"Iya, Dylan ganteng," kelakar Dylan seraya menyugar rambutnya yang setengah basah karena hujan.

Clarissa menunjukkan wajah tidak bersahabatnya. "Kamu ngapain di sini?"

Dylan menyunggingkan senyum devil. "Seharusnya gue yang tanya itu. Lo ngapain di sini sendirian?"

Clarissa memutar bola matanya malas. "Kepo!"

"Biar gue tebak," Dylan menaruh jari telunjuknya di dagu. Memasang raut wajah seolah tengah berpikir. "Lo pasti lagi cari om-om kan? Ngaku lo!" celetuk Dylan.

Hal tersebut mengundang pelototan mata Clarissa. "Enak aja! Jangan tuduh sembarangan ya!"

"Logika aja. Udah malem gini, mana ada cewek ke luar sendirian kalau bukan ani-ani," tuduh Dylan tidak memperdulikan Clarissa yang sudah berang di tempatnya.

"Mending kamu pergi sekarang!" usir Clarissa.

Dylan mengangkat sebelah alisnya. "Yakin nyuruh gue pergi?" tantang Dylan.

Clarissa tidak menjawabnya. Ia menatap keadaan sekitar yang sudah semakin larut dan sepi. Kini ia bimbang, ingin Dylan tetap di sini atau menyuruh cowok tengil itu pergi.

Dylan tersenyum tipis melihat Clarissa yang tidak menjawabnya. Sebuah ide jahil muncul di dalam otak liciknya. Kita lihat seberapa lama cewek pendek ini menahan gengsinya.

"Yaudah kalau itu mau lo. Gue mau balik," tukas Dylan mulai berjalan menuju motor besarnya.

Suara Clarissa tertahan di tenggorokannya. Ia ingin Dylan tetap di sini menemaninya tetapi gengsinya terlalu tinggi untuk itu. Bagaimana ini?

Dylan memasangkan helmnya dan mula menghidupkan mesin motornya. Sedangkan Clarissa masih berdiri setia pada posisinya.

"Yang gue denger sih di sini banyak cowok nakalnya. Terus banyak bapak-bapak—"

Belum sempat Dylan menyelesaikan kalimatnya, Clarissa sudah mengambil posisi duduk di motor besar Dylan dengan tatapan tertunduk malu. Dylan menahan senyumnya.

"Lah, lo ngapain?"

"Bacot! Anterin aku sekarang!" ujar Clarissa terdengar mutlak.

"Wihhh, udah bisa ngomong kasar. Siapa yang ngajarin?" ejek Dylan.

Clarissa menghiraukan pertanyaan Dylan. "Cepet jalanin motornya ihhh!" geram Clarissa.

"Kemana? Hotel?"

Clarissa memukul helm Dylan sehingga cowok itu mengaduh sakit. "Dasar mesum. Cepet anterin aku pulang sekarang!"

"Udah numpang, marah-marah. Galak, kayak beruang betina," ucap Dylan kecil.

"Apa kamu bilang?"

Dylan tertawa canggung. "Ehh, nggak ada, sayang."

Clarissa mencubit pinggang Dylan tanpa perasaan. "Aku bukan sayangnya kamu!"

Dylan meringis mengusap jejak perlakuan kejam Clarissa. "Maksudnya otw jadi sayangnya Dylan, Cla."

"Bisa diem gak?!"

ToxicWhere stories live. Discover now