleh-shalehah.

Rembulan Yang SirnaWhere stories live. Discover now