CHAPTER 16

6.9K 417 9
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini sebuah mobil terparkir di sebuah halaman rumah besar, banyak yang berubah dari rumah tersebut yang dulunya nuansanya lebih ke klasik kini berubah menjadi nuansa rumah modern, zafran menatap lekat rumah itu otaknya mulai memutar memori kenangan dengan kakek dan neneknya dulu ia begitu teringat akan didikan mereka. Satu tepukan di bahu zafran membuat ia berhasil tersadar dari lamunannya, ia melihat ke samping sudah ada seorang gadis dengan senyuman manis nya yang mendampinginya.

Zafran dan Ghina berjalan menuju depan pintu menekan bel rumah, beberapa kali Zafran menekan bel tersebut seorang laki-laki dengan sedikit keriputan nya itu membuka pintu, saat melihat siapa yang datang berkunjung laki-laki tersebut mengukir senyum nya merasa bahagia karena pemilik rumah dulu bersedia berkunjung.

"Zafran. Kamu, senang melihat kamu datang ke sini, sudah lama kamu tidak ke sini" ujar Zaki melihat anak dari sahabatnya itu datang ke rumah itu setelah lamanya tidak mengunjungi rumah itu.

Memang setelah wafatnya kakek Ibrahim dan nenek Khadijah Zaki yang menempati rumah itu, bukan tanpa alasan karena sayang jika rumah itu di biarkan terbengkalai dengan semua kenangan nya.

"Iya paman, Zafran kesini untuk melihat-lihat" jawab Zafran.

"Kenapa berdiri di sini? Ayo masuk." Jawab Zaki dan mempersilahkan Zafran dan Ghina masuk.

Sejenak tidak ada obrolan di antara mereka, hingga Zaki baru ngeh dengan gadis yang di samping Zafran itu, dia siapa? Pikir Zaki karena Zaki tau Zafran tidak akan semudah itu dekat dengan seorang perempuan.

"Zafran, siapa gadis yang berada di sampingmu?" Tanya Zaki.

"Istri Zafran, paman." Jawab Zafran yang membuat Zaki sedikit terkejut.

"Istri? Kapan kamu menikah?" Tanya Zaki heran.

Melihat Zaki kebingungan Zafran mulai menjelaskan secara perlahan-lahan yang membuat Zaki mengangguk faham.

"Maka berusahalah untuk membuka hati kamu zaf, perlu kamu ketahui tidak semudah itu untuk menjalankan rumah tangga dan menjalankan rumah tangga bukan hal yang mudah, banyak masalah datang silih berganti, bisikan setan pun tidak luput ikut dalam pertengkaran kalian maka jika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, jangan sampai ada di antara kalian yang mengucapkan kata cerai." celetuk Afifah yang baru saja dari dapur untuk membuat minuman, ia mendengar semuanya ia pun tidak kalah terkejut namun jika sudah terlanjur maka harus tetap di jalani kan?

"Benar. Dulu, ayah dan bunda kamu pun menikah karena di jodohkan, awalnya tidak ada rasa di antara mereka tapi perlahan-lahan mereka mulai berusaha untuk mencintai pasangan mereka, kalian pun harus seperti itu." Ucap Zaki.

"Iya paman, Bibik, Zafran akan ingat." Jawab Zafran

"Siapa nama kamu nak?" Tanya Afifah bertanya lembut ke Ghina.

"Ghina bik, Ghina aliana Zahra." Jawab Ghina tersenyum.

"Masya Allah, nama yang cantik sama seperti orang nya, bibik titip Zafran ya jangan biarkan dia kesepian."

"Insyaallah bik, ghina akan berusaha sebaik mungkin." Jawab Ghina, walaupun ia tidak yakin karena bagaimanapun ia yakin jika di hati Zafran masih ada nama sahabat nya di sana.

"Zikra dan Rasya kemana? Kenapa tidak ada di sini?" Tanya Zafran melihat rumah itu tidak terlihat saudara kembar itu.

