CHAPTER 32

5.7K 351 4
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Di halaman ndalem terlihat Zafran, Ghina yang sedang memasukkan beberapa barang milik Abi Adnan dan ummi aisyah ke dalam bagasi. Mereka akan pergi sehari untuk mengisi acara di luar.

"Sudah semua zaf?" Tanya Abi Adnan yang baru keluar dengan ummi aisyah.

"Sudah semua kek, kalian akan menginap di sana?" Tanya Zafran.

"Iya. Kami akan menginap sana, insya Allah besok kami pulang." Jawab Abi Adnan di sertai anggukan kecil.

"Yasudah kami berangkat dulu, takut nanti keburu macet," ucap Abi Adnan. Zafran dan Ghina satu persatu menyalami mereka.

"Kakek sama nenek hati-hati di jalan," ucap Ghina.

"Iya nak, kamu juga di sini jaga diri baik-baik." Jawab ummi aisyah sambil mengelus kepala Ghina.

"Zafran. Jagalah pesantren selama kami pergi, belajarlah untuk meneruskan pesantren ini selama kakek tidak ada, kamu yang akan meneruskan pesantren ini bukan orang lain, jaga pesantren ini seperti kamu menjaga orang-orang terdekat kamu," ucap Abi Adnan sambil menepuk pundak Zafran pelan.

"Iya kek, Zafran ngerti, Zafran akan menjaga pesantren ini, kakek tenang saja." Jawab Zafran tersenyum tipis.

"Kakek percaya sama kamu." Balas Abi Adnan, setelah itu mereka memasuki mobil dan keluar dari pekarangan pesantren.

"Kakek sama nenek orangnya lembut ya, baik, aku kira mereka tidak akan menerima aku waktu itu." Celetuk Ghina yang membuat Zafran langsung menoleh ke arahnya.

"Sekarang memang lembut. Dulu, kakek didik aku dengan tegas dan keras, kakek selalu bilang 'kakek didik kamu seperti ini agar kelak saat kamu dewasa kamu bisa menjadi diri kamu tanpa bergantung kepada orang lain, supaya kamu tidak mudah di tindas dan tidak lemah' kira-kira begitulah kata dulu yang aku ingat." Jawab Zafran sambil melihat ke arah gerbang.

"Iyakah? Dulu kakek orangnya tegas banget ya?" Tanya Ghina penasaran.

"Hemm banget, dulu aku tidak di perbolehkan sekolah di sini harus di luar pesantren, tujuannya agar aku tidak merasa gila hormat dan semena-mena karena aku seorang cucu pemimpin di sini. Jika aku berbuat kesalahan sedikit kakek akan menambah hafalan aku dan memberi batas tenggang waktu, jika tidak bisa sampai waktu yang di berikan, maka cambuk sudah tersedia di depan." Jelas Zafran kembali membuat Ghina menutup mulut terkejut.

"Ya Allah, sampe segitunya?" Tanya Ghina terkejut.

"Iya. Makanya dulu aku sempat ingin melarikan diri, tapi ketahuan sama Abah kamu." Jawab Zafran melihat ke arah Ghina.

"Sama abah?"

"Iya. Sama abah, waktu aku kabur itu, aku kabur lewat belakang pesantren tapi kebetulan abah sedang berkeliling saat itu, abah kira waktu itu aku santri yang sedang mencoba melarikan diri, tapi ternyata tidak. Beliau juga yang memberi aku beberapa patah kata agar aku mengurungkan niat untuk melarikan diri." Jawab Zafran sambil tersenyum.

"Ternyata dari kecil udah dekat sama mertua sendiri," ucap Ghina terkekeh.

"Takdir gak ada yang tau sayang, ya mana aku tau dulu ustadz Agam akan menjadi mertua aku." Jawab Zafran mengelus kepala Ghina.

Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA ( SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now