Bab 19 || Menjauh

217 67 14
                                    

Karna kamu suka dia, yang paling kamu perhatiin cuma dia. Kamu selalu terfokus pada satu titik, tanpa mau melihat orang-orang di sekelilingmu yang menyayangimu.

*Quotes by Prastya*
(Thanks for quotes)

©©©

"Maksud lo apaan?" aku bertanya dengan wajah bingung.

"Karena lo itu udah jadi tanggung jawab gue sekarang." jawabnya dengan menatap mataku dalam-dalam.

Saat Rey tengah menatapku, tiba-tiba terdengar suara pria baruh baya yang menegur kami.

"Hei kalian! Kenapa malah pacaran disini?! Bapak kan suruh kalian buat hormat bendera bukan malah romantis-romantisan!" suara Pak Jamal menggelegar.

Kami pun terkejut mendengar suaranya. Tetapi itu hanya sesaat, selanjutnya Rey kembali bersikap biasa saja.

"Kami lagi gak pacaran, pak. Saya lagi bantuin Kina biar gak pingsan gara-gara bapak hukum berjemur di lapangan." ia masih tetap mempertahankan tangannya di atas kepalaku.

"Alasan saja kamu! Cepat lanjutkan hukumanmu!" bentak Pak Jamal pada Rey.

Sementara aku terdiam mendengar ucapan Pak Jamal dan terus melanjutkan hukumanku.

"Sssstt..." seperti seseorang yang mendesis.

Aku sedikit menoleh, dan kulihat Rey mengedipkan sebelah matanya. Apa maksud dari kedipan itu? Kulihat kembali mulut Rey berkomat kamit seperti ingin mengucapkan sesuatu.

"Kenapa malah diam?! CEPAT LANJUTKAN!" Pak Jamal kian murka.

"Pak, apa bapak gak kasian sama Kina yang lagi gak enak badan? Kalo dia pingsan bapak mau tanggung jawab?" balas Rey pada Pak Jamal.

Kata siapa gue gak enak badan?! Gue malah sehat fisik, tapi mental gue agak kecapean sih ngadepin orang aneh akhir-akhir ini.  Aku masih tetap mempertahankan posisiku.

"Jangan berbohong kamu!" mata Pak Jamal melotot, wajahnya pun amat sangar.

"Eh, pak itu ada monyet di atap sekolah!" seru Ray sambil menunjuk ke arah gedung sekolah.

Aku tau ia hanya ingin mengalihkan perhatian Pak Jamal. Mana ada monyet kesasar di wilayah ini, hutan saja tidak ada. Dan yang paling mengherankan, dengan mudahnya Pak Jamal percaya pada kebohongan yang Rey ucapkan.

Pak Jamal pun menoleh ke arah atas gedung. Ia terlihat mencari monyet yang dikatakan Rey.

"Cepet pura-pura pingsan!" bisik Rey di telingaku. Aku bingung harus berbuat apa, masa iya aku berbohong?

"Cepetan!" desak Rey padaku.

"Di sebelah mana monyetnya?" tanya Pak Jamal. Saat ia akan menoleh ke arah kami dengan cepat aku menjatuhkan tubuhku untuk berpura-pura pingsan.

Bruk!

Aku tak jatuh ke tanah. Belum sempat badanku menyentuh tanah, tangan Rey dengan sigap menangkapku. Pada akhirnya aku jatuh dalam pelukannya.

"Eh, pak! Kina pingsan!" suara Rey terdengar panik. Sebenarnya itu hanya pura-pura.

"Kina, bangun Kina!" Rey berakting layaknya aktor yang handal. Ia menepuk-nepuk pipiku.

Sakit anjir! Kalo mau akting jangan totalitas amat nepuknya! Aku menggerutu dalam hati.

"Lebih baik sekarang kamu bawa Kina ke UKS! Kalian telah bapak bebaskan dari hukuman. Cepat bawa dia ke UKS!" perintah Pak Jamal yang juga terdengar khawatir.

My True First LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz