Putusin

51 26 15
                                    

Malam ini, suhu di dalam gedung rumah sakit terasa begitu sangat dingin, aroma karbol bercampur dengan obat-obatan memasuki indera penciuman setiap orang yang berada di sana.

Di depan ruangan rawat inap bernama Azalea, kini terlihat Akira, Alexia, Chika, dan Karin sedang duduk di kursi koridor seraya membicarakan sesuatu yang sangat penting.

"Dek, lu udah janji, kan, mau ceritain semuanya ke gue," ujar Alexia, seraya menatap lekat wajah Akira.

Akira mengangguk, hampir saja melupakan tentang hal itu. Tadi sore, sesudah Alexia mengingatkan tentang janji masa kecil mereka, membuat Akira luluh. Cowok itu kemudian berjanji akan menceritakan semua hal yang sudah dirinya hadapi akhir-akhir ini.

"Kar, gak papa, kan, kalo gue ceritain?" tanya Akira, menatap wajah Karin yang duduk di samping kanannya.

Karin membalas tatapan Akira, tersenyum manis, dan mengangguk sebagai jawaban.

Akira mengembuskan napas panjang, mencondongkan tubuh ke depan dengan menggenggam kedua tangan. Ia mulai menceritakan awal mula pertemuan dengan Karin, sampai dirinya bisa membantu gadis itu untuk membawa Sherly bertemu dengan mamanya.

Mendengar cerita dari Akira, membuat Alexia dan Chika mengepalkan tangan. Kedua gadis itu benar-benar sangat marah dengan hal yang telah dilakukan oleh ayah karin.

Alexia bangun dari tempat duduk, berjalan mendekati Karin yang hanya diam sepanjang Akira bercerita. Ia menatap Karin sendu, perlahan-lahan mulai bergerak memeluk tubuh gadis itu.

Karin sontak melebarkan mata sempurna, mulutnya sedikit terbuka saat mendapatkan pelukan dari Alexia.

"Maafin gue, ya, Kak, udah berburuk sangka sama lu," pinta Alexia, mengelus lembut punggung Karin.

Mendengar permintaan maaf Alexia, membuat Karin tersenyum simpul, lalu membalas pelukan gadis yang menjabat sebagai kakak dari Akira. "Iya. Gak papa, kok. Wajar kalo lu berburuk sangka sama gue, soalnya adek lu tiba-tiba aja deket sama gue."

Melihat interaksi Alexia dan Karin, Chika bangun dari tempat duduk, berjalan menghampiri kedua gadis yang masih dalam keadaan berpelukan itu, kemudian mengulurkan tangan. "Gue juga minta maaf, ya, Kak."

Karin mengangguk, menjabat uluran tangan Chika di sela pelukannya dengan Alexia. "Iya, gak papa, kok."

Alexia tiba-tiba saja melepaskan pelukannya, tersenyum ke arah Chika, kemudian menatap Karin. "Kak, kita temenan, yuk?"

Alexia dan Chika mengepalkan tangan ke arah Karin, tersenyum, menunggu jawaban dari gadis itu.

Karin kembali melebarkan mata, melihat Alexia dan Chika secara bergantian. Ia menggigit bibir bawah, mengepalkan kedua tangannya di atas pangkuan. "Ka ... Kalian berdua yakin mau temenan sama gue?"

"Yakin banget, kok, Kak. Seratus persen yakin. Lu mau, kan, temenan sama kita berdua?" jawab Alexia, masih terus mengepalkan tangan ke arah Karin.

"Kalian berdua tau, kan, gimana gue di sekolah? Kalian yakin, gak akan nyesel setelah temanan sama gue?" Tubuh Karin mulai bergetar, kepalan tangannya semakin kencang.

"Kami gak akan nyesel temenan sama lu, Kak," jawab Alexia dan Chika secara bersamaan, senyuman mereka berubah menjadi sangat manis.

Melihat senyuman kedua gadis itu, membuat kedua mata Karin berbinar-binar, getaran pada tubuhnya perlahan-lahan mulai berhenti. Ia mengangkat tangan kanan, membalas kepalan tangan Alexia dan Chika sebagai tanda persetujuan.

Alexia dan Chika bergerak memeluk tubuh Karin, benar-benar merasa sangat bahagia karena sang kakak kelas menerima ajakan pertemanan mereka. Ketiga gadis itu sontak tertawa di sela pelukan, membuat Akira dengan cepat langsung menegur mereka.

Rivalry Or RevengeWhere stories live. Discover now