Chapter 43

6 0 0
                                    

Sepanjang perjalanan Ando mencoba untuk menghilangkan pikiran buruk di kepalanya tentang hubungan Ayla dan Arsen, namun semakin ia tepis pikiran buruk itu malah semakin kacau.

"Apa mungkin ya Ayla sudah menerima perjodohan itu?"

"Astaga!" Kenapa sih gue ini masih aja mikirin hal yang belum pasti tentang kebenarannya," gerutu Ando di dalam hatinya. Sampai Ando tidak sadar jika ia sedang menyetir hingga mobilnya hampir saja menabrak sebuah pohon besar jika tidak mengeremnya.

Citt

"Hampir saja nyawa gue melayang," Ando mengelus dadanya karena terkejut, setelah itu memukul - mukul setir mobilnya. "Ayo Ando! Fokus loe itu lagi nyetir jangan melamun," sambungnya.

Ando kembali melajukan mobilnya namun kali ini ia sangat berhati - hati tidak seperti tadi, hingga Ando pun menepikan mobilnya setelah itu keluar dari mobil.

Ando naik di tepi jembatan dan di bawahnya terdengar suara air sungai yang mengalir sangat deras, ia pun merentangkan kedua tangannya untuk mendengarkan suara air itu sembari menikmati angin malam agar bisa menghilangkan pikirannya tentang Ayla.

Tak sengaja Viko lewat di jalan itu. Ia memicingkan matanya, "Itu Ando bukan sih? Iya benar itu Ando."

Viko yang melihat Ando dari kejauhan sudah mempunyai pikiran buruk tentangnya, apalagi akhir - akhir ini sikap Ando tidak seperti biasanya.

"Astaga! Ngapain tuh anak jangan - jangan mau bunuh diri lagi," pekik Viko. Buru - buru Viko menepikan mobilnya di belakang mobil Ando dan keluar dari mobilnya bergegas menghampiri sahabatnya.

"Kalau loe punya masalah. Jangan bunuh diri, bunuh diri itu tidak menyelesaikan masalah loe Ando," celetuk Viko.

"Viko!"

Ando yang sudah tidak asing lagi dengan suara sahabatnya itu, ia langsung turun dari tepi jembatan.

"Siapa juga yang mau bunuh diri?" kata Ando kesal.

"Loe kan yang mau bunuh diri? Kalau enggak ngapain loe berdiri di situ kalau bukan mau bunuh diri," kata Viko kepada Ando.

"Enak aja gue masih waras dan sayang sama nyawa gue sendiri. Gue berdiri di situ cuman untuk menenangkan pikiran gue aja bukan mau bunuh diri kali."

"Ya sorry bro gue gak tau. Gue pikir loe itu mau bunuh diri, habis akhir - akhir ini loe itu bukan seperti Ando yang biasanya gue kenal," ucap Viko menepuk pundak Ando.

Ando menarik nafasnya secara kasar, "Iya karena akhir - akhir ini gue lagi banyak pikiran."

"Coba deh loe cerita ke gue? Siapa tau gue bisa bantu loe, gak baik tau memendam masalah itu sendirian." sahut Viko.

Ando diam sejenak apa yang dikatakan oleh Viko itu memang benar. Gak baik kalau masalah di pendam sendiri lama - lama nanti bisa Stress? Lebih baik kita ceritakan saja masalah itu kepada teman kita, agar perasaan kita lebih tenang.

"Apa gue curhat aja ya ke Viko? Dia pasti bisa simpan rahasia, tidak seperti Kelvin yang kadang - kadang mulutnya ember." batin Ando.

"Lha kok loe malah melamun sih? Nanti yang ada kesambet setan lho," sahut Viko membangunkan lamunannya Ando.

"Oke gue akan curhat sama loe tapi ini rahasia. Loe jangan cerita ke siapa - siapa, apalagi ke Kelvin. Loe tau sendiri kan mulutnya tuh anak paling ember di antara kita semua."

Viko menunjukkan jarinya berbentuk peace, "Iya gue janji gak akan cerita ke siapa - siapa. Gue bisa jaga rahasia," kata Viko sambil nyengir.

"Bagus. Tapi lebih baik kita jangan cerita disini, gue mau curhat di tempat yang lebih privasi sama loe."

"Bagaimana kalau di cafe? Gue tau tempat cafe yang di dekat sini dan cafe itu buka selama 24 jam. Loe gak usah khawatir cafe nya juga tidak terlalu banyak orang, karena sekarang sudah dini hari mana mungkin orang banyak datang ke cafe." ucap Viko mengusulkannya.

"Okey gue setuju, ayuk kita kesana sekarang."



❤️❤️ TO BE CONTINUED ❤️❤️

My Perfect HusbandOnde as histórias ganham vida. Descobre agora