Chapter 47

5 0 0
                                    

Sore hari nya Arsen sudah sampai di bandara Soekarno - Hatta. Kali ini Arsen berangkat sendirian karena kedua orang tuanya tidak bisa mengantarkannya. Mama Arsen sedang sibuk dengan arisan bersama teman - temannya sedangkan papa Arsen kondisinya kurang membaik, sehingga ia memilih untuk berada di rumah saja.

Disana Arsen bertemu dengan sahabatnya, Dimas. Ia juga sedang bertugas sama seperti Arsen namun beda keberangkatannya. Arsen akan terbang ke turki, sementara Dimas akan terbang ke malaysia.

Dimas yang melihat sahabatnya menggeret kopernya ia langsung menghampirinya, "Hay bro. Loe lagi tugas ya?" sapa Dimas dengan rama.

"Iya nih, gue lagi tugas ini sekarang gue mau terbang ke turki."

"Sama dong gue juga lagi tugas, kalau gue mau terbang ke malaysia. Eh tapi loe kok kurang semangat gitu sih sen?" kata Dimas.

Arsen menarik nafasnya secara kasar, sebenarnya ia tidak bisa meninggalkan Ayla apalagi Ando yang masih terus mengejar - ngejarnya. Arsen hanya takut saja jika Ayla akan bersama dengan kekasihnya itu walaupun Arsen sudah mendapatkan lampu hijau dari ayah Ayla.

Akan tetapi Arsen saat ini juga tidak mempunyai pilihan lain karena ia sedang di tugaskan oleh pihak maskapai sebagai pilot Arsen harus bersikap profesional. Soal jodoh Arsen menyerah itu semua kepada yang maha kuasa, karena Arsen yakin kalau jodoh itu tidak akan kemana.

"Sebenarnya gue berat untuk tinggalin pacar gue Ayla," ucapnya dengan berat hati.

"Oh jadi cewek loe namanya Ayla. Loe berat tinggalin dia atau takut cewek loe di ambil sama pacarnya itu?" celetuk Dimas yang menautkan satu alisnya, sengaja untuk menggoda Arsen.

"Gue percaya jodoh itu di tangan tuhan. Yang terpenting sekarang gue harus fokus untuk bertugas karena disini taruhannya nyawa banyak orang bro." sahut Arsen menepuk pundak Dimas.

"Gue doain semoga aja loe secepatnya bisa dapetin hati cewek itu, udah dulu ya bro gue cabut soalnya sebentar lagi gue mau terbang."

"Amin, hati - hati di jalan bro semoga loe selamat sampai di tujuan."

****

Di toko roti Rahayu dan Viola dikejutkan oleh kedatangan Melinda, ia menatap sinis terhadap Rahayu.

"Oh ternyata kamu sekarang udah miskin ya, setelah berpisah dengan mas Wirawan. Duh miris banget sih!" ucap Melinda tersenyum miring. "Beda banget sama kehidupan aku yang sekarang sudah bahagia dengan mas Wirawan," sambungnya yang sengaja hanya untuk memanas - manasinya.

"Saya tidak peduli itu, silahkan kamu ambil suami saya!"

"Asalkan kamu tau Melinda kamu itu hanya seorang pelakor yang tidak jauh berbeda dengan seorang pelacur. Kamu perempuan yang tidak mempunyai harga diri karena kamu sudah berzinah dengan suami saya, itu artinya kamu menjual diri kamu sendiri hanya untuk kepuasan saja. Saya yakin karma itu pasti ada, dan berlaku untuk siapa saja." sahut Rahayu yang tidak terima di hina oleh Melinda.

"Jaga ucapan kamu Rahayu!" dada Melinda sudah kembang kempis karena kesal, tangan Melinda mau menampar pipi Rahayu namun di tahan oleh Viola.

"Stop tante! Apa tante belum puas nyakitin bundaku? Apa tante juga belum puas merebut ayahku?" ucap Viola yang tidak suka dan terlihat sangat murka kepada Melinda.

Sangking kesalnya Viola menampar pipi kanan Melinda hingga memerah, "Ini tamparan buat tante karena sudah menyakiti perasaan bundaku." Viola juga menampar pipi kiri Melinda, "Dan ini tamparan buat tante yang sudah selingkuh dan merebut ayahku."

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang