chp 11

558 22 0
                                    

Votenya!






Sekarang terlihat seseorang yang sedang terbaring di kasur rumah sakit dengan bantuan selang oksigen kecil. Ternyata dia cukup lemah dalam fisik walaupun dia pandai bertarung.

Matthew hanya rebahan di sofa sambil menonton tv diruangan VIP itu, tepatnya sekarang Matthew sedang menemani orang yang tak dianggapnya teman sedang terbaring lemah di kasur rumah sakit itu.

Sesekali juga Matthew melirik Yohaan yang masih menutup mata terbaring disana. Matthew hanya menghela napas dengan wajah datarnya yang menonton tv sambil menikmati fasilitas kamar VIP itu.

"Gue kaya tapi ga pernah ngerasain kamar VIP di rumah sakit.." gumam Matthew sambil mengganti siaran tv nya.

Tak lama, handphone Matthew terdengar suara notif medsosnya. Saat dilihat ternyata salah satu orang tuanya yang memberikan pesan hangat itu.

"Kalo bukan karna cakap tu peler.. gue udah tidur nyenyak di kasur kesayangan gue anjir.." gumam Matthew sambil menjawab pesan ibunya yang mengingatkan dirinya untuk sarapan, padahal sebentar lagi sudah memasuki siang hari.

"Ugh.." Matthew terkejut saat mendengar lenguhan seseorang.

Matthew bangkit dari rebahannya dan menatap Yohaan yang sudah membuka matanya sedikit. Matthew membiarkannya sebentar sambil duduk disofa dengan menyilangkan kedua tangannya.

Yohaan yang sudah tersadar penuh dan menatap langit langit putih dengan kepalanya yang sangat pusing dan serasa ingin pecah. Yohaan seketika teringat kejadian tadi malam dan tau ia dimana sekarang ini, tapi yang membuatnya bingung siapa yang membawanya kesini?

Matthew melihat pasien itu hanya diam dengan wajah masamnya yang terlihat jelas, hanya bisa menghela napas pelan sambil bangkit dan berjalan pelan ke arah Yohaan.

Yohaan yang merasa seperti ada seseorang didalam ruangan ini, langsung saja melirik ke kiri dimana terlihat Matthew yang sudah berada didekatnya. Yohaan terkejut dengan mengkerut bingung.

"Ngapain lo?" Tanya Yohaan dengan suara serak yang membuatnya kaget sendiri.

Seingat Yohaan cuman dagunya yang cengkram kuat, kenapa suaranya jadi gini. Tapi Yohaan seketika tersadar kalau lehernya ada balutan perban dan mungkin saja di daerah tubuh lainnya juga terdapat perban.

Yohaan melihat Matthew yang memencet tombol yang berfungsi untuk memanggil perawat. Sekarang Matthew berdiri tepat disamping Yohaan yang masih terbaring lemah itu walau sudah bangun.

"Suara lu kek nek lampir.." Yohaan menggeram kesal yang membuat Matthew cengengesan ga jelas.

Tak berapa lama, dua perawat masuk dengan yang satu membawa nampan sarapan tertunda untuk pasien dan yang satu untuk mengecek keadaan pasien.

Yohaan hanya diam dengan wajah datar, sekarang rasanya dia tidak ada tenaga untuk melawan atau apapun itu. Entah kenapa seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, ya kalo bukan karna di kroyok apa lagi.

Setelah memberikan informasi bahwa pasien sudah baik baik saja, kedua perawat tersebut keluar dengan berpamitan. Sekarang kembali tersisa mereka berdua di ruangan VIP itu. Matthew berpikir sejenak sambil mengambil kursi kecil untuk duduk disamping kasur Yohaan.

"Makan dulu.. gue sulangin.." Matthew sedikit menaikan kasur bagian kepala agar Yohaan bisa makan dengan nyaman.

"Gue makan sendiri.." ucap Yohaan sambil menatap Matthew datar. Yohaan masih berpikir mengapa bisa Matthew yang ada disini? apa Matthew yang menolongnya?

Matthew yang mendengar itu hanya bisa mengangkat bahu acuh sambil mengambil mangkuk berisi bubur dan meletakannya dipangkuan Yohaan. Yohaan menatap bubur itu dan mencoba untuk mengangkat tangan menggapai sendok di mangkuk itu.

BOSS MAFIA & BABY ARTIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang