Kedatangan Jennie & Lisa

1.8K 283 11
                                    

Dalam suasana yang terasa canggung, Jennie dan Lisa duduk di meja makan di dalam jet pribadi milik keluarga Kim. Di hadapan mereka tersaji berbagai hidangan lezat yang menggoda selera makan.

Meskipun hidangan yang disajikan sangat menggiurkan, keduanya belum mulai menyantap makan siang mereka. Suasana yang terasa canggung setelah kejadian di depan pintu kamar membuat keduanya merasa ragu untuk memulai percakapan atau bahkan memulai makan.

Jennie merasa canggung dan malu dengan sikapnya yang sulit dikontrol saat berhadapan dengan calon suaminya, Lisa. Dia merenungkan tindakannya yang mungkin terlalu spontan dan membuat calon suaminya merasa terganggu atau kebingungan.

Di sisi lain, Lisa juga merasa bingung dengan sikap dan ucapan Jennie beberapa waktu lalu. Dia mencoba mencari pemahaman tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana dia bisa meredakan ketegangan yang terasa di antara mereka.

Meskipun sulit, pada akhirnya, Lisa memutuskan untuk mengalah lebih dulu dan memulai pembicaraan dengan Jennie. Dengan langkah ini, Lisa menunjukkan ketegasan dan kedewasaannya untuk menghadapi situasi yang sulit. Dia mungkin menyadari pentingnya mengatasi kecanggungan di antara mereka. Dengan hati-hati dan dengan sikap yang penuh dengan empati, Lisa membuka diri untuk berbicara dengan Jennie.

"Kita akan terus saling tatap, membiarkan cacing-cacing di dalam perut demo?" tanya Lisa melempar candaan untuk mengusir kecanggungan diantara mereka.

"Kamu bisa makan lebih dulu," jawab Jennie tidak tahu harus menyikapi calon suaminya seperti apa.

"Tamu akan makan, setelah tuan rumah makan lebih dulu," Lisa.

"E-em, baiklah! Selamat makan," Jennie mulai menyentuh alat makannya.

"J," panggilan khusus dari Lisa untuk calon istrinya.

"Ya," saut Jennie kembali meletakkan alat makannya dan menatap wajah calon suaminya yang ada di depannya.

"J, rasanya tidak nyaman makan dengan suasana canggung seperti ini," Lisa menyampaikan maksud dari ucapannya sebelumnya.

"Baiklah, lantas apa yang harus kita lakukan agar situasinya tidak canggung seperti saat ini?" tanya Jennie.

"Em, entahlah aku tidak terlalu memahami situasi seperti ini. Tapi bolehkah aku menanyakan beberapa hal terlebih dahulu? Aku pikir itu bisa mengusir rasa canggung ini," Lisa.

"Ya, kamu bisa melakukannya," jawab Jennie.

"Apa kamu merasa keberatan dengan kehadiranku di perjalananmu kali ini?" Lisa.

"Tidak! Sama sekali tidak," jawab Jennie cepat.

Lisa menganggukkan kepala pelan, merasa lega dengan jawaban dari calon istrinya itu. "Apa kamu merasa terbebani dengan rencana pernikahan kita yang hanya beberapa hari lagi?"

"Tidak! Aku bersemangat dengan acara pernikahan kita. Kalau bisa dilakukan lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan!" Jennie.

Lisa mengernyitkan dahi mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut calon istrinya itu.

"Aku tidak main-main dengan ucapanku! Aku menyukaimu sudah sangat lama, jadi sangat wajar bila ucapan itu keluar dariku bukan?" Jennie memahami mimik wajah yang ditunjukkan oleh calon suaminya itu.

Lisa menganggukkan kepala pelan, menanggapi ucapan calon istrinya.

"Baiklah pertanyaan selanjutnya!" Jennie menuntut calon suaminya, karena dirinya mulai merasa lapar.

"Apa kamu memiliki masalah dipekerjaanmu?" Lisa.

"Tidak! Semua baik-baik saja. Kenapa kamu menanyakan beberapa pertanyaan itu? Katakan arah dari semua pertanyaanmu?" Jennie balik melontarkan pertanyaan untuk calon suaminya, dia merasa ada sesuatu hal yang ingin disampaikan calon suaminya. Tapi, calon suaminya membutuhkan muka dimah terlebih dahulu sebelum menyampaikan inti dari pertanyaan sesungguhnya.

BROKEN WINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang