6-His House🏘️

30 0 0
                                    

"Ra, hari ini kamu pindah ke rumahnya Aksa, ya! Ayah udah bicarain ini sama Aksa tadi" Ucap Andi setelah Rani memberikan piring yang sudah diisi dengan sarapan untuk Andi.

Maira yang sedang mengambil nasi pun menoleh kaget pada Ayahnya.

"P-pindah, Yah? T-tapi Maira-"

"Ra...yang patuh sama ayah!" Potong Andi sebelum Maira menyelesaikan ucapannya.

Maira menghela nafas berat. Ia tidak bisa secepat ini meninggalkan kedua orang tuanya. Tapi, ini resiko menikah, bukan?
Mau tidak mau, Ia harus patuh pada Ayahnya dan Aksa. Surganya berada di Aksa sekarang ini, bukan lagi pada Ibu dan Ayahnya.

Maira pun melanjutkan sarapannya tanpa terlibat lagi dalam pembicaraan ringan Andi dan Aksa.

🪶 🪶 🪶

"Nggak usah cemberut gitu! Ayah itu cuma mau yang terbaik buat kamu!" Tutur Aksa saat melihat Maira yang masih tidak tersenyum.

Saat ini, Maira sudah memindahkan baju-bajunya dari dalam koper ke dalam lemari.
Ya, Aksa dan Maira sepakat bahwa mereka akan beda kamar. Aksa tidak mungkin tidur satu kasur dengan sahabatnya yang walaupun sekarang sudah menjadi istrinya, dan Maira tidak bisa menolaknya.

Maira hanya diam tanpa berniat membalas ucapan Aksa. Aksa hanya melihat Maira yang sedang membereskan lemarinya sendiri.

"Ra!" Panggil Aksa setelahnya.

Maira hanya menjawabnya dengan dehaman singkat.

"Kamu..nggak nyembunyiin sesuatu?" Tanya Aksa yang membuat Maira dengan reflek menoleh sambil mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Perasaan misalnya?" Lanjut Aksa yang membuat kerutan di kening Maira menghilang.

Namun, sedetik kemudian Ia kembali menghadap lemarinya sambil mulai merapikan tatanan bajunya.

"Apaan, sih, Sa?! Nggak ada!" Jawab Maira singkat.

"Nggak usah bohong lagi, Ra! Satu-satunya alasan Mira kabur di hari pernikahannya itu elo!"

Deg!

'gue? Jadi, Mbak Mira kabur gara-gara tau gue suka sama Aksa?' batin Maira.

"Masih mau ngelak lagi?" Lanjut Aksa.

Maira berbalik dan memandang Aksa dengan raut datarnya. Sedangkan Aksa sudah terbawa oleh emosinya.
Satu keburukan Aksa adalah Ia gampang sekali terbawa emosi. Tak peduli Ia keluarga dekat, teman, atau bahkan sahabatnya.

"Oke, gue ngaku. Gue suka sama lo! Puas lo!" Sahut Maira tenang.

Nada bicaranya bisa tenang, tapi matanya sudah berair dan akan tumpah jika Ia tidak menahannya.

"Kenapa, Ra? Kenapa lo nyembunyiin hal besar kayak gini?" Tanya Aksa dengan nada bicara yang mulai turun.

"Kalau dari dulu gue ngomong, lo bakal apa?" Balas Maira yang membuat Aksa bungkam.

"Lo bakal jauhin gue, Sa! Dan gue nggak mau itu terjadi!" Lanjut Maira.

Aksa mengusap wajahnya kasar. Bagaimana hal ini bisa terjadi padanya dan Maira?
Setelah itu, Aksa beranjak keluar dari kamar Maira. Sedangkan Maira meneteskan air matanya tepat setelah Aksa menutup pintunya keras.

'Mbak Mir, harusnya Mbak Mira biarin aja Maira sakit liat Aksa nikah sama Mbak Mira. Daripada Aksa harus tau kenyataannya dan benci sama Maira kayak sekarang' batin Maira.

______________________________________

Kalo ada yang kurang, komen ya, guys!!
Ini pertama kali aku nulis cerita, jadi masih banyak yang harus diperbaiki hehehhh....
Maaf kalo typo bertebaran❤️
See you in the next chapter 😉

AlmairaWhere stories live. Discover now