Bab 24 || Pengakuan

68 17 42
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa follow, vote, dan komen yaa sebagai bentuk dukungan kalian^^

Selamat membaca✨

©©©

"Edwin, habis ini kita mau kemana?" tanyaku yang masih duduk di atas ayunan. Sedangkan ia berdiri di belakangku, sambil mendorong pelan ayunan.

"Pulang." singkatnya.

"Lah, lo gak ada rencana ngajak gue kemana gitu selain kesini?" heranku sambil mendongak menatapnya.

Ia pun menundukkan kepalanya menatapku.

"Nggak." jawabnya datar.

Aku pun merengut sebal. Masa sepagi itu dia menjemputku hanya untuk pergi ke rumah pohon. Padahal hari belum menunjukkan waktu siang, masa kami langsung pulang.

"Katanya kencan, tapi kok pulang cepet." celetukku pelan.

Tiba-tiba ayunan yang aku naiki terhenti. Sontak, aku pun menoleh ke arah Edwin.

"Kenapa berhenti?" tanyaku heran.

"Lo mau lebih lama bareng gue?" ucapnya dengan senyum tertahan.

Hah? Maksudnya?

Apa jangan-jangan dia mendengar perkataanku tadi?! Aku baru tersadar dengan apa yang aku ucapkan.

"A-apaan sih? Nggak ya!" elakku dengan tegas.

"Dih, gak mau ngaku lagi. Jelas-jelas gue denger lo ngomong apaan barusan."

"Salah denger kali lo, mungkin aja itu bisikan-bisikan setan disini." alibiku dengan kembali menatap ke depan.

"Haha.. Lo dong setannya." ucapnya sambil tertawa.

Aku sebenernya malu, sudah jelas-jelas dia mendengar ucapanku. Tetapi aku malah mengelak dengan mengatakan setanlah yang berbicara.

Secara tidak langsung aku mengatai diriku sendiri setan. Memang menyebalkan.

"Ketawain aja teros." kesalku yang masih terus ditertawai.

Tawa Edwin pun mulai mereda. Ia lalu kembali berkata, "Kalau emang mau bareng gue terus, bilang aja kali. Gak usah gengsi."

Aku berdiri dan berbalik menatapnya. "Nggak gitu ya maksud gue. Gue cuma heran aja. Sepagi itu lo jemput gue, tapi kita perginya kesini doang trus bentar banget."

"Gue emang ngajak lo ke sini doang. Tapi kita disini sampe sore." katanya dengan senyum yang menenangkan hati.

Dalam hati aku terus-terusan mengumpat dan mengagumi senyum Edwin yang benar-benar menawan itu.

"Sampe sore? Disini? Ngapain?" tanyaku bertubi-tubi.

"Quality time. Gue pengen bareng lo lebih lama dan mengenal lo lebih jauh lagi." ucapnya to the point.

Mendengar ucapannya, seketika rasanya dadaku berdesir.

Entah kenapa, saat dia mengatakan ingin mengenalku lebih jauh. Rasanya ia bersungguh-sungguh ingin mendekatiku.

"Nga-ngapain lo pengen kenal gue lebih jauh?"

"Pake nanya lagi, ya mau jadi pasangan lo lah." jawabnya sambil mencubit gemas pipiku.

"Hah?" aku terdiam sejenak mencerna kata yang ia ucapkan.

Aku pun tertawa setelahnya, "Hahaha, ngaco banget lo. Emangnya gue mau jadi pasangan lo?" aku bertanya dengan meremehkan.

My True First Love [On Going]Where stories live. Discover now