Chapter 51

9.4K 1K 384
                                    

Dah lama ngilang, maafin ya

Akhir-akhir aku di sibukan dengan hal lain, jadinya aku baru bisa up bulan ini

Jangan lupa Vote+Komen, aku usahain buat update tiap pekannya

Target 2k vote + 2k komen

Target 2k vote + 2k komen

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.



"Sejauh apa pun jaraknya, do'a aku akan selalu menyertai mu. Perempuan yang membuat aku berkali-kali jatuh cinta kepada orang yang sama. Perempuan yang ketika aku melihatnya, aku ingat pada sang Pencipta."

~Muhammad Zafran Athaillah Al-Kafy~

Hari ini adalah keberangkatan Zafran ke luar kota, mungkin dari luar Zalfa biasa-biasa saja. Tapi jauh dari lubuk hatinya ia tidak mau di tinggal oleh Zafran. Sekalipun hanya 3 hari, tapi mengingat dirinya akan pergi ke pesantren al-fawaz rasa sedihnya sedikit demi sedikit menghilang.

Di perjalanan menuju bandara tepatnya di kursi belakang pengemudi, tak henti-hentinya Zafran memainkan jemari mungil milik Zalfa.

"Gak papa kalau saya tinggal?"

Zalfa tersenyum. "Gak papa mas, lagian kalau aku bilang gak mau di tinggal emang kamu gak jadi berangkatnya? Enggak kan,"

Mendengar ucapan istrinya, Zafran panik. "Maksud mas gak gi-"

Zalfa tertawa, ia mencubit pipi Zafran gemas. "Wajahnya gak usah panik gitu mas, aku cuma bercanda,"

Zafran bernafas lega, ternyata istrinya itu hanya bercanda. "Kirain beneran,"

Zalfa terkekeh mendengar ucapan kesal suaminya. "Lucu juga mas Zafran kalau kesal,"

1 jam berlalu, tak terasa mereka sudah sampai di bandara. Walau pun sudah sampai, Zafran enggan melepaskan tangannya yang terkait di jemari lentik Zalfa.

"Mas udah sampai," Peringat Zalfa, melepaskan tangannya yang di genggam Zafran.

Lalu Zafran mposisikan dirinya agar berhadapan Zalfa. "Iya, mas berangkat dulu ya cantik," Ucap Zafran sembari mengulurkan tangannya.

Zalfa yang paham, ia langsung mencium punggung tangan Zafran bolak-balik. "Hati-hati ya mas,"

"Muhun geulis," Ucap Zafran yang membuat pipi Zalfa bersemu merah. Bagaimana tidak? Ini hal yang tidak biasa bagi Zalfa, ketika suaminya itu berbicara Sunda.

"Pipinya kok tiba-tiba pake blush on sih?"

"Apa sih mas,"

Zafran tersenyum teduh, seperkian detik ia menangkup wajah Zalfa. Refleks Zalfa memejamkan matanya ketika ada benda kenyal yang menempel di keningnya.

Rembulan Yang SirnaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora