Duda Beranak 1

1.8K 265 2
                                    

Di dalam mobil yang melaju menuju makam mendiang Rose, suasana hening menyelimuti Lisa, Jennie, dan Baby R. Lisa, yang duduk di kursi pengemudi, memandang lurus ke depan dengan konsentrasi penuh saat dia mengemudikan mobil. Meskipun matanya fokus pada jalan, ekspresi wajahnya mencerminkan kedalaman perasaan yang sulit diungkapkan.

Jennie, yang duduk di kursi penumpang sebelah Lisa, memeluk erat gendongan Baby R. Wajahnya tercermin penuh kasih saat dia menatap keponakannya yang cantik. Meskipun senyum hangat terukir di bibirnya, ekspresi matanya menyiratkan kesedihan yang dalam atas kehilangan Rose, sahabat dan kerabat tercintanya.

Di antara mereka, hening yang tak terucapkan menjadi teman setia. Tidak ada kata-kata yang terucap, tetapi kehadiran mereka satu sama lain memberikan dukungan dan kekuatan di saat-saat sulit ini. Mereka merasakan kebersamaan dalam kesunyian, saling berbagi beban kesedihan yang mereka rasakan.

Baby R, yang terlindung dalam gendongan Jennie, tidur dengan tenang, tidak menyadari betapa beratnya suasana hati yang ada di sekitarnya. Namun, kehadirannya membawa sedikit cahaya dalam kegelapan, mengingatkan mereka akan keajaiban kehidupan yang terus berlanjut meskipun dalam kesedihan.

Dalam kesunyian yang menghantui, mereka terus maju, menghadapi perjalanan yang sulit ini dengan penuh ketabahan dan keberanian. Dengan langkah yang mantap, mobil terus melaju menuju makam Rose, di mana mereka akan melepas rindu.

Klik,,,

Mobil mesin mati tepat di parkiran arena makam, Lisa, melepaskan sabuk pengamannya dan melihat kearah putrinya yang masih tenang di dalam gendongan Jennie.

"Terima kasih, karena sudah menjaga baby R. Kemari, aku yang akan menggendong baby R," pinta Lisa yang merasa tidak enak, karena sudah merepotkan Jennie.

"Ah, tidak masalah. Aku menganggap ini sebagai salah satu cara menghabiskan waktu bersama baby R. Tolong bantu lepas sabuk pengamanku, biar aku yang menggendong baby. Kasihan baby sepertinya masih ingin tidur," tolak Jennie dengan halus.

Klik,,,

"Tidak masalah?" tanya Lisa yang sudah membuka sabuk pengaman Jennie.

"Terima kasih. Tidak sama sekali. Ayo, ke makam Rose," jawab Jennie.

"Iya," Lisa keluar dari pintu mobil, mengitari mobil untuk membuka pintu mobil bagian Jennie. Karena Lisa peka dengan kesusahan yang di hadapi Jennie bila harus membuka pintu dengan posisi sedang menggendong baby R.

Klik,,,

Jennie keluar dari mobil dengan menggendong baby R. Lisa sudah merentangkan payung untuk menutupi putrinya dari silau matahari.

Bugh,,,

Lisa menutup pintu mobil setelah Jennie keluar dari mobil.

"Terima kasih," ujar Jennie yang sudah berada di bawah lindungan payung yang dipegang oleh Lisa.

"Ya. Ayo, ke makam," ajak Lisa dengan memperhatikan putrinya yang masih terlelap dalam tidurnya.

Mereka melangkah bersama masuk ke arena makam yang setiap tatanan letaknya memancarkan keindahan. Arena makam yang di huni oleh orang-orang yang sanggup dan mau untuk membayar biaya sewa setiap tahunnya. Mendiang istri Lisa di makamkan di pemakaman yang terjaga dan di rawat oleh penjaga makam. Oleh sebab itu arena makam di sana, tidak sama sekali memancarkan aura mistis, seperti arena makam pada umumnya.

***
Sementara itu di ruang tamu, 2 pasang suami-istri yang sudah berusia hampir setengah abad sedang berbincang perihal penting mengenai anak-anak mereka.

"Jadi bagaimana dengan tujuan kita?" tanya daddy Kim.

"Kami sangat setuju dengan perjodohan mereka. Hanya saja, sampai saat ini kami belum membuka obrolan dengan Lisa, soal perjodohan ini," jawab daddy Manoban.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now