CHAPTER 35

5.5K 351 5
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Saat ini Zafran sedang mengemudikan mobilnya menembus jalan jakarta untuk menemui Hazel di tempat yang sudah ia tentukan. Ada rasa gelisah, karena takut jika nantinya Ghina akan mengetahuinya, tapi ia harap-harap semoga tidak dan semoga Ghina mengerti ketika ia memberitahukan nya nanti.

Suara telpon berbunyi mengalihkan perhatian Zafran yang sedang fokus menyetir. Ia lalu mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubungi nya, ternyata Ghina, ia segera mengangkatnya dan detik berikutnya.

"Innalilahi ya Allah, tunggu aku di sana, aku akan segera ke sana!!" Seru Zafran, ia langsung berbalik tanpa melihat kanan kiri depan belakangnya, jantungnya saat ini berdetak kencang seolah-olah tidak percaya tentang apa yang di katakan oleh Ghina tadi. Kaki dan tangannya lemas,namun ia harus tetap mengemudikan mobilnya sekencang mungkin untuk segera sampai ke sana.

Di sisi lain, Hazel, yang sedang menunggu Zafran sedari tadi, ia memangku wajahnya melihat kiri dan kanan menanti kedatangan Zafran. Tiba-tiba handphone nya berbunyi saat melihat siapa yang menghubungi nya ternyata Ghina ada perasaan resah jika Ghina tau akan hal ini namun dengan yakin ia menjawab nya.

"Ya Allah, lo serius? Gue ke sana sekarang." Jawab Hazel dengan nada terkejut, itulah alasan Zafran tak kunjung datang. Sepertinya, hari ini bukan hari yang tepat untuk memberitahu Zafran tentang masa lalu ayah mereka dan masalah lain.

Derap langkah kaki cepat terdengar di lorong tersebut. Nafas yang berderu, jantung yang berdetak kencang, keringat mulai mengalir di keningnya. Saat sampai di ruangan yang di beritahukan oleh suster ia berhenti di sana, melihat Ghina, dan kedua mertuanya dengan wajah yang pasti tidak baik-baik saja.

"Naa, bagaimana keadaan kakek dan nenek?" Tanya Zafran langsung menghampiri istrinya.

"Dokter belum keluar kak, kita tunggu apa kata mereka ya." Jawab Ghina berusaha menenangkan Zafran. Ghina segera membawa Zafran duduk di bangku panjang yang ada di sana, ustadz Agam menghampirinya dan menepuk pundak.

"Bersabarlah, dan yakin jika mereka akan baik-baik saja. Berdoa dan memohon kepada Allah supaya mereka selamat," ucap ustadz Agam menenangkan Zafran, Zafran hanya menunduk lemas dengan air mata sudah mulai mengalir.

Suara pintu terbuka memperlihatkan seorang dokter membuat mereka yang ada di sana melihat ke arahnya dengan mata meminta kejelasan tentang keadaan dua orang yang ada di dalam.

"Dok, bagaimana keadaan kakek dan nenek saya? Apakah mereka baik-baik saja?" Tanya Zafran panik. Tapi jawaban tidak sesuai yang di inginkan, dokter tersebut menggeleng pelan.

"Maaf, kami sudah berusaha sebaik yang kami bisa, tapi sepertinya tuhan lebih sayang mereka, akibat benturan keras saat kecelakaan terjadi membuat kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Sekali lagi kami minta maaf," ucap dokter tersebut membuat mereka semua terkejut, kaki Zafran mulai lemas dan kembali duduk di bangku. Ghina ikut duduk di sebelahnya merangkul Zafran berusaha menenangkan nya, ia tau bagaimana perasaan pria itu, di tinggal kan oleh orang yang merawatnya sejak kecil.

"Naa, ini semua mimpi kan? Kakek dan nenek gak mungkin pergi kan?" Ucap Zafran menghadap Ghina terisak. Ghina tidak tau harus menjawab apa, ia hanya menggeleng pelan lalu membawa Zafran ke pelukannya. Air mata pun mulai mengalir di pipi Ghina, rasa kehilangan juga pasti ia rasakan.

Tak lama terdengar suara derap langkah kaki menampakkan empat orang laki-laki dan satu perempuan. Keringat pun mulai membasahi mereka dan deru nafas tidak teratur tidak kalah terkejut mendengar kabar tersebut, sampai di sana mereka melihat Zafran sudah benar-benar pasrah.

"Abah, jangan bilang kalau." Lirih Hazel menghadap ustadz Agam, ustadz Agam hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Hazel, sontak itu membuat Hazel menutup mulutnya terkejut.

"Ren, lo percaya ini?" Lirih Rasya melihat kedua pasangan itu.

"Gue harap ini mimpi sya, gue harap mereka masih ada." Jawab Rendy.

"Hehh... Padahal rasanya baru kemarin kita di ajarin baca iqro' di pesantren, sekarang kita sudah gak bisa lihat mereka lagi ya," ucap Rasya.

"Lo yang tabah, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, semua akan di panggil pada waktunya oleh Allah zaf, itu artinya Allah sayang mereka," ucap Alvaro mendekati Zafran di susul oleh Zikra.

"Kita masih di sini Zaf, buat lo, mereka sudah tenang di sana, sekarang kita hanya bisa mendoakan," ucap Zikra mensejajarkan dirinya dengan Zafran yang masih terisak di pelukan Ghina.

Kematian tidak ada yang tau kapan akan datang, siap tidak siap nya kita di jemput itu bukan tergantung atau kehendak kita, maka persiapkan diri mulai sekarang.

Kematian tidak ada yang tau kapan akan datang, siap tidak siap nya kita di jemput itu bukan tergantung atau kehendak kita, maka persiapkan diri mulai sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA ( SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now