Gadis Kacamata #20

5 7 0
                                    

Aku pun menikmati seduhan minuman yang telah dibelikan oleh Reza barusan tadi, selepas itu aku hanya bisa menunduk dan melihat sesekali wajah Dara lalu aku menunduk kembali secara berulang kali aku lakukan hal yang sama sampai jam istirahat selesai.
          "Sudah Dis kamu pasti bisa melewati ini semua," tutur Dara.
          "Iya benar itu, tidak usah khawatir Dis kamu itu hebat aku yakin kamu bisa membuktikan ke mereka semua," tambah Reza sambil melempar satu kacang kemulutnya.
Dara pun mengangguk pelan ditambahi dengan senyumannya hingga perlahan aku sedikit demi sedikit ketakutan dan kecemasan mulai mereda walaupun masih ada rasa itu.
Tidak lama kemudian jam istirahat pun selesai, kami kembali belajar di jam pelajaran berikutnya dengan suasana yang sama seperti kemarin meskipun hari ini yang aku rasakan berbeda dari hari kemarin karena tidak terlalu fokus aku belajar hari ini namun aku mencoba untuk fokus mencerna materi yang disampaikan dengan guruku siang ini. Sampai pelajaran itu selesai aku masih tetap belum mengerti dengan apa yang disampaikan barusan karena aku  ingin bertanya saja ada rasa ketakutan dan kekhawatiran akan dibully lagi selesai pelajaran ini. Reza pun menghampiri mejaku.
           "Ayo kita pulang lagi."
Aku masih memasukkan buku-buku kedalam tasku, lalu aku menutup tas dan aku pun berdiri dari kursi untuk beranjak pulang sambil mengingat hari ini seperti ada yang aku lakukan siang ini dengan kak Rizki.
           "Sebentar Rez, Ra."
           "Kenapa Gadis?" Tanya Dara.
           "Aku baru ingat sore ini mau ke tempat boutiquenya kak Rizki sebagai dokumentasi wawancara bahasa Indonesia, kalian ikut temani ya?"
Wajahku sangat meminta bantuan ke mereka supaya dapat menemaniku sore ini ke tempat boutique kak Rizki.
            "Boleh boleh Dis aku juga tidak sibuk kok sore ini," ujar Dara.
            "Rez kamu temani aku ya?"
Sebenarnya Reza tidak bisa menemaniku karena dia ada rasa cemburu dengan kak Rizki sebab ia dekatiku seperti mengharapkan hatiku untuk kak Rizki. Namun karena aku sahabat kecilnya dan aku memang benar-benar membutuhkan sosok sahabat ada didekatku, dia pun mengangguk sebagai kode dia mau menemaniku ke tempat boutiquenya kak Rizki.
Beberapa langkah kami keluar dari kelas, tidak lama kak Rizki datang menghampiri kami.
           "Hai Gadis ... jadi kan sore ini buat dokumentasi?"
           "Jadi kak, tapi mereka berdua boleh ikut ya kak?"
           "Boleh dong, yuk bareng."
           "Tapi aku bawa sepeda kak ...."
           "Tenang sepeda kamu masuk ke bagasi mobil aku, yuk buruan nanti ke sorean."
Kami pun berjalan menuju parkiran lalu sepeda aku dan Reza pun dimasukkan ke dalam bagasi mobilnya. Selesai sepeda kami berdua dimasukkan ke dalam bagasi mobilnya kak Rizki, tiba-tiba ada riuhan suara yang tidak jauh jaraknya dari keberadaan parkiran mobilnya kak Rizki.
            "Suara apa itu kok riuh sekali darimana sumber suara itu?" Tanya kak Rizki.
Kami pun mencari suara tersebut namun ternyata ada spanduk yang ditempelkan pada dahan pohon, dan isi spanduk tersebut wajah aku yang besar dengan kacamata bulat dibuat mereka seperti nenek pada umumnya. Mereka semua pada melempar-lempar batu ke spanduk tersebut, seketika pipiku sudah basah dengan tetesan air mataku tanpa suara.
            "Sudah keterlaluan mereka," Reza marah.
Reza dan kak Rizki pun menoleh kearah di waktu yang sama lalu mereka berdua pun secara tidak sengaja tangan mereka saling beradu untuk merangkul bahuku untuk menenangkanku, kemudian Reza pun kesal sedangkan Dara jadi bertanya-tanya setelah melihat mereka berdua saling beradu untuk merangkul bahuku. Pada akhirnya Reza pun mencari cara lain untuk mendapatkan hatiku, dia pun langsung mendatangi mereka semua yang masih melempar-lempar batu ke spanduk tersebut hingga rusak spanduk itu.
            "Hentikan semuanya!!! Sudah keterlaluan kalian semua, siapa yang membuat spanduk ini?"
Reza pun sambil mencari wajah Tasya ditengah mereka yang ramai karena dia ketua dari mereka semua untuk membully aku.
            "Tasya! Tidak puas Lo menyakiti Gadis dengan sikap Lo ini barusan?"
Dengan gaya angkuhnya itu dia menjawab pertanyaan dari Reza.
            "Gue belum puas ... sebelum dia keluar dari sekolah ini."
            "Sepertinya Lo ingin sekali dia keluar dari sekolah ini, gue ingin tahu apa alasan Lo menyakit Gadis?"
Ia pun memegang bahunya Reza dengan mengatakan ini.
            "Lo akan tahu alasan gue apa, dia tersakiti karena gue tapi gue lebih sakit karena dia."
Tasya pun langsung mengajak mereka semua untuk bubar dari tempat itu.
            "Bubar guys sekarang, biarkan saja spanduk itu disana biar orang lihat."
Akhirnya mereka semua pun bubar meninggalkan tempat tersebut sedangkan Reza berjalan menuju ke parkiran kembali sambil mengusap air mataku yang terus menerus mengalir dan bahuku dirangkul dengan Dara.
            "Kamu yang sabar ya Gadis," tutur Reza.
            "Sudah ayo buruan kita pergi nanti ke sorean," ucap kak Rizki.
            "Oiya Gadis kamu duduk depan ya samping aku," tambah kak Rizki.
Seketika aku terkejut dengan tawarannya lalu aku melirik kearah Reza namun akhirnya aku duduk didepan samping kak Rizki, sepanjang jalan menuju ke tempat boutiquenya suasana mobil hening tanpa ada bahasan dari kami berempat.

          

Gadis Kacamata (On GOING)Onde histórias criam vida. Descubra agora