Obrolan Jennie dan Lisa

1.5K 261 11
                                    

Duduk di samping tempat tidur, Jennie dengan penuh perhatian menatap wajah calon suaminya yang tetap rupawan meskipun sedang sakit. Tatapan lembutnya mencerminkan rasa sayang dan perhatian yang dalam terhadap orang yang dicintainya. Dia senang melihat calon suaminya begitu tenang, meskipun sedang mengalami kesulitan tidur.

Sementara itu, calon suaminya sibuk membaca buku, sebuah kebiasaan yang dia lakukan ketika sulit tidur. Dia telah membaca lima halaman namun tak kunjung menunjukkan tanda-tanda untuk tidur.

Pluk,,,

Calon suami Jennie menutup buku bacaannya dan menatap Jennie.

"Apa ada yang salah di wajahku?" tanya Lisa merasa calon istrinya tidak henti-hentinya menatap dirinya.

"Tampan," celetuk Jennie dengan gummy smile.

Lisa mengernyitkan dahi mendengar celetukan calon istrinya itu.

"Tahukah kamu! Bila tatapanmu diibaratkan sebagai api, sudah pasti diriku terbakar dan hangus sedari tadi!" balas Lisa.

"Dan syukurlah tidak seperti itu, bukan? Sudah membacanya, ingin tidur sekarang?" tanya Jennie.

Lisa menggelengkan kepala pelan dengan wajah lesunya.

"Lalu?" tanya Jennie yang saat ini bingung dengan calon suaminya.

"Kamu lelah?" Lisa balik melontarkan pertanyaan.

"Tidak! Menginginkan sesuatu?" tanya Jennie merasa calon suaminya ingin meminta bantuan dirinya, tapi terlebih dahulu untuk memastikan dirinya dalam keadaan baik.

"E-em, bisakah kamu memijat kepalaku lagi? Jika kamu tidak merasa keberatan," ucap Lisa dengan lembut.

"Mari buat posisi dirimu nyaman. Aku akan memijatmu," balas Jennie dengan senyum manis di wajahnya.

"Terima kasih," Lisa mengatur posisi nyaman untuk dirinya bisa merasakan pijatan di kepala oleh calon istrinya itu.

Dengan tangan yang lembut dan halus, Jennie mulai memberikan pijatan di kepala calon suaminya yang sudah berada dalam posisi tiduran dengan mata terpejam. Gerakan pijatannya dilakukan dengan penuh perhatian, dengan harapan dapat memberikan sedikit kenyamanan dan bantuan untuk mengurangi rasa sakit calon suaminya.

"Merasa lebih baik?" tanya Jennie memastikan pijatannya terasa pas dan nyaman untuk calon suaminya.

"Em,,," saut Lisa yang menikmati pijatan dari calon istrinya.

"Segera membaik oke, baby R merindukan daddynya," ucap Jennie.

Lisa tidak menyahuti ucapan istrinya, tapi senyum lembut di setiap sisi wajahnya sudah cukup menjadi jawabannya.

"Besok aku akan kembali ke New Zealand, mengurus perpindahan menetap di Korea," kata Jennie.

"Tolong tetap aman dalam perjalanan dan segera kembali," kata Lisa.

"Ya sudah pasti. Karena ada calon suami dan putriku yang menungguku pulang," balas Jennie dengan senyum di wajahnya.

"Ya," Lisa.

"Lisa, bagaimana tanggapanmu bila nanti aku sudah menjadi istri dan tetap bekerja memegang perusahaan daddy?" tanya Jennie.

"Buat dirimu senyaman mungkin. Jangan menghentikan cita-citamu, karena status pernikahan kita. Pernikahan yang pasangannya saling mendukung satu sama lain akan jauh terasa lebih menyenangkan. Aku tidak akan meminta dirimu untuk melakukan apapun yang tidak kamu inginkan atau sukai. Karena pada dasarnya masa lalu dalam diriku masih terus melekat, dan aku tidak suka dituntut, artinya aku tidak berhak untuk menuntut kamu juga," jawab Lisa.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now