Chapter 4

33.9K 2.3K 9
                                    

"Jika Mesir adalah tempat keberadaan Abba, aku akan mencarinya. Walau hati ku ragu bisa menemukannya."
Zalfa Anindira El-Malik

~Happy Reading~

***

"A..dek mau.. pergi ke Me..sir Amma" jawabnya terbata-bata setelah mengucapkan itu, air mata Zalfa mengalir deras. Melihat adiknya menangis, Fathan diam-diam menitihkan air mata. Sakit benar-benar sakit, perkataan yang ditakutkannya kini terjadi.

"Kenapa harus Mesir dek?" Tanya Fathan dengan intonasi serendah mungkin.

"A..bang kata kakek, Abba bikin restoran Indonesia di sana. A-dek mo-hon, a-dek i-ngin ke-temu Ab-ba. Walau hanya sebentar saja, adek ingin me-lluk Ab-ba bangg." Ucap Zalfa menunduk, suara tangisnya begitu pilu. Melihat kondisi adiknya seperti itu, Fathan langsung memeluknya mencium puncak kepala Zalfa.

"Dek, sedalam itu kah kamu merindukan Abba?" Gumam Fathan dalam hati.

"Dek, kamu lagi sakit. Sekarang kamu istirahat aja ya, setelah kamu sehat kita bicarakan lagi." Mendengar ucapan itu Zalfa pun melepaskan pelukannya. Menghapus air matanya dengan kasar, senyumannya merekah.

"Beneran bang?" Tanya Zalfa antusias. Fathan hanya mengangguk.

"Jika Mesir adalah tempat keberadaan Abba, aku akan mencarinya. Walau hatiku ragu bisa menemukannya." Gumam Zalfa dalam hati.

"Yaudah sayang, kamu ke kamar ya. Amma mau bicara dulu sama Abang. Jangan lupa minum obatnya ya." Ucap Amma Maryam mengelus kepala Zalfa. Senyuman yang merekah diwajahnya tidak sesuai dengan kondisi hatinya. Sedih benar-benar sedih, anak bungsunya kini mencari ayahnya. Seolah permintaan Zalfa membuka luka yang terjadi di masa lalu.

Setelah punggung Zalfa tak terlihat, Amma Maryam menangis. Kedua tangan yang menutupu wajahnya itu, kini sudah di basahi dengan air mata. Fathan langsung saja memeluk Amma Maryam, pelukan itu di balas dengan pelukan yang lebih erat.

"A-bang, Amma ha-rus gi-mana?" Setelah mengucapkan itu Amma Maryam menangis hebat. Rasa sakitnya kini di curahkan kepada putra sulungnya.

"Amma, tenang ada Abang di sini. Jangan terlalu bersedih in syaa Allah, Allah selalu bersama kita." Ucap Fathan melepaskan pelukannya. Menghapus air mata Amma Maryam dengan lembut. Sekuat tenaga, Fathan menahan air matanya. Bagaimana mungkin ia tidak ingin menangis? Jika pertanyaan adiknya membuat Amma Maryam terluka kembali?

"Amma sekarang istirahat ya, Abang anterin Amma ke kamar. In Syaa Allah, kita bicarakan ini lagi nanti setelah keadaan Amma dan adek membaik." Ucap Fathan tersenyum ke arah Amma Maryam.

Fikiran Fathan saat ini benar-benar kacau. Setelah kejadian kemarin, restoran yang baru saja ia rintis mengalami kemalingan. Tadi pagi, ia bertengkar hebat dengan adiknya dan malamnya ia harus mendapat kabar bahwa adiknya akan ke Mesir? Ia tahu betul bagaimana Mesir, bagaimana pergaulan Mesir. 5 tahun di negeri para nabi, Fathan sudah melewatkan banyak hal. Kesulitan yang pernah di lalui, di Mesir membuatnya sadar bahwa merantau di negeri orang lain bukan hal yang mudah. Bertemu dengan orang-orang baru, walau pun Fathan tahu banyak teman Zalfa yang berkuliah di sana. Tapi kekhawatiran telah menguasai dirinya.

Bingung, benar-benar bingung, Fathan sangat takut ketika Zalfa mengetahui fakta sebenarnya tentang Abba yang selalu ia cari. Fathan tidak mau ambil pusing, ia segera mengambil air wudhu kemudian shalat witir dan shalat tobat  yang biasa ia lakukan. Menurut Fathan, tak perlu kesana kemari untuk mencurahkan isi hati kita melainkan curahkanlah kepada sang pemilik semesta yang selalu mendengarkan curahan hati hamba-Nya.

Rembulan Yang SirnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang