4-The day💐❤️

26 0 0
                                    

"Saya nggak mau tau! Pernikahan ini harus tetap terjadi!" Ucap Pak Roni saat mendapat telepon dari Andi bahwa Mira kabur dari rumah.

"Iya, Pak. Saya tau bagaimana kecewanya Pak Roni terhadap kabar ini. Saya juga sama kecewanya dengan Bapak. Saya menelepon untuk mengajak Pak Roni berunding bagaimana baiknya. Jika Pak Roni menginginkan pernikahan ini tetap terjadi, siapa yang akan menjadi pengantin pengganti untuk anak saya? Ini pernikahan, loh, Pak, bukan permainan! Semuanya harus dipikirkan sampai matang" balas Andi yang masih bisa berpikir jernih walaupun banyak pertanyaan muncul di otaknya.

Kenapa Mira kabur? Kabur kemana dia? Apa dia tidak menginginkan pernikahan ini? Apa dia tidak mencintai Aksa? Apa dia sudah makan? Apa dia tidur dengan nyenyak tadi malam? Apa dia menemukan tempat untuk tinggal? Apa yang Ia lakukan sekarang?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada di otak Andi tentang keadaan Mira dan alasan Mira meninggalkan rumahnya.

"Pak Andi, mungkin usul saya ini akan membuat bapak berpikir berkali kali untuk menyetujuinya. Tapi hanya ini cara agar pernikahan tetap terjadi" ujar Pak Roni setelah ia terdiam lama.

"Nikahkan Maira dengan Aksa" lanjut Pak Roni setelah terdiam lama.

Deg...

"Pak, mana mungkin saya akan menjadikan Maira sebagai pengganti kakaknya?" Jawab Andi tidak setuju dengan keputusan yang Pak Roni usulkan.

Maira yang mendengar itu pun terkejut. Ia diam dan memikirkan cara lain agar pernikahan ini tetap terjadi. Dan, benar yang dikatakan Pak Roni. Hanya Ia yang bisa menggantikan Mira untuk menikah dengan Aksa tanpa melibatkan orang lain.

"Yah, Maira bersedia kalau memang hanya itu jalan satu-satunya agar pernikahan ini tetap terjadi" ucap Maira mantap.

Andi pun terkejut saat mendengar Maira berbicara dengan lantang seperti itu. Apalagi dengan posisi telepon yang belum dimatikan. Sudah dipastikan bahwa Pak Roni sudah mendengar kesediaan Maira untuk menggantikan kakaknya. Andi menjauhkan ponselnya terlebih dahulu sebelum berbicara pada Maira.

"Kamu yakin, Nduk? Ayah nggak bisa lepasin kamu kalau kamu akan tersakiti dengan keputusan ini" Ucap Andi masih dengan wajah terkejutnya.

"Yah, Maira cuma nggak mau melibatkan orang lain atas masalah ini. Maira adalah kembaran Mbak Mira. Maira juga merasa bersalah atas apa yang dilakukan Mbak Mira hingga membuat semua orang menghadapi masalah ini" Balas Maira yang membuat Andi menghela nafas berat.

"Kalau itu keputusan kamu, Ayah hanya mendoakan yang terbaik untuk kamu dan juga Maira" Pungkas Andi sebelum kembali mendekatkan teleponnya.

"Maira sudah setuju. Pernikahan ini akan tetap berjalan" Ujar Andi sebelum mematikan sambungan teleponnya.

Kalian bertanya dimana Rani? Rani sudah menangis didalam kamar Mira sambil memegang surat yang ditinggalkan Mira untuknya dan juga Andi. Tapi Andi sama sekali belum membacanya.

'Keputusan kamu benar, Mbak. Tapi caramu yang salah' batin Rani.

🪶 🪶 🪶

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkuur haalan"

"Sah?"

"Sah"

Kalimat tahmid pun menggema siang itu di ruang tamu kediaman keluarga Maira.
Ya, Maira sudah sah menjadi istri dari seorang Muhammad Firza Al-Aksa. Seseorang yang dari dulu ia cintai. Seseorang yang tidak pernah ia bayangkan akan menikah dengannya.

Tak lama, seseorang mengetuk pintu kamar Maira sebelum membukanya. Maira hanya diam di depan kaca rias sambil memejamkan matanya.
Ia tidak siap dan tidak berani melihat raut wajah Aksa yang mungkin sudah sangat membencinya saat ini.

"Ra, buka matamu!" Ucap Aksa yang sudah berdiri tepat dibelakang Maira.

Perlahan, Maira membuka matanya. Ia melihat seseorang berpakaian pengantin putih di pantulan cermin. Muhammad Firza Al-Aksa. Suaminya.
Tidak ada raut marah diwajahnya. Hanya ada raut sedih. Tentu saja Ia sedih! Siapa yang tidak sedih jika calon pengantinnya kabur saat hari akad?!

"Terima kasih" Ucap Aksa yang membuat Maira mengerutkan keningnya.

"Untuk?" Tanya Maira.

"Sudah menolong keluargaku, dari malu" jawab Aksa yang membuat Maira menghela nafasnya.

"Keluargaku juga terlibat, Sa" balas Maira.

Mereka terdiam sangat lama. Sibuk dengan pemikiran masing-masing. Maira berdiri dan menghadap ke arah Aksa.

"Maafkan Mbak Mira" Ujar Maira.

Bagaimanapun juga, Mira tetaplah saudara kembarnya.

"Aku boleh meluk kamu?" Tanya Aksa yang membuat Maira membulatkan matanya.

Tidak apa-apa kan? Toh, mereka sudah sah menjadi suami-istri. Maira hanya mengangguk singkat sebelum Aksa memeluk erat dirinya.
Maira hanya diam. Ingin membalas, tapi tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan lagi. Yang Ia lakukan hanya menunggu Aksa melepaskan pelukannya.

Tak lama...

Tok.. tok.. tok..

"Aksa, jangan lama-lama, ya! Yang lain udah nungguin kamu sama Maira" ucap Rani dari luar.

Aksa pun melepas pelukannya dari Maira. Ia melihat Maira yang tertunduk. Tangan kanan Aksa meraih dagu Maira dan diangkat pandangannya.

"Kamu nggak pantes nunduk kayak gitu! Jadilah Maira yang biasanya walaupun hubungan kita sekarang udah beda!" Ujar Aksa yang membuat Maira tersenyum.

Aksa berusaha memakai kata aku-kamu saat ini. Maira sudah berstatus sebagai istrinya, tidak mungkin Ia masih menggunakan kata lo-gue. Apa kata orang tua mereka jika ada yang mendengar.

"Yaudah, yuk! Kasian yang lain udah nunggu!" Lanjut Aksa sebelum menggandeng tangan Maira untuk keluar kamar.

______________________________________

Gatau mau ngomong apa lagi!!
Ok, guys! Jangan lupa voment!
See you in the next chapter.
I love you❤️

AlmairaWhere stories live. Discover now