Chapter 53

7.8K 1K 557
                                    

Lagi mantau orang yang lagi senyum-senyum

Seneng ya, akhirnya aku muncul juga

Jangan lupa Vote+komen, biar aku ngilangnya gak lama lama amat

Target 2k vote+3k komen

Bismillah, yang baca banyak tapi kok vote sama komennya dikit?

Bismillah, yang baca banyak tapi kok vote sama komennya dikit?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Tangan ini hanya bisa di sentuh untuk yang mahram kamu saja, termasuk saya. Wallahi saya tidak ridho jika ada laki-laki lain yang dengan lancangnya menyentuh milik saya."

~Muhammad Zafran Athaillah Al-Kafy~

***

Zalfa berlari ke arah madding pesantren dengan nafas yang memburu. Ia membelalakkan matanya ketika melihat fotonya yang berada di atas tubuh Fahri. Fotonya tidak satu, melainkan ada 3 foto yang terpampang di sana.

"Siapa yang udah ngelakuin ini!" Teriak Zalfa yang sudah mengepalkan tangannya. Seperkian detik, tangannya dengan tergesa-gesa mencabut semua foto yang menempel di sana. Merobeknya bahkan menginjaknya, tangannya sudah mengepal sampai urat-uratnya terlihat dan matanya  pun sudah memerah menahan tangis.

"Argh," Geram Zalfa, mengingat kejadian beberapa jam lalu bersama Fahri.

"Kak Zal-fa," Panggil seorang santri yang sudah berada di belakang Zalfa.

Zalfa membalikkan badannya hingga tatapan mereka bertemu. "Hm? Iya? Ada apa?"

Santri itu terdian sejenak, menarik nafasnya dalam, sebelum akhirnya ia membuka suara. "Kak Zalfa di panggil ke la-pangan sama usta-dzah sofi,"

"Mau apa?" Tanya Zalfa dingin.

Santri itu memainkan jari jemarinya, ia takut dengan tatapan dingin Zalfa. "Mungkin mau tabayyun tentang fo-to kakak,"

Mendengar itu, Zalfa langsung berlari ke lapangan. Sampai di sana, Pandangan Zalfa menyapu kesekeliling lapangan yang sudah banyak santriwan dan santriwati.

"Apa ini yang tabayyun menurut ustadzah sofi?" Zalfa mengepalkan tangannya, wajahnya sudah memerah menahan amarah.

"Tuh si wanita murahan udah dateng," Ucap Sahil, menarik sudut bibirnya.

"Zalfa Anindira!" Teriak ustadzah sofi, menatap Zalfa dengan tatapan mematikan.

Mendengar ustadzah sofi memanggilnya, Zalfa langsung berjalan dengan langkah yang cepat. Tangannya mengepal, denyut jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar malu saat ini, karena menjadi pusat perhatian se-warga pesantren.

Rembulan Yang SirnaWhere stories live. Discover now