16 - Satu kamar?

6 0 0
                                    

"Permintaan pertama, kita sekamar mulai sekarang"

Maira membulatkan matanya. Ia tidak salah dengar kan?

"L-lo bilang apa barusan?" ucapnya masih tidak percaya

"Kita-sekamar-mulai-sekarang" ujar Aksa mengulangi ucapannya.

"L-lo sakit beneran?"

Aksa terkekeh geli sebelum mengecup kening Maira pelan. Jangan tanyakan keadaan Maira sekarang. Tentu saja jantungnya tidak aman!
Wajahnya juga sudah merah. Tapi ia masih diam mematung, pikirannya terlalu lambat mencerna apa yang baru saja terjadi.

Ponsel Aksa berdering, membuat perhatian mereka berdua teralihkan. Aksa pun segera kembali mendekati kasur dan meraih ponselnya.
Ia mengangkat panggilan itu dan berbicara.

"Halo, ada kabar apa?"

"..."

"Jawa tengah?"

"..."

"Yaudah, biarin dulu. Dia juga butuh waktu"

"..."

"Iya, makasih"

Setelah itu, Aksa menutup panggilan itu dan menaruh ponselnya diatas nakas.

"S-siapa?" Tanya Maira.

Sebenarnya ia ragu akan bertanya, tapi ia penasaran. Siapa tahu ada kabar tentang Mira.
Aksa menoleh, tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan siapa-siapa" jawabnya berbohong.

Mereka tidak harus memikirkan orang lain sekarang. Aksa ingin dekat dengan Maira tanpa memperdulikan orang lain lebih dulu sekarang.
Egois? Manusia kadang harus menjadi egois agar bisa mendapatkan kebahagiaannya.
Jahat? Tentu tidak. Mira sendiri yang ingin pergi dan tidak ingin dicari. Tentu saja ia harus menenangkan diri sambil berusaha menghapus perasaannya pada Aksa.
Sedangkan Aksa disini akan berusaha memunculkan kembali rasanya pada Maira.

Aksa menoleh dan melihat jam dinding. Pukul 10.11. Ini sudah terlalu malam. Ia harus tidur karena besok akan bekerja.

"Kamu nggak mau tidur?" Tanya Aksa.

"Ya lo balik dulu ke kamar lo, baru gue tidur" balas Maira membuat Aksa menghela nafas berat.

Tanpa menghiraukan Maira, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Terserah kamu mau tidur atau enggak. Yang penting aku mau tidur sekarang biar besok bangunnya nggak kesiangan" ujar Aksa sebelum mulai memejamkan matanya.

Maira berdecak kesal. Bukannya apa, jantungnya ini sangat tidak bisa diajak kompromi. Ia juga malu jika harus tidur satu kasur dengan Aksa.
15 menit kemudian, Maira mulai mendekat dan merebahkan dirinya perlahan di sisi kasur yang kosong dan membelakangi Aksa.

Ia mencoba memejamkan matanya dan mengabaikan jantungnya yang semakin berdebar.
Aksa tersenyum merasakan pergerakan di sebelahnya. Tak lama, ia mendekat dan memeluk Maira dari belakang.

Tentu saja gadis itu menegang dan mencoba melepaskan pelukan tangan Aksa dari perutnya.

"S-sa, jangan gini" ucapnya ragu.

"Tidur, Ra!" gumam Aksa.

Maira masih mencoba melepaskan tangan Aksa dari perutnya. Aksa berdecak pelan sebelum membalikkan tubuh Maira dan kembali memeluknya.
Maira kembali mematung, wajahnya berada di dada Aksa sekarang. Aksa yang tidak merasakan pergerakan apapun dari Maira pun membuka matanya dan menatap Maira.

Senyumnya terbit melihat Maira dengan wajah merahnya. Ia benar benar ingin mendekapnya lebih erat lagi sekarang!

"Tidur! Udah malem" ucap Aksa menyadarkan Maira dari lamunannya.

Maira berdeham sebelum mencoba mencari posisi nyamannya. Ia harus tidur walaupun akan sangat sulit.
Aksa tersenyum kecil sebelum ikut memejamkan matanya.

🪶🪶🪶

I'm coming!!
Jadi aku udah putusin kalo bakal up tiap senin ya temen temen..

Tapi nanti kalo aku udah balik ke pesantren mungkin aku ganti hari minggu atau jumat, nggak tentu ya.

Sayang kalian banyak banyakk!!💗

See you...

AlmairaWhere stories live. Discover now