14 - Surat Almira

21 0 0
                                    

Mira selalu sayang Ibu, Ayah, Mas Arfan, dan Maira.
Wassalamu'alaikum

Tertanda, Almira

Maira sudah menangis tersedu-sedu setelah membaca surat yang ditinggalkan oleh saudara kembarnya. Andi dan Rani terpaksa menunjukkan surat itu pada Maira agar anak bungsu mereka tidak mencari kakaknya lagi.
Bukannya mereka tidak sayang, mereka hanya ingin memberikan waktu agar hati Mira tenang. Tentu saja Mira juga sakit hati saat pernikahannya sendiri gagal.

Aksa sudah menepuk pelan punggung Maira yang bergetar. Sudah sekitar 4 menit saat Maira berusaha meredakan tangisnya, ia pun mendongak dan menatap ibu serta ayahnya secara bergantian.

"Sejak kapan?" Tanya Maira dengan mata yang sembap.

Rasanya, ia banyak sekali menangis hari ini.

"Waktu hari pernikahan kamu, nduk" Jawab Rani dengan raut tenang.

Memang sudah seharusnya Maira tahu. Maira kembali menundukkan kepalanya karena air matanya ingin kembali menetes.

"Ayah minta, kamu jangan nyari Mbakmu dulu, Mai. Biarkan dia menenangkan hatinya" Ujar Andi menimpali.

"Oke, ayah sama ibu nggak pingin Mai nyari Mbak Mira kan? Mai nggak akan nyari sampai Mbak Mira pulang sendiri. Mai pulang, assalamualaikum" Balas Maira sebelum berdiri dan pergi dari ruang tamu rumah itu.

Andi dan Rani? Mereka terkejut karena kata-kata kasar dari Maira. Se marah-marahnya Maira, tidak pernah berkata se sarkas itu kepada kedua orang tuanya.
Entahlah, ia jadi sedikit lebih emosional akhir-akhir ini.

"Maaf, Bu, Yah. Aksa yakin Maira nggak bermaksud menyakiti hati kalian berdua, nanti biar Aksa yang memberitahu Maira" Ujar Aksa

"Iya, Le. Ibu sama Ayah juga minta maaf kalau yang kami lakukan salah, tapi ini semua demi kebaikan bersama. Arfan juga lagi nyari Almira sampai keluar kota" Ujar Andi yang mendapat anggukan dari Aksa.

"Yaudah, kalo gitu kamu susul Maira sana. Ini juga udah malam, lebih baik kalian pulang" Lanjut Andi

"Aksa pulang dulu, Yah, Bu. Assalamualaikum" Pamit Aksa.

Ia menyalami tangan kedua orang tua itu sebelum pergi untuk menyusul Maira yang sudah diam di dalam mobil.
Ia menatap Maira sejenak sebelum menghela nafas.

"Mereka orang tua kamu, loh, Mai. Nggak baik kamu bicara kayak gitu ke mereka" Ucap Aksa mencoba menasehati istrinya.

Sedangkan Maira hanya menahan tangisnya sembari melihat keluar jendela. Aksa pun hanya diam sebelum melajukan mobilnya menuju rumah mereka.


🪶🪶🪶

Setelah sampai, Maira langsung berlari ke dalam rumah karena keadaan juga sedang hujan. Sedangkan Aksa menggelengkan kepalanya sebelum ikut masuk ke dalam rumah.

Maira masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Tapi-
Sebuah tangan menghalangi agar pintu itu tidak tertutup. Maira kembali membukanya dan tentu saja! Aksa adalah pemilik tangan itu.

"Apa, sih, Sa? Nggak usah ganggu dulu bisa?" Ujar Maira.

Ia benar-benar sedang dalam mood yang jelek kali ini.
Tanpa mengucapkan apapun, Aksa tiba-tiba ikut masuk ke dalam kamar Maira dan mengunci pintu itu dari dalam, ia meletakkan kunci itu di saku celananya.

"Ck, nggak lucu tau nggak?! Cepet balikin!"

"Nggak mau!"

Bukannya memberikan kunci, laki-laki itu malah berbaring di kasur Maira.

"Sa, tolong dong jangan sekarang bercandanya! Gue capek banget loh ini!"

"Oh, capek, ya? Sama! Sini bobo!" Balas Aksa sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya.

"Gila, ya, lo? Terserah deh!" Ujar Maira sebelum mengambil baju ganti dan masuk ke dalam kamar mandi.

Aksa terkekeh melihat wanita itu. Ternyata, lucu juga menggoda Maira seperti ini.
Sambil menunggu Maira selesai mandi, Aksa memutuskan untuk memainkan game online di ponselnya.

Maira POV

Saat sampai di dalam kamar mandi, Maira menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Dan benar saja! Ia kedatangan tamu bulanannya.
Dan sialnya, pembalut miliknya sedang habis. Mau tidak mau, ia harus meminta tolong pada Aksa bukan?

Maira membuka sedikit pintu kamar mandinya dan melihat Aksa sedang memainkan handphonenya.

"Sa!" Panggil Maira pelan.

Aksa menoleh dan mengerutkan dahi saat melihat pintu kamar mandi sedikit terbuka, tapi tidak ada kepala Maira yang muncul di sana.
Tentu saja, karena Maira tidak memakai hijabnya sekarang. Ya, Aksa belum pernah melihat satu pun rambut kepala Maira hingga saat ini.

"Jangan! Jangan kesini, Sa! Udah, disitu aja" Ujar Maira saat Aksa berdiri

"Apa, sih, Mai? Kenapa harus ngumpet coba?" Tanya Aksa tanpa mendekat ke arah kamar mandi.

"Itu... Gue minta tolong boleh?"

"Minta tolong apa?"

"Emm.. tamu gue dateng, rotinya lagi abis"

Aksa membulatkan matanya. Berarti ia harus membelikan istrinya 'roti' bukan?

"Terus aku disuruh beli gitu?" Tanya Aksa

"Ya terus siapa kalo bukan lo? Ck, gimana, sih!"

Tuh, kan! Emosinya kepancing lagi hihi..
Aksa terkekeh pelan mendengar jawaban dari Maira. Entah kenapa, tingkah Maira benar-benar terlihat lucu sekarang di mata Aksa. Kemana saja ia selama ini?

"Yaudah, aku tolongin. Tapi ada syaratnya"

"Ishh... pake acara syarat-syarat segala lagi! Niat bantuin ga sih?!"

"Mau nggak? Kalo enggak, yaudah ga jadi aku tolongin"

"Ihh.. yaudah iya! Apa syaratnya?"

Aksa kembali tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan Maira.

"Syaratnya, kamu harus turutin 3 permintaan yang bakal aku ajuin habis ini"

"Kok tiga, sih? Maruk ba-"

"Satu lagi! Manggil 'Mas' aja, sama jangan pake kata 'lo-gue' ! Harus yang sopan sama suaminya!"

Setelah mendengar kata-kata itu, Maira kembali menutup pintu kamar mandinya dengan kencang. Malu. Itulah yang ia rasakan sekarang.
Aksan terkikik geli sebelum berjalan keluar dari kamar Maira. Ia akan ke supermarket terdekat untuk membelikan kebutuhan istrinya itu.

🪶🪶🪶

Done!
Gimana gimana?
Ini menurutku masih nggak ke tata sih alurnya.
Ya namanya juga nyoba iya kan? Hehe..
Okay, see u guys❤️

AlmairaWhere stories live. Discover now