Chapter 09: CINTA?

547 30 3
                                    

Hallo, I'am comeback 👋

Aku up lagi nih ada yang nungguin cerita ini update?

Kalian pasti tau kan gimana caranya menghargai karya orang? Yap, dengan cara vote dan komen.

Ayolah belajar menghargai karya orang lain. Aku nulis memang cuma semata-mata menyalurkan ide dan halu ku aja tapi tolonglah kasih support, kasih semangat dengan cara tadi yaitu vote dan komen.

Perasaan pembaca sama vote nya jomblang banget dah. Tapi gk papa sih aku juga masih pemula kok mungkin blm saatnya aja cerita ku rame kaya orang-orang.

Yaudah intinya gitu deh. Paham kan? Pasti paham lah.

Saran nih ya jangan skip narasinya biar kalian nggak bingung ⚠️

~Happy Reading~

*
*
*

Angin yang cukup kencang menerpa wajah tampan milik cowok bertubuh jangkung itu. Berdiri menikmati pemandangan dari atas gedung sekolahnya. Rasa kesal yang diakibatkan oleh kejadian beberapa menit yang lalu masih Reygan rasakan. Tangan cowok itu terkepal dengan begitu eratnya.

Tubuh yang hanya dibaluti kaos berlengan pendek itu nampak terlihat seksi apalagi saat angin menerpa baju dan sedikit tersingkap membuat tubuhnya sedikit terjiplak.

Mood nya seketika berubah turun begitu saja. Dari permasalahan keluarganya dan ditambah dengan permasalahan Geisha yang entah kenapa selalu saja membuatnya kesal setiap harinya. Memang benar Reygan tidak pernah absen membully cewek itu setiap hari meskipun terkadang cewek itu tak melakukan kesalahan apapun. Tapi ada untungnya juga gadis itu, setiap kali ia memiliki masalah yang bersumber dari keluarganya Geisha lah yang akan menjadi pelampiasan kekesalannya.

Geisha yang memang dasarnya gadis polos dan bodoh tidak pernah menyadari itu. Dalam kata lain Geisha hanyalah sebuah samsak yang kapan saja ia gunakan untuk melampiaskan rasa kesal dan marahnya entah itu dari keluarga atau yang lainnya.

Mengingat masalah yang sedang ia hadapi membuat Reygan frustasi. Terlahir menjadi anak sulung laki-laki membuat dirinya selalu diandalkan oleh keluarganya. Hidup dengan bergelimang harta tidak membuat Reygan bahagia sedikitpun. Apa yang ia punya sekarang tidaklah bisa membuat dirinya merasa menjadi anak paling beruntung karena terlahir di keluarga yang sangat berkecukupan.

Suara kursi yang bergesekan dengan lantai semen sukses membuat Reygan menolehkan kepalanya kebelakang. Setelah mengetahui siapa yang datang Reygan kembali menghadap kedepan dengan mata yang terpejam menikmati semilir angin diatas sana.

Cowok berwajah dingin nan datar yang baru saja mendudukkan dirinya disalah satu kursi disana melempar sisa putung rokok yang berserakan dibawahnya kearah Reygan.

"Ngapain lo kesini? Mau bolos lo?" Dua pertanyaan beruntun itu Reygan ajukan tanpa menatap sang lawan bicaranya.

"Jamkos," sahut Elgara dari belakang yang sedari tadi hanya fokus memperhatikan temannya.

Reygan tak lagi membalas. Cowok itu kini membalikkan badannya, berjalan menghampiri Elgara lalu duduk di salah satu kursi yang letaknya tak begitu jauh dari Elgara.

"Tumben kesini?" tanya Reygan.

Pasalnya Elgara cukup jarang sekali mengunjungi rooftop jika tidak ada hal penting yang ingin mereka bicarakan dengan para sahabatnya. Cowok itu anti dengan yang namanya membolos, setiap jam kosong saja ia habiskan dengan cara membaca buku dan menghapal rumus-rumus di kelas. Berbeda sekali dengan Reygan, cowok itu bisa dibilang cukup pintar tapi cowok itu bisa terbilang paling malas dengan yang namanya belajar. Toh tidak belajar pun ia masih saja pintar.

REYGANSHAWhere stories live. Discover now