You Are Perfect!

1.1K 222 5
                                    

Jennie dan Lisa duduk berdampingan di sofa yang nyaman, menu sarapan sudah disiapkan oleh sekretaris Jennie. Wajah Lisa terlihat segar dan tampan setelah ia membersihkan diri. Jennie tak bisa menahan diri untuk terus menatapnya, penuh dengan kehangatan dan rasa kagum. Suasana ruangan dipenuhi dengan ketenangan, diiringi aroma harum dari makanan yang tersaji di atas meja.

"Ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Lisa memecah tatapan kagum Jennie yang tertuju padanya.

Jennie menggelengkan kepala, "Kamu terlihat segar dan selalu tampan. Apa yang membuatmu begitu bersemangat?"

"Kamu pandai menggombal. Mungkin udara pagi yang segar," jawab Lisa.

"Tidak! Aku berkata jujur. Lisa maaf, sepertinya aku tidak bisa menemanimu berkeliling hari ini! Tapi, kamu bisa berkeliling dengan bodyguard yang menemanimu," sesal Jennie menatap calon suaminya.

"Tidak apa. Aku pikir hari ini lebih baik stay di sini," Lisa menanggapi dengan santai.

"Tidak! Tidak! Kamu tidak perlu stay di sini. Kamu bisa pergi berwisata dengan ditemani bodyguard," Jennie merasa tidak enak bila tetap membiarkan Lisa diam di dalam ruangan bersama dirinya yang sibuk dengan banyak pekerjaan.

"Tidak, aku tetap ingin di sini saja. Tubuhku butuh istirahat. E-em, apa kamu memiliki obat Migran?" tanya Lisa merasa sakit dibagian kepalanya.

Jennie mengernyitkan dahi, "Masih sakit?"

"Sedikit," jawab Lisa.

"Ayo, makan! Setelah selesai makan sekretaris akan mengantar obat Migran," ajak Jennie.

Lisa menganggukkan kepala.

Jennie dan Lisa mulai menyantap hidangan sarapan, sambil menikmati kebersamaan dan kehangatan di antara mereka.

***

Tok,,, tok,,, tok,,,

Pintu ruangan Jennie diketukan lembut, Jennie memberikan izin untuk masuk. 

"Masuk!" Jennie.

Di ambang pintu, sekretaris setia Jennie, muncul membawa dua item yang telah diminta Jennie sebelumnya: obat Migran dan 1 kotak susu cokelat. Dengan senyuman hangat, sekretaris Jennie menyerahkan barang-barang itu kepada Jennie.

"Miss, pesanannya," sekretaris Jennie.

Jennie menganggukkan kepala, "Letakkan di sana," Jennie melirik meja sofa.

"Ya, Miss," sekretaris Jennie melakukan perintah Jennie.

"Ada yang dibutuhkan lagi, Miss?" tanya sekretaris Jennie setelah melakukan perintah Jennie.

"Tidak! Kamu bisa meninggalkan ruangan. Ingatkan saya waktu rapat nanti," pesan Jennie.

"Baik, Miss. Permisi, Miss, tuan muda," pamit sekretaris Jennie pada Jennie dan Lisa yang sedang sibuk memeriksa pekerjaan melalui handphonennya. Tapi, Lisa tidak lupa untuk membalas ucapan sekretaris Jennie.

"Ya," Lisa dengan fokus pada handphonenya, dia duduk di salah satu sofa ruangan calon istrinya. Cahaya dari layar terang memancar di wajahnya, menandakan keterlibatannya dalam urusan bisnis.

Klik,,,

Sekretaris Jennie meninggalkan ruangan Jennie.

Jennie mengernyitkan dahi, dia tidak suka dengan calon suaminya yang membalas ucapan sekretarisnya, walaupun singkat, "Tuan CEO, genit! Kenapa membalas ucapannya? Semua laki-laki sama saja! Tidak bisa melihat diam saat melihat wanita lain!"

Lisa marah? Tidak, dia justru menanggapi ucapan calon istrinya dengan santai, bahkan fokusnya masih tertuju pada handphonenya, "Setiap orang memiliki kebebasan dalam menilai dan berpendat. Tapi, bukan berarti bisa dengan mudahnya menarik kesimpulan dengan satu sudut pandang saja. Aku dan kamu sama-sama CEO, tapi gaya kepemimpinan dan kepribadian kita jelas sangat berbeda. Jika kamu terbiasa dengan aura dingin, tegas, dan tidak tersentuh. Maka, aku kebalikan dari dirimu,"

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now