"Mereka pergi ke luar untuk membelikan bibik beberapa bahan, bibik yang suruh." Jawab Afifah, sedangkan Zafran mengangguk faham.

Beberapa menit berbincang akhirnya mereka berdua pamit pulang, Zaki menyuruh mereka menetap sebentar menunggu Zikra dan Rasya pulang namun Zafran menolaknya karena setelah ini ia akan ke rumah kakek Tama dan nenek nela, di perjalanan Ghina tak henti-hentinya menatap suaminya itu Zafran yang merasa di tatap pun menoleh ke arah Ghina.

"Kenapa? Ada yang salah di wajah saya?" Tanya Zafran.

"Nggak, nggak ada." Jawab Ghina sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Lalu kenapa kamu menatap saya seperti itu?"

"Kakak ganteng." Jawab Ghina sambil tersenyum

"Kamu baru sadar? Dari kemarin kemana aja suamimu ini ganteng?"

"Dih, sekali di puji terbangnya menembus langit."

"Siapa yang tidak salting jika di puji sama istrinya sendiri, hemm." Jawab Zafran yang membuat Ghina mengalihkan wajahnya, zafran yang melihat wajah istrinya sudah memerah itu terkekeh kecil seperti nya istrinya mudah salting ia semakin semangat untuk terus menggoda istrinya.

Kini mereka sudah sampai di sebuah rumah minimalis, Zafran memarkirkan mobilnya di halaman rumah tersebut dan segera turun sekali lagi ia menatap rumah itu lekat, kenangan di sini tidak kalah dengan kenangan di rumah kakek Ibrahim dan nenek Khadijah.

Segera Zafran memencet bel rumah, terlihat seorang pemuda membuka pintu dan mendatarkan wajahnya.

"Ck, ternyata lo." Ujar pemuda itu melihat siapa yang datang.

"Kenapa? Lo gak senang gue datang?" Tanya Zafran melihat raut wajah sepupu nya itu.

"Bukan gitu, gue lagi nunggu paket gue, kirain itu lo ternyata bukan." Jawab pemuda itu.

"Yaudah sini lo masuk, mama nyariin lo beberapa kali soalnya lo gak sering mampir ke sini." Lanjut pemuda itu dan memberikan mereka berdua masuk, baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah itu mereka sudah di sambut dengan teriak yang memekakkan telinga.

"GIBRAN!! KENAPA KAMAR KAMU BERANTAKAN GINI!!!" Teriak seorang perempuan yang menuruni tangga dengan emosi nya terhadap anak laki-laki nya.

"Kamu ya!! Udah gede tapi kamar masih mau di beresin mama!!" Ujar wanita itu sambil menjewer telinga laki-laki yang di panggil Gibran itu.

"Aduh aduh maa, sakit iya-iya aku beresin tapi lepasin dulu." Jawab Gibran sambil memegang telinga nya yang terasa panas dan memerah itu.

"Makanya jadi anak tau mandiri. Eh Zafran kamu kapan datang ke sini? Ya Allah sudah lama kamu gak kesini, kamu sudah makan? Ayo makan dulu bibi udah masak tadi kamu makan dulu." Ucap tasya melihat kedatangan keponakannya itu.

"Zafran datang aja senengnya minta ampun kayak di kasih bansos, ini anak mama aku atau Zafran sih" dumel Gibran yang masih memegang telinga nya.

"Kenapa kamu masih di sini? Sana beresin kamar kamu." Ucap tasya ke Gibran.

"Seragam kamu tidak usah kamu cuci, mama udah cuciin." Lanjut Tasya yang membuat Gibran mengangguk faham dan segera ke atas.

"Ayo zaf kamu makan dulu."

"Eh gak usah bik, Zafran udah sarapan kok di rumah." Tolak Zafran halus.

"Oiya gadis di samping kamu siapa? Masya Allah cantik banget."

"Istri Zafran bik." Jawab Zafran tersenyum.

"HAH!! ISTRI!!!?"

Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